Gadis itu berjalan ke dalam menuju kamar yang menjadi tempat beristirahat sepupunya ini. Dengan bertolak pinggang, ia mengarahkan jari kepada Lana, "Kau–, keluar dari sini!"
"JENIFFER!"
Mata jeniffer melotot, "APA?? Memangnya aku salah? Dia kan memang pelacur, jadi harus pergi dari hadapanmu!"
Laki-laki itu hendak berdiri dengan amarah membara, namun sebuah tangan menahannya. Noah pun memandang Lana yang memberikan tatapan penuh arti padanya, tanda wanita itu tidak mau jika Noah membalas perkataan Jeniffer.
Sementara itu Lana membangkitkan tubuhnya dari atas kasur, ia kini berdiri di hadapan sepupu dari Noah itu, "Hai, aku Lana. Siapa namamu? tanya Lana sembari mengulurkan tangan.
Jeniffer yang tak sudi berkenalan dengan perempuan jalang seperti Lana pun mendecih. Jari telunjuknya menyentuh dada Lana, "Pelacur sepertimu tak boleh dekat dengan sepupuku. Kau pikir, Ibunya akan senang mendapatkan pasangan wanita sepertimu?" Jeniffer mendecih membuat Lana terdiam.
Dia sudah terbiasa dengan perkataan setiap orang yang memberikan label pada dirinya. Akan tetapi, apa yang dikatakan Jeniffer ada benarnya juga. Tidak mungkin seorang anak yang dibimbing baik dari kecil mendapatkan pasangan yang buruk sepertinya? Pasti mereka akan memilih calon yang mempunyai bibit, bebet dan bobot yang jelas.
Halo, Lana? Kau harus tersadar bahwa kau tidak akan mendapatkan laki-laki yang sangat mencintaimu. Kau harus kembali kepada kenyataan pahit atas keputusan yang dibuat di masa lalu.
Segera tersadar dari lamunannya, Lana mencoba untuk tidak larut dalam kesedihan. Dia memaksakan senyumnya yang semula telah pudar, "Baik kalau begitu. Aku permisi dulu." ungkapnya seraya berjalan pergi. Noah yang ingin menghadang langsung diberikan gelengan oleh Lana tanda laki-laki itu tak perlu mengikuti.
Kini di ruangan minim penerangan itu menyisakan Noah dan Jeniffer yang melanjutkan perbincangan.
********
Lana akhirnya sampai di rumah yang berwarnakan putih itu. Dipencetnya tombol kunci pada mobil, setelah sebelumnya meraih tas cokelat milik Lana.
Tubuhnya yang lelah membutuhkan istirahat yang panjang. Belum lagi batin Lana yang tersiksa menimbulkan kelelahan penuh. Berhasil membuka pintu, Lana membiarkan tas beserta kunci mobilnya tergeletak begitu saja di lantai.
Ia berjalan lunglai menuju kamar sembari melucutkan pakaiannya satu-persatu. Tubuhnya yang hanya terbalutkan bra dan celana dalam, tak membuat Lana menjadi kedinginan. Lana yang melihat kasur langsung merebahkan tubuh dan menenggelamkan wajanya di atas bed cover tebal itu.
Malam ini terpaksa ia harus membatalkan client kedua karena Noah yang datang begitu saja dan membawanya ke Club. Menghembuskan napas panjang, Lana membalikkan badan menjadi posisi telentang. Kejadian hari ini yang begitu banyak menghampiri hidupnya sedikit membuat kepala Lana berdenyut.
Ia berusaha memijit kening agar rasa pusing menghilang. Tiba-tiba saja sekelebat memori muncul dipikiran Lana. Wanita itu sejenak memikirkan perkataan yang tadi ia dengar, yakni beberapa orang di sekitarnya memberikan saran kepada Lana untuk berhenti dari pekerjaannya ini.
Kalau Lana berhenti, bagaimana memastikan kelangsungan hidupnya? Menggantungkan harapan pada keluarga dan orang terdekatnya? Ah, jangan bermimpi! Lana sangat tahu jika ia berharap kepada mereka maka akan lebih memakan banyak kekecewaan. Karena pada akhirnya, entah orang itu menuntut balas atau pergi menjauh, Lana pun terpaksa untuk berjuang sendiri untuk mendapatkan apa yang ia butuhkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE S*X TAPE
Любовные романыKalian bisa follow aku lebih dulu agar bisa membacanya. Rated: (18+) ******** Ingin rasanya Lana berkeluh kesah akan perjuangannya dalam mencari pekerjaan demi bertahan hidup. Seandainya saja ada tempat bersandar bagi Lana, mungkin gadis itu tidak m...