SEPULUH

34.2K 2.2K 96
                                    

Ali tidak bisa tidur malam itu, hatinya gelisah tidak menentu, dia sudah melakukan sesuatu yang di luar kendalinya, melecehkan istrinya dan merenggutnya dengan paksa. Dadanya bedenyut, terasa sesak. Masih terngiang di telinganya, ketika Prilly meronta dan memohon agar dirinya tersadar namun sia-sia, ia tidak bisa menahan diri, emosinya yang meluap-lupa membuatnya lupa diri hingga membiarkan waktu berlalu dengan begitu menyedihkan bagi Prilly. Harusnya dia senang, bukankah itu yang ia inginkan? Menyakiti Prilly dan pada akhirnya akan membunuhnya.

Tetapi kenapa? Kenapa dia merasakan sesuatu yang tidak biasa? Sesuatu yang membuat hatinya sakit.

Ali mendesah dan bangkit dari tidurnya, ia terduduk di samping ranjang, menatap kegelapan malam dari jendela, pikirannya berkelana, hingga bayangan 12 tahun yang lalu kembali menghantui pikirannya. Biasanya saat kejadian itu menghantui pikirannya, ia akan marah, akan emosi, akan meledak-ledak. Tetapi kenapa saat ini berbeda? Ia merasakan khawatir, entah khawatir untuk apa. Perasaannya tidak enak.

Dengan frustasi Ali mengacak rambutnya, meremasnya kuat-kuat, ia sama sekali tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Kenapa ia jadi seperti ini?.

*****

Prilly menangis semalaman dengan mengenaskan, seluruh tubuhnya terasa sakit dan perih, akan tetapi yang lebih sakit adalah hatinya. Ia merasa sudah benar-benar hancur. Ali benar-benar sudah keterlaluan. Lelaki itu tidak berprasaan, dia begitu kejam dan selalu menyakitinya. Sampai saat ini bahkan Prilly masih tidak mengetahui penyebab perubahan Ali padanya, ia sama sekali tidak pernah melakukan kesalahan, tetapi kenapa Lelaki itu memperlakukannya bagai seorang yang memiliki kesalahan besar.

Prilly tidak bisa seperti ini terus, dia harus bertindak, dia tidak mau terus-terusan di perlakukan seperti ini. Nampaknya ia akan membuat keputusan. Keputusan yang sudah bulat di hatinya.

Ia merindukan kehidupannya yang dulu, kehidupan yang tidak menyedihkan, kehidupan yang begitu damai. Setiap pagi membuka kios kue dan bertemu dengan para pelanggannya, bercengkrama dengan mereka hingga siang menjelang. Semuanya terasa begitu menyenangkan dan membahagiakan sebelum Lelaki itu datang, dan menghancurkan semuanya.

Dengan sakit hati dan rasa sesak yang teramat dalam Prilly menangis, tangisan yang paling menyedihkan, menyayat hati dan begitu terluka. Ia menatap dirinya sendiri, merasa jijik pada tubuhnya, lalu dia beranjak menuju kamar mandi.

Ketika sudah berada di kamar mandi, ia langsung bergerak menggosok seluruh tubuhnya dengan keras hingga kulitnya terasa perih dan kemerahan, namun ia tidak mau berhenti sama sekali, ia terus-terusan menggosoknya, sekuat tenaganya, tidak peduli dengan rasa sakitnya, seolah dengan cara itu ia akan bersih. Bersih dari penghinaan dan pelecehan yang sudah Ali lakukan padanya.

Dan ketika merasa masih saja kotor, ia menangis putus asa sekaligus frustasi, air yang menyiram kepalanya bersatu dengan air matanya, tubuhnya lemas dan terduduk di lantai kamar mandi, ia menangis tersedu-sedu, sekujur tubuhnya bergetar karena tangis, masih tidak terima atas semua perlakuan Ali. Hatinya benar-benar sakit luar biasa.

Entah karena dorongan apa, ia bangkit. Prilly segera beranjak mencari-cari sesuatu, ia masuk kedalam kamarnya, membuka laci dan menemukan benda yang ia inginkan, kemudian ia kembali lagi kedalam kamar mandi. Ia berdiri di depan cerman, menatap dirinya yang mengenaskam dari pantulan cermin, ia tersenyum getir sekaligus menyesakkan dada dan merasa dirinya benar-benar sudah hancur luar dan dalam.

Prilly meremas rambut panjangnya merasa jijik, dan kemudian dengan tangis sakit hatinya, perlahan benda yang berada di tangannya dengan mudahnya memotong rambutnya, tangannya bergetar. Helai-helaian rambut basahnya berserakan di lantai dan di mana-mana, ia tersenyum kecut di dalam isakannya. Ketika sudah merasa puas, seakan dia sudah membuang semua kesakitan di dalam dirinya, tangannya berhenti, benda itu terjatuh dan berdenting saat bertemu dengan lantai. Dan kemudian tubuhnya ambruk terduduk di atas lantai, memandangi rambut-rambutnya, pada akhirnya ia kembali menangis. Tangisan yang begitu mengenaskan.

LOVE BEHIND HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang