ENAMBELAS

35.3K 2.4K 165
                                    

Ali berdiri di hadapan jendela ruang kerjanya, tatapannya terfokus ke arah luar yang sedang hujan gerimis. Angin yang dingin, menyelinap masuk kedalam celah-celah jendela, membelai kulit lengan Ali, rasanya dingin sekali, akan tetapi Lelaki itu nampak diam bergeming, di keheningan yang terasa sangat kental. Keheningan yang penuh kesepian, keheningan yang membuatnya merasa sendiri, sendiri yang menyakiti hati.

Tidak terasa Prilly sudah menghilang seminggu yang lalu dan sampai saat ini ia sama sekali belum bisa menemukan di mana istrinya itu. Betapa Ali sangat merindukan istrinya, bahkan ia rela semua hartanya terkuras habis asalkan Prilly bisa di temukan dan kembali padanya, hidup bersamanya dan memulai semuanya dari awal atau Ali rela kehilangan semua yang ada pada dirinya asalkan ia tidak kehilangn istrinya. Istri yang baru saja ia sadari, betapa ia sangat mencintainya.

Ali mencintai Prilly, itu benar adanya, cinta itu sudah tumbuh sejak awal mereka bertemu, gadis itu berbeda, dia membuat jantung Ali berdetak tidak seperti biasanya, dan yang lebih membuat Ali tidak mengerti, gadis itu mudah membuatnya tidak bisa mengendalikan diri, bersama gadis itu ia merasa dirinya berbeda dari biasanya. Saat bola mata yang indah itu menatapnya, rasanya ia ingin mengurungkan niatnya untuk membalas dendam, akan tetapi saat kejadian beberapa tahun yang lalu kembali menyerang ingatannya, ia tidak bisa, ia sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau semua itu harus di bayar hingga tuntas dan ia tidak boleh lemah.

Akan tetapi nampaknya Ali ceroboh, ia tidak mencari tau dulu bagaimana latar belakang Prilly yang sebenarnya, ia terlalu buru-buru mengambil tindakan, gadis itu memang membuatnya menjadi lupa diri. Tetapi menikahi Prilly dengan segera bukanlah termasuk kedalam rencananya, menikahi Prilly adalah keinginan hatinya yang paling dalam, ia merasa kalau Prilly adalah miliknya yang harus segera ia dapatkan, namun Ali belum menyadari itu semua dari awal, ia baru menyadarinya saat ini hingga rasanya hati Ali sakit tidak terbendung lagi.

Ali sadar, kalau kesalahannya sungguh banyak sekali, mungkin akan sulit di maafkan oleh Prilly. Tapi, demi apapun, semua yang sudah ia perbuat pada Prilly sama sekali tidak ia nikmati, ia malah merasakan sakitnya, ia malah tersiksa teramat dalam, bahkan ia pernah menyerah, ia tidak bisa terus-terusan menyakiti Prilly. Akan tetapi saat semua bayangan kejadian itu kembali muncul kepermukaan, dendam itu kembali membara, dan membuat Ali kembali menyakiti Prilly. Begitu seterusnya hingga Prilly benar-benar hancur olehnya, tetapi ia tidak merasa puas, yang ia rasakan justru hatinya menjadi terluka.

Saat ini Ali sudah seperti mayat hidup, tidak ada semangat hidup, tidak ada tujuan hidup, kondisinya sangat mengenaskan dan mengkhawatirkan, yang ada di fikirannya saat ini hanyalah Prilly seorang. Seluruh jiwanya sudah hancur berkeping-keping di saat bersamaan ketika menyadari kalau Prilly benar-benar tidak lagi bersamanya, istrinya pergi membawa rasa sakit darinya, sekaligus membawa pergi seluruh cintanya, dan itu rasanya sakit sekali, bahkan jauh lebih sakit saat ia kehilangan seluruh keluarganya.

"Tuan..." suara Jibril tidak membuat Ali menoleh, ia tetap sama dalam posisinya.

"Bagaimana?" suara Ali datar, dingin dan tajam.

Jibril menghela nafas dengan berat, was-was pada dirinya sendiri, merasa kalau saat ini tuannya sedang berbahaya.

"Maaf, tuan aku..."

"Masih sama?" rahang Ali mengetat, kemudian ia membalikkan tubuhnya menatap Jibril, tatapannya tajam dan langsung menerobos relung hati Jibril dengan mengerikan, menakutkan. "Kau tau sudah berapa lama istriku menghilang dan kau..." tangan Ali mengepal, lalu dengan gerakan cepat ia mendekat kemudian menarik krah kemeja Jibril dengan kasar, nafasnya memburu, menahan emosi. "Kau masih saja tidak berhasil menemukannya?! Kau benar-benar tidak berguna!"

Ali berteriak, dan pukulan dengan keras mendarat di sudut bibir Jibril, menghasilkan setitik cairan merah di sana.

"Percuma aku membayarmu! Membayar kalian semua dengan mahal kalau hasilnya sama sekali tidak ada! Dasar bodoh!" Ali kemudian mendorong Jibril hingga Jibril tersungkur di depan pintu.

LOVE BEHIND HATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang