Kolong Keempat Belas: Sebuah Rasa

13.1K 1.3K 365
                                    

            Hubungan Bintang dan Vian berlangsung baik. Sangat baik. Cowok itu sudah nggak pernah berteriak di depan Bintang lagi. Panggilannya juga sudah berubah jadi Bintang. Vian tersenyum saat mengingatnya. Trio absurd itu berkali-kali ngomel pada Vian soal acara kaburnya. Namun ketika tahu kalau semuanya sudah terkuak, mereka bertiga bernafas lega. Satrio dan Bima bersumpah akan membunuh Bintang kalau sampai nggak menyelesaikan rencana ini. Sementara itu Gigih masih ngambek karena merasa dikhianati. Dia yang paling ketinggalan dalam hal ini. Dia nggak tahu apa-apa.

Vian sering mengunjungi kosan Bintang. Bukan untuk ramah-tamah sebagai sahabat. Bukan. Bukan. Vian mengunjungi Bintang untuk minta makan.

"Aku minta makan!" Vian nongol di ambang pintu kosan Bintang. Bintang mendongak saat mendapati Vian tengah menatapnya dengan raut mengiba. Bintang tinggal sendiri. Dia lebih senang sekamar sendirian. Apalagi sekarang ada penghuni baru yang sering nongol untuk minta makan. Bintang bersyukur sudah memilih kosan yang sekamar hanya berisi satu orang saja.

"Emang sama mami Satrio nggak dibeliin makanan?" Bintang bertanya sambil tersenyum geli. Vian sudah masuk ke dalam kamar Bintang.

"Kan hari ini malam minggu. Satrio kencan sama gebetannya, lalu Gigih lagi pedekate juga. Si Bima mah udah ngorok sejak sore..."

"Jadi kamu sengaja gangguin malam mingguku?" Bintang sok nggak suka. Vian mengangguk antusias.

"Makan, yuk!"

"Mau makan apa? Biar aku beliin..."

"Mie goreng, ya!"

"Pake ayam?"

"Iya, yang pedes."

"Kamu nggak usah ikut, biar aku sendiri aja. Kelamaan ntar kalo kamu ngikut." Bintang berdiri, menyambar kunci motornya dan keluar. Vian ditinggal seorang diri di sini. Vian pernah menginap di kamar Bintang. Meski awalnya memang sulit tidur, namun pada akhirnya dia mulai terbiasa.

Vian sudah mulai nyaman nginap di kosan Bintang, meski pada akhirnya dia diomeli oleh trio absurd itu.

"Gitu, ya! Gitu! Mentang-mentang udah ketemu sama si Bintang, kami dicuekin!" Mereka bercanda. Vian terkikik geli, lalu mencoba menjelaskan. Vian tetap saja menempel pada ketiga cowok itu, namun sesekali Bintang seperti sedang memonopolinya. Vian tahu kalau setiap orang juga punya kesibukan. Hanya Vian yang nggak punya kesibukan, jadi dia ikut kemana saja tangan menariknya.

Matanya terpejam di kasur Bintang. Suara motor Bintang terdengar di luar. Vian menutup mata, pura-pura tidur. Dia ingin mengageti Bintang. Bintang membuka pintu kamarnya dan mendapati cowok bule itu sedang memejamkan mata.

"Vian, mie gorengnya udah datang nih!" Bintang menggoyang tubuhnya. Vian masih pura-pura terpejam. Bintang nggak tahu kalau cowok bule itu hanya pura-pura. "Nih anak tidur beneran kali, ya? Udah dibeliin makan, malah ditinggal tidur. Belum lagi kacamatanya nggak dilepas, lagi!" Bintang melepas kacamata Vian. Cowok itu meletakkan kantong berisi dua bungkus mie gorengnya di atas meja.

"Hoi... bangun..."

Bintang memanggil lagi. Vian masih menutup mata. Bintang tersenyum geli melihat mata yang sedang terpejam itu. Perlahan ingatannya melanglangbuana. Mengingat lagi bagaimana cara Vian bertingkah selama ini. Vian jadi lebih manis belakangan ini di dekatnya.

Seperti malam minggu sebelumnya, mereka mengobrolkan hal random. Seperti soal cinta pertama, cinta monyet, sampai pacar pertama. Vian bercerita kalau dia nggak pernah pacaran. Pacarannya selalu gagal. Dia selalu ditolak cewek karena dia lebih manis daripada cewek.

Obrolan itu terus berlanjut hingga malam, ketika Bintang akhirnya memetik gitar dan mulai bernyanyi. Vian request macam-macam dan terlelap. Dia nginap di kosan Bintang dan pulang keesokan harinya setelah sarapan.

Malam ini pun sepertinya harus begitu.

"Udah tidur beneran, nih cowok!" Bintang mendekat ke arahnya, lalu menarik selimutnya. Vian terkikik dalam hati. Dia ingin membuka mata dan mengejutkan Bintang, karena itulah dia memutuskan untuk menunggu.

Namun rencananya gagal total. Apalagi saat bibir Bintang tiba-tiba mengecup sayang keningnya, lalu turun ke matanya, ke pipinya, dan terakhir ke bibirnya. Ciuman itu bertahan di bibir Vian. Vian membuka mata spontan.

Degupan jantungnya menggila.

Matanya terbuka dan mengerjap. Ternyata... Bintang juga memiliki rasa yang akhir-akhir ini mengusiknya. Bintang yang sadar kalau Vian sudah membuka mata segera menjauhkan bibirnya. Namun Vian masih ingin menyelami rasa itu makin jauh, lalu akhirnya tangannya menarik Bintang mendekat lagi.

Kali ini namanya bukan Bintang mencium Vian, tapi mereka berciuman.

Mereka melangkah ke arah yang lebih jauh. Benar-benar lebih jauh.

"Jadi?" Bintang menempelkan keningnya pada kening Vian. Vian tersenyum, lalu terpejam sekilas.

"Apa?"

"Jadi pacarku?"

Vian menatap mata Bintang lagi.

"Apa harus?"

"Biar kamu terikat. Nggak jalang-jalangan lagi. Ingat kalau udah ada yang punya."

"Iya..."

"Nggak takut kalau dihujat dan dibenci?"

"Kita bisa pindah ke luar negeri aja kalo gitu!"

Bintang dan Vian terkekeh.

"Satrio dan Bima tahu lho kalo aku sayang sama kamu. Mereka bahkan sudah nonjok aku dan ngancam. Kalo sampe aku sakitin kamu, aku pasti akan terbunuh." Bintang lagi-lagi membuat pengakuan. Vian melotot. Bintang memang sudah memberitahu Satrio soal ini.

"Kalo tahu kita jadian, mereka pasti minta pajak jadian!" Vian merengut.

"Nggak masalah!"

"Bintang..."

"Hm?"

"Nggak mau bilang, 'Aku sayang kamu.' Gitu?"

Bintang terkekeh, lalu berdehem sekilas.

"Aku sayang, sayang, sayang, sayang kamu... banget!"

"Sayangnya cuma empat kali?"

"Sisanya nyicil, deh!"

"Bintang..."

"Hm?"

"Aku sayang, sayang, sayang, sayang, sayang kamu. Punyaku lima kali!"

Bintang mengecup ujung bibir Vian lagi, lalu tergelak geli.

"Rasa cintaku lebih besar."

"Punyaku, kali!"

Mereka terus berdebat soal hal yang nggak penting. Sesekali Bintang terkikik geli karena mendengar celotehan dan protes Vian. Tanpa mereka sadari, mie goreng mereka sudah mulai dingin.

Selamat makan, semua!

END

Ehm... makasiiihhhh.. buat komentar2nya.. aku makasih banget. Walaupun kadang ada komentar yang nggak masuk di notif. Tapi aku coba bales kok! Karena aku nggak bakalan seperti ini tanpa kalian. Tolong tabok aku kalau aku udah mulai sombong dan jahat. Terimakasih sayang2... sampai jumpa di cerita selanjutnya!

Hari ini Sabtu, 12 Maret 2016

Aku mau promo.. mungkin besok series baru soal budaya akan terbit... Judulnya "Mencari Gemblak" aku butuh pendapat kalian soal itu. Boleh kalian komentar dan kritik dengan pedas, tapi ingat.. kritik dan hujatan itu jelas beda... kritik bagaimanapun caranya adalah sebuah pendapat terbuka penuh tanggungjawab. *Peluk* 

Bintang di Kolong JembatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang