Sebelunya Shuu minta maaf jika reader sama merasa cerita ini maksa karena pengetahuan author yang kurang. Silakan koreksi jika kalian menemukan kesalahan. Jangan sungkan beritahu saya, kita sama sama belajar dari kesalahan. Douzo~
* v *
"Lho bos, kenapa ada disini?"
Mata Naruto terbelalak. Bukan karena keberadaan sang Uchiha Itachi diruangan itu melainkan karena otaknya yang lambat memproses informasi yang seharusnya orang biasa pun tahu bahwa anggota keluarga tak butuh alasan untuk bersama sama.
Respon Itachi hanya sebuah senyum simpul yang membuat Naruto bergidik.
"Kau sudah datang Naru chan. Apa kau baik baik saja? Kau terlambat lebih dari setengah jam." Mikoto menyambut Naruto dan mempersilakan gadis itu duduk.
"Saya baik baik saja, nyonya. Tak kurang sedikitpun." Naruto mengambil tempat diseberang Mikoto dan sedikit lebih jauh dari Itachi. Entah mengapa Naruto merasa sepasang onyx pria itu terpaku kepadanya dan membuat dirinya sedikit tak nyaman. Itachi seperti melotot padanya.
Mikoto menuangkan teh hangat kedalam cangkir yang sudah disediakan untuk Naruto. Diatas meja ukir berlapis kaca itu pula beberapa kue kue kecil yang terlihat manis dan menggiurkan tersaji.
"Minumlah dulu untuk menenangkan hatimu." kata Mikoto. Naruto sedikit membelalakkan matanya, sedikit terkejut wajah cemasnya ternyata mudah terbaca.
"Err terimakasih, nyonya." Naruto lantas menyesap sedikit demi sedikit tehnya. Aroma manis, sepat dan harum menyeruak penciumannya, menebar sensasi tenang dan hangat yang membuatnya kembali bersemangat. Perasaan Naruto sudah lebih baik, lalu dikeluarkannya kotak beludru merah dari dalam tasnya.
"Ini kalung yang akan saya jual, nyonya. Lalu siapa calon pembeli kalung ini?" Naruto melihat sekeliling ruangan itu dan hanya ada tiga orang termasuk dirinya.
"Aku." Itachi mengulurkan tangannya dan meraih kotak itu.
Naruto tidak terlalu terkejut tapi tetap saja heran karena Mikoto bilang kenalannya yang akan membeli bukan anaknya? Mereka seolah ingin bermain dengannya dan berputar putar. Perasaan Naruto mulai tak tenang lagi, diambilnya cangkir teh diatas meja dan dihabiskannya sisa minuman itu dalam sekali teguk.Itachi membuka kotak beludru merah ditangannya. Didalam kotak itu sebuah liontin ruby dengan cincin tiga tomoe perak yang berkilau menyambutnya. Perasaan hangat yang merayap didalam dadanya menyebar ke seluruh tubuh, membangkitkan nostalgia belasan tahun silam saat malam festival musim panas di kuil kecil diatas bukit. Sial, betapa lelaki itu merindukan gadis kecil dalam memorinya yang kini telah berubah menjadi wanita yang begitu menarik.
Mikoto melihat perubahan ekspresi pada mata Itachi. Putra sulungnya benar benar bahagia meskipun raut wajahnya tetap sedatar tembok. Pasti Itachi menahan dirinya, mungkin lebih baik jika Mikoto tak mengganggu mereka.
"Nah, kalian berdua silakan bertransaksi dengan santai. Aku harus turun kebawah untuk memantau tokoku." Pamit Mikoto. Namun Itachi mencegahnya pergi, sesaat membuat Mikoto menyangka Itachi mungkin merasa canggung jika tak ditemani.
"Aku membutuhkan saksi dalam transaksi ini." jelasnya.
Benar juga, pikir Mikoto teringat suatu hal yang telah disampaikan putranya sebelum Naruto datang.
Mikoto kembali pada posisinya dan mengamati mereka dengan antusias.Naruto memperhatikan Itachi yang tengah meneliti liontin ditangannya. Entah mengapa ia merasa familiar dengan sepasang tangan itu.
"Kualitas kalung ini baik sekali. Aku yakin ruby ini asli. Dimana sertifikatnya?" kata Itachi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crow
Fanfiction"Dari semua wanita didunia ini mengapa harus aku yang menjadi pengantinmu?..." "Karena kau punya hutang denganku." An ItafemNaru fanfiction Rating M (may be) without lemon *author masih polos//plakk Yo! Ini ff crack pair reader sama, saya tulis hany...