Kolong Keempat: Murid Baru

11K 1.1K 356
                                    

            Vian sudah meninggalkan semua sifat manja dan cengengnya. Bahkan cowok itu sekarang juga tertarik ikut ekskul bela diri. Dia nggak dipandang sebagai bule kesepian lagi, tapi bule cantik yang dikelilingi body guard. Tentu saja ketiga cowok itu adalah pengawal pribadi Vian. Vian punya banyak teman, walaupun Vian tahu kalau sebagian dari mereka nggak tulus dan hanya modus berteman dengannya. Mereka hanya menginginkan popularitas.

"Ada yang naruh surat cinta di laci bangkuku..." Bima menunjukkan sebuah amplop berwarna pink dan bergambar hati pada mereka. Ketiga pasang mata lainnya menatap amplop yang sudah tergeletak di atas meja tersebut dengan wajah bengong.

"Salah alamat, kali!" Satrio menunjuk surat itu.

"Iya, nggak mungkin ada cewek yang suka sama cowok jorok kayak kamu, Bim!" Gigih menimpali. Vian yang masih membisu.

"Aku pikir nggak ada yang mustahil, sih! Bima ganteng, kok!" Kali ini Vian berkomentar.

Bima menepuk dadanya bangga. Satrio dan Gigih mendengus nggak setuju.

"Kalian berdua juga ganteng. Hanya saja kalian minus kepribadian. Cewek-cewek pasti nggak akan ada yang mau deket kalian kalo tahu bentuk asli kalian di kosan..." Celetukan Vian membuat ketiga cowok itu meradang.

"Lihat siapa yang ngomong!"

"Iya, kayak dia yang nggak aneh aja!"

"Dulu siapa ya yang doyan nyasar dan mewek?"

Vian mendengus mendengar komentar balik ketiga cowok itu. Dia mengedikkan bahunya sebentar, lalu tersenyum lebar.

"Paling nggak aku udah berubah."

"Iya, siapa sangka akhirnya cowok manja doyan nangis itu bisa mandiri kayak gini? Udah gitu tingkahnya jadi lebih nyebelin, lagi!" Satrio menjitak kepala Vian. Vian mengaduh. Kedua pasang mata lainnya mengangguk setuju.

"Kamu maen gebet cewek orang ya, Vian? Tuh ada anak sekolah sebelah yang ngajakin ribut! Katanya kamu godain pacarnya...."

Vian menggeleng kencang.

"Kalian percaya gitu aku godain cewek?"

Ketiganya menghela nafas kompakan.

"Sebenernya sih nggak..." Ketiga cowok itu kompak lagi. Mereka tahu apa yang akan terjadi kalau Vian menggoda cewek. Cewek-cewek akan menjauh. Pertama, mungkin karena mereka takut Vian transgender. Kedua, mereka takut kalah cantik. Jadi wajah saja nggak cukup untuk mengganggu pacar seseorang.

Butuh pergerakan yang berarti tentunya.

"Emang ada masalah apaan?"

"Tuh cowoknya marah, nanya ke aku awalnya. Badannya kan gede dan kekar, tuh... kayak Ade Rai gagal macho gitu, deh!" Gigih bersiap untuk cerita. Cerita Gigih itu selalu saja terlihat lucu di matanya. Gigih sangat ekspresif ketika bercerita.

"Lalu? Lalu?" Vian masih penasaran.

"Dia nanya gini..." Gigih bersiap untuk bermain peran. "Dia nanya, 'Lo kenal sama yang namanya Vian Vilga Hermanto?' Nah kan aku jawab, 'Kenal, Bang! Kenapa?'... Kalian tahu dia bilang apa?"

Ketiga cowok lainnya menggeleng kencang sambil tersenyum geli.

"Dia bilang, 'Gue tunggu besok di sini!' sama pamer bulu ketek asemnya." Gigih masih menggebu. Sebenarnya nggak ada yang lucu di ceritanya, namun melihat ekspresi Gigih itu mau nggak mau ketiga cowok lainnya juga ngakak.

"Oh, jangan-jangan cowok yang kemaren berdiri di gerbang sekolah sama kamu itu, ya Gih?" Vian tersentak, mengingat lagi kejadian kemarin. Gigih menjentikkan jarinya, membenarkan. Sebenarnya kemarin Vian, Satrio dan juga Bima melihat Gigih sedang bicara dengan seseorang di gerbang sekolah. Cowok yang sedang bicara dengan Gigih itu punya postur menyeramkan. Badannya besar dan juga wajahnya seram.

Bintang di Kolong JembatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang