[Honey & Poison]

4.6K 336 66
                                    

Naruto bergulung diatas futonnya yang tidak begitu empuk itu dengan telepon genggam menempel ditelinga. Suara sang sahabat terdengar begitu renyah tertawa diseberang sana sukses membuat bibir tipis gadis itu meruncing kesal.

"Oh terimakasih atas reaksi anda. Saya sangat tersanjung." cibir si pirang yang meskipun tak terlihat oleh lawan bicaranya namun tetap menunjukkan ekspresi kecutnya.

"Aku tidak pernah bosan dengan kisah hidupmu yang penuh warna, nona Naruto."

"Hidupku bukan lelucon, Sakura!"

"Sayangnya nasibmu berkata lain, sayang."

"Tutup mulutmu! Kau pikir peruntunganku seburuk itu?"

Gelak tawa kembali terdengar diseberang telep membuat ubun ubun Naruto semakin mendidih. Tak menyangka ajang meluapkan rasa rindu dan berbagi kisahnya berakhir menjadi bahan tertawaan. Apalagi jika bukan karena amplop laknat yang sampai ditangannya dengan cara yang tidak lazim. Gadis pirang itu memilih diam sampai sahabat lama yang dijumpainya kemarin siang kembali tenang. Sebagai pelampiasan sejumput keripik kentang sukses menjadi remahan didalam mulutnya.

"Hentikan kebiasaanmu itu, Naruto. Tidak ada pria yang mau menikahi gundukan kuning yang bisa berjalan." Kata Sakura kemudian. Naruto hanya mengangkat sebelah alisnya lalu meneguk air mineral yang berada tak jauh darinya.

"Aku tidak butuh lelaki yang menatap wanita karena bentuk fisiknya." balas Naruto sedikit sarkas dan penuh penekanan pada kata terakhir dalam kalimatnya.

"Baiklah baiklah. Tapi sungguh aku sangat terkejut kau bisa bekerja di Izanami dengan posisi itu, Naruto. Tapi aku senang kau bisa bertemu dengan Tuan Gagakmu disana, ya kan?"

"Hm. Meskipun tidak berakhir dengan baik." suara Naruto melemah seiring kelebat ingatan lelaki berambut panjang yang menjadi impiannya selama ini.

"Tidak sayang, bagaimana jika ini hanya sebuah awal? Mungkin kisah cintamu yang sesungguhnya baru saja dimulai?"

"Bagaimana bisa? Aku tidak sedang jatuh hati pada lelaki manapun, Sakura."

"Coba kau lihat dari sudut pandang yang berbeda. Disuatu tempat seorang lelaki berambut panjang tengah mengawasimu diam diam dan berusaha melindungimu dengan caranya yang sedikit berbeda." ujar Sakura dengan nada bak narator dalam drama kolosal romantis abad pertengahan.

Helaan nafas terdengar dari mulut si gadis pirang, mendengar celotehan Sakura yang seperti menebar kembali benih benih bayangan manis akan sosok pria berambut panjang itu membuatnya lelah. Andai Sakura tahu bahwa Naruto sedang berusaha menapaki kenyataan dan mengecap pahit dari terlalu banyak rasa manis sebuah harapan.

"Tidak ada yang seperti itu, Sakura."

"Ada. Kau hanya belum menyadarinya."

"Kau bicara seolah tahu segalanya?"

"Aku memang tahu."

Tak pelak jawaban Sakura membuat Naruto tersentak. Apa artinya itu?
"Kau tidak sedang membicarakan Neji kan?"

"Tidak. Aku sedang membicrakanmu."

"Hei kau membuatku bingung."

"Kau membuatku mengerti jika harapanmu pada Tuan Gagak belum padam, Naruto."

"Atas dasar apa kau bicara seperti itu?"

"Kau masih bertahan di Izanami.
Lambang perusahaan itu adalah kepala gagak bermata merah. Secara tidak sadar kau berasumsi atau karena insting, kau memasuki perusaan itu. Bahkan ketika kau mendapatkan pekerjaan yang bukan menjadi incaranmu, kau tetap disana karena kau yakin dia ada disana. Apa aku salah?"

My CrowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang