Novel?

121 10 0
                                    

Tolong
Ajari hati ini mencintai karena Allah
Bukan karena nafsu
~~~~~

"Nis, kakak boleh masuk?" izin Nazwa sambil mengetuk pintu kamar Anisa. Tidak ada jawaban.

"Anisa..." panggil Nazwa kembali.
"Baiklah, ini yang ketiga kali." ucap Nazwa dalam hatinya.

"Anisa, kakak boleh masuk?" pinta Nazwa kembali. Tidak ada jawaban, lagi. Perasaan Nazwa mulai tidak enak, dia bingung kenapa Anisa tidak menjawab. Adiknya itu bukanlah tipe orang yang kebo kalau tidur.

Nazwa pun membuka pintu kamar Anisa perlahan, dia mendapati Anisa menatap keluar jendela seraya tersenyum-senyum sendiri. Nazwa heran melihat Anisa. Tidak mungkin kan adinknya itu tengah tidak waras.

"Nis.."
Tepukan lembut Nazwa di bahu kiri Anisa mengagetkannya. Anisa pun berbalik dengan wajah terkejutnya, "kamu sedang apa?" tanya Nazwa.

"Eh... Itu ka, anu.. Lihat itu, lihat pemandangan.. Iya lihat pemandangan." ucap Anisa terbata-bata dan kikuk.

"Kamu kenapa sih? Sakit Nis?" tanya Nazwa khawatir. "Nggak kok ka. Aku ga apa-apa." jawab Anisa disertai gelengan sambil memberikan cengirannya. Berharap cengirannya itu mampu meyakinkan kakaknya kalau ia baik-baik saja.

"Lalu kamu kenapa tadi senyum-senyum sendiri?" todong Nazwa sambil memicingkan matanya curiga.

"Nggak apa-apa kok ka." jawab Anisa, tetap tidak memberi tau apa-apa.

"Nggak apa-apa itu bukan jawaban Nis." ucap Nazwa, Anisa hanya terdiam. "Yasudah kalau belum bisa cerita ga apa-apa, tapi kalau ada apa-apa bilang ya." sambung Nazwa sambil mengelus kepala adiknya yang terbalut kerudung instan putih.

Anisa mengangguk mendengar perkataan kakaknya, "maaf ka, aku ga mungkin cerita ke kakak." batin Anisa.

"Kakak memangnya ada apa cari aku?" tanya Anisa mencoba mencairkan suasana.

"Eh iya kakak sampe lupa." Nazwa menepuk dahinya. "Itu, kamu dipanggil umi. Umi mau minta ditemenin ke rumah tante Uti, nanti dianter sama ka Rasyid. Kakak ga bisa nemenin soalnya nanti kakak ada urusan di sekolah." jelas Nazwa panjang lebar.

"Oh, siap kaa." ucap Anisa sambil memberi hormat.
"Kamu nih ada-ada aja." ucap Nazwa, mereka berdua terkekeh.

"Nis, udah siap belum?" tanya Lena di ambang pintu kamar Anisa.
"Oh iya, ayo umi. Anisa udah siap kok." jawab Anisa lalu menghampiri uminya.
"Udah pada siap?" tanya Rasyid yang baru saja datang, Lena memberi anggukan.

"Yasudah, ayo berangkat umi." ucap Rasyid dengan lembut.

"Eh, aku bareng ka. Lumayan kan ngirit." ucap Nazwa.

"Bukan ngirit Naz, tapi gratis." ledek Rasyid.
"Haduh anak-anak umi nih ada aja isengnya." ucap Lena dengan lembut.
Rasyid, Nazwa, dan Anisa saling tersenyum lalu mencium pipi umi mereka secara bergantian.

Tetap sehat umi, tetaplah menjadi surga kami di rumah ini. Tetaplah menjadi malaikat tak bersayap bagi kami.
Kami mencintaimu umi, karena Allah.

♦♦♦♦♦

"Assalamu'alaikum. Maaf pak saya terlambat." ucap Nazwa setelah mengetuk pintu ruang rapat. Saat ini sedang berlangsung rapat guru di sekolah tempat Nazwa mengajar.

"Wa'alaikumussalam. Iya tidak apa-apa Nazwa, ini juga baru mulai kok. Silahkan duduk." ucap pak Ridwan. Nazwa pun segera duduk di samping Putri.

Nazwa merasa ada sepasang mata yang sedaritadi memperhatikannya, dia mengedarkan pandangannya, dan ting!! Matanya bertemu dengan sepasang mata Daffa yang memperhatikannya.

Daffa tersenyum kikuk karena ketahuan memperhatikan Nazwa. Nazwa membalas senyuman Daffa, menunjukan lesung pipi manis miliknya. Daffa terkesiap melihat senyum Nazwa yang begitu manis. Subhanallah, pikirnya.

Rapat guru berlangsung dengan lancar hingga waktunya pun berakhir.

Nazwa sedang berjalan menuju gerbang sekolah ketika mendengar ada yang memanggilnya, ia pun menoleh dan mendapati Daffa tengah berjalan ke arahnya.

"Assalamu'alaikum." ucap Daffa ketika sudah tepat di hadapan Nazwa kira-kira dua langkah lagi.

"Wa'alaikumussalam. Ada apa Daf?" tanya Nazwa.
"Eh ini, kemarin aku pergi ke toko buku. Terus lihat novel bagus, aku rasa kamu bakal suka. Jadi, ini tolong diterima." jawab Daffa sambil menyodorkan sebuah novel dengan cover hujan disertai pelangi. Azkia, begitulah judulnya.

"Buatku Daf?" tanya Nazwa memastikan.

"Iya, tolong diterima." jawab Daffa.

"Syukron Daffa, maaf merepotkan." ucap Nazwa sambil menerima novel tersebut.

"Nggak ngerepotin kok." ucap Daffa disertai senyum.

"Yasudah, aku pulang dulu. Sekali lagi terima kasih Daffa. Assalamu'alaikum" pamit Nazwa.

"Iya sama-sama. Wa'alaikumussalam." jawab Daffa.

Nazwa pun menuju rumahnya, dia merasakan pipinya memanas. "Ada apa ini?" batin Nazwa.

♦♦♦♦♦

"Astagfirullah, maaf saya ga sengaja." ucap Nazwa. Saking asyiknya melamunkan kejadian tadi bersama Daffa, Nazwa sampai menubruk seseorang.

"Pake matanya dong kalo jalan." ucap suara yang terdengar agak serak tersebut. Nazwa mendongakkan kepalanya dan melihat laki-laki berbadan tinggi dan tegap, memiliki mata bermanik coklat, dengan rambut yang sedikit urakan. Pakaian yang disebut dengan gaya rocker pantas didefinisikan melihat setelan bajunya dari atas sampai bawah beserta aksesorisnya.

"Iya maaf mas, saya sedikit melamun tadi." ucap Nazwa dengan suara lembutnya.

"Cantik sekali." batin laki-laki tersebut. "Untung aja lo cewe." ucap laki-laki tersebut. "Yaudah sana pergi." sambungnya lagi.

"Maaf sekali lagi mas, assalamu'alaikum." ucap Nazwa. Lelaki tersebut terdiam mendengar ucapan Nazwa. Nazwa juga ikut terdiam.

"Maaf, mas muslim?" tanya Nazwa dengan hati-hati.

"Iya, kenapa emang?" tanya laki-laki itu. Nazwa tersenyum mendengarnya.

"Alhamdulillah, kalau ada yang mengucapkan salam dijawab mas wa'alaikumussalam. Hukumnya wajib." jelas Nazwa, laki-laki itu terdiam kembali.

"Yasudah saya pergi dulu, assalamu'alaikum." pamit Nazwa kembali.

"Wa'alaikumussalam." jawab laki-laki itu, sambil melihat kepergian Nazwa.
"Bagaikan bidadari dari surga." ucap laki-laki itu pada dirinya sendiri.

♪♥♪♥♪♥

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kidung Cinta..Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang