Author Pov
Matahari siang ini seperti bertenaga tiga kali lipat dari biasanya. Keringat mulai bermunculan membuat aliran sungai dadakan di sekujur tubuh. Puluhan botol isotonik dan air mineral tergeletak di pinggir lapangan. Seakan panas bukan halangan besar beberapa siswa terlihat dengan semangat berjalan kesana kemari memastikan semua berjalan dengan baik. Sebuah panggung besar berdiri kokoh di tengah lapangan yang sudah disulap dengan berbagai dekorasi dan kios - kios tenda. Besok pentas seni ulang tahun SMA 2 yang ditunggu - tunggu. Tiket udah sold out satu minggu yang lalu, acara ini memang selalu ditunggu tiap tahunnya. Semua anak SMA di Surabaya akan berkumpul menjadi satu besok Sabtu. Beberapa dari mereka akan ikut mengisi acara, ada juga yang cuma nonton sembari berharap dapet kecengan baru. Seorang cewek berambut panjang yang dicepol asal, dengan headset yang bertengger di telinga terlihat menggerakkan kipas di tangannya dan memanyunkan bibirnya. Matanya terlihat mencari - cari di antara tumpukan botol kosong yang tergeletak.
"Lo sebenernya ngapain sih Thee? Pusing pala gue lihat lo rieweuh sendiri"
Cewek yang dimaksud membalikkan badan lengkap dengan cengiran di wajahnya.
"Gila ya Git, kejem bener anak - anak. Masak iya semua minumnya diabisin? Gue kan aus", sambil memajukan bibirnya Anthea beranjak menuju bangku di pinggir lapangan dan mendaratkan pantatnya dengan mulus disana."Lebay deh, nih", Gita cewek berambut sebahu yang sering terlihat bersama Anthea menyodorkkn sebotol air mineral yang isinya tinggal setengah.
"Dih itu kan bekas lo Git"
"Najis deh lo Thee biasanya juga doyan, efek patah hati segede itu?", Gita mengambil tempat disebelah Anthea sambil menyempatkan diri menyentil dahinya.
Reflek Anthea mengusap dahinya dan menyipitkan matanya menatap Gita, "Sumpah deh Git lo ga asik".
"Yaa asikin lah Thee gitu aja repot"
Anthea mencibir Gita dan langsung meneguk habis air mineral di tangannya.
"Jadi gimana hubungan lo sama Sarah sekarang?", pertanyaan Gita membuat Anthea terdiam. Dia memainkan jarinya, tanda Anthea kalo lagi gugup.
Gita menghela nafas perlahan, "Gue paham Thee sulit buat kalian baikan, tapi kita sahabatan udah lama kan..". Gita terlihat cemas menunggu jawaban dari Anthea, takut menyinggung perasaannya. Karna gimanapun Gita tau disini Anthea korbannya. Tapi disisi lain dia juga gak pengen persahabatan mereka bubar gara - gara masalah ini.
"Semua butuh waktu Git, bohong kalau gue bilang gue baik - baik aja. Sarah udah ngehianatin gue padahal gue percaya banget sama dia. Terlepas kejadian kemarin bener atau ternyata emang kayak yang mereka bilang kalau gue cuman salah paham, pelukan bahkan hampir ciuman sama sahabat lo bukan hal yang bener Git. Gue gak bisa janji apa - apa sama lo, but who knows time will heal the wound".
"Lo gak perlu janji apa - apa Thee, denger jawaban lo barusan udah cukup bikin gue lega. Dengan lo ga ngebenci Sarah aja gue udah bersyukur, karna gue paham gimana sakitnya kalo jadi lo. Gue beruntung bisa sahabatan sama cewek kayak lo"
Anthea tertawa kecil mendengar kata - kata Gita, "Receh lo Git, awas ati - ati serem kalo lo jatuh cinta sama gue"
"Babi lo Thee", sungut Gita yang malah membuat Anthea terbahak.
Getaran dari ponselnya membuat Anthea berhenti tertawa dan melihat pop up LINE dari Geil yang mengingatkan untuk segera pulang seperti biasa. Membuat Anthea berdecak tanpa sadar."Napa lo ?"
"Biasa si Geil ribet banget nyuruh balik. Malesin dia mah"
"Dih lo mah gak bersyukur punya abang kayak dia, gue aja mau banget kalo disuruh kawin sama abang lo", Gita mengedipkan matanya genit membuat Anthea bergidik.
"Ih itu mah lo aja yang gatel Git", Anthea menarik ringan rambut Gita bikin si empunya jejerit.
"Hey guys, gue masih boleh gabung?"
Bukan sebuah kalimat yang diucapkan dengan nada keras, malah hampir menyerupai bisikan lemah tapi mampu membuat Anthea menegang seketika."Sarah, lo belom pulang?", Gita memecah keheningan yang terjadi diantara mereka. Sarah hanya menggeleng pelan menjawab pertanyaan Gita. Gita bergeser membuat celah di antara dirinya dan Anthea. Menepuk pelan bangku yang mereka duduki, memberi isyarat Sarah untuk duduk. Anthea cuman diam dan mencoba sibuk dengan ponselnya.
"Anthea, bisa kita ngomong?", Sarah menyentuh tangan Anthea membuatnya tersentak.
"Oh, gue? kenapa?"
Sarah terlihat pias, dia menggigit bibirnya saat mendengar nada dingin Anthea. Dia ngerasa asing, bukan tipikal Anthea. Gak ada lagi Anthea yang selalu menyambutnya hangat. Yang selalu membuatnya merasa memiliki saudara perempuan karena dia anak tunggal. Setetes air mata Sarah lolos begitu saja saat menyadari dia sudah menyakiti Anthea.
"Gue mau jelasin kejadian beberapa hari yang lalu Thea. Ini semua gak seperti yang lo pikirin. Gue gak ada hubungan sama Andro. Gue minta maaf Thea, tolong maafin gue"
"Beberapa hari ini gue uda mikirin semua Sar, gue ga mau nyalahin lo atau nyalahin Andro. Entah kalian emang ada main atau engga. Kalian bisa urus urusan kalian sendiri. Gue butuh waktu Sar", Anthea terlihat memasukkan ponselnya ke dalam saku dan berdiri. Reflek Sarah menarik tangan Anthea.
"Gue ngerasa ada kita ada jarak Thee"
"Buat orang yang habis mergokin sahabatnya hampir mencium cowoknya apa itu gak wajar Sar?"
"Tapi gue..."
Anthea mengangkat tangannya meminta Sarah berhenti bicara, "Please Sar jangan ngucapin hal hal yang malah bikin gue jadi ungkit ini lagi. Gue gak bakal benci sama lo, bahagialah sama Andro kalo emang itu yang kalian pengen. Gue gak bakal halangin, lo bisa pegang omongan gue. Gue bakal baik - baik aja, gue cuma butuh waktu buat berdamai dengan diri gue sendiri. Gue maafin lo gimanapun lo temen baik gue. Tapi seperti yang lo sendiri tau maybe times will be heal the wound, but how about the scars? Gue pergi dulu, lo bisa ngobrol sama Gita", Anthea menepuk pelan bahu Sarah, tersenyum tipis dan perlahan menjauh menghampiri sekumpulan siswa yang sibuk membuat dekorasi.
Sarah terduduk lemas memandang Anthea dari jauh, dalam hati dia sadar dia sudah kehilangan sahabat terbaiknya. Semua ga bakal sama lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crush In Different
Teen FictionKetika perbedaan menghentikan kebersamaan, masih adakah jalan untuk kembali pulang?