Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu Zarah dan teman-teman seangkatannya. Hari pengumuman kelulusan. Hari dimana jantung anak kelas XII berdebar kencang. Termasuk Zarah.
Hari ini, di sekolah Zarah semua siswa-siswi kelas XII berkumpul di aula sekolah. Wajah Zarah dan teman-temannya sangat tegang, seakan ada beban berat yang mereka pikul.
"Tes.. tes.. Anak-anak perhatiannya sebentar." Suara salah satu guru dari arah depan.
Pandangan siswa-siswi yang tadinya sibuk berbincang membicarakan tentang pengumuman, fokus ke arah sumber suara yaitu Pak Mahmud.
"Anak-anak yang sabar yaa, sebentar lagi kami akan mengumumkan siapa yang lulus dan tidak lulus." Pak Mahmud sembari menghela nafas.
"Yang tidak lulus itu ujian karna dia harus menunggu satu tahun lagi. Yang luluspun itu ujian, karna setelah lulus pasti mereka masih memikirkan harus kerja atau kuliah, memikirkan di mana mereka harus bekerja, dan di mana mereka harus kuliah." Lanjut pak Mahmud menenangkan siswa-siswinya.
"Jadi tetap semangat dan tetap bersabar." Tutup pak Mahmud
Guru berkacamata dengan rambut belah tengah berdiri menggantikan Pak Mahmud untuk mengarahkan siswa-siswinya.
Guru berkacamata itu menghela nafas. "Oke. Anak-anak yang saya sebutkan namanya tetap tinggal di aula, dan yang tidak saya sebutkan namanya silahkan ke mading lihat pengumuman." Pintanya.
Nama salah satu sahabat Zarah disebut yakni Wulan. Zarah dan sahabat-sahabatnya, Ika, Iin dan Eki kaget mendengar nama Wulan disebut. Wajah Wulan menjadi pucat seakan tak ada darah mengalir di wajahnya.
Zarah dan teman-temannya berlari menuruni tangga satu persatu. Zarah dan Iin terpisah dengan teman-teman yang lain. Segera Zarah dan Iin menuju mading.
Mereka mencari-cari nama mereka diantara deretan nama kelas XII. Dengan telunjuk Zarah mencari dengan seksama.
"Iin, kamu cari di sebelah sana, saya cari di sebelah sini." Pinta Zarah.
"Oke, Ra." Iin menyetujui.
Bermenit-menit mereka mencari. Sampai-sampai mereka mengulang dari atas.
"Gimana? Dapat Ra?" Tanya Iin
"Belum." Jawab Zarah.
Mereka mulai gelisah. Keringat mulai bercucuran di wajah mereka.
"In, jangan-jangan kita nggak lulus." Zarah mengira.
"Iya ya Ra." Iin mengiyakan.
Mereka saling berpandangan, pandangan sedih.
"Rara... Iin..."
Tiba-tiba mereka mendengar suara yang tak asing lagi di telinga mereka. Yaa suara itu ternyata suara Ika yang memanggil mereka.
"Rara.. Iin sini." Ika melambaikan tangan.
Rara dan Iin segera menghampiri Ika yang sedari tadi mencari mereka.
"Ada apa, Ka?" Tanya Rara.
"Iya ada apa? Itu kertas apa?" Sambung Iin nunjuk kertas yang dipegang Ika.
"Ini kertas pengumuman khusus kelas kita." Jawab Ika.
"Loh kok, ada sama kamu?" Rara bingung.
"Iya, kertas ini tadi terlepas dari mading. Daripada sobek, saya ambil aja." Jelas Ika.
Rara dan Iin kembali deg-degan. Mereka mengambil kertas dari tangan Ika, dan mulai mencari nama mereka diantara deretan nama-nama temannya.
"Alhamdulillah, L..U..L..U..S."
Mereka berpelukan dengan air mata bahagia.
Babak baru kehidupan Zarahpun bermula dari sini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Hidayah Menyapa
EspiritualKetika Hidayah Menyapa, bercerita tentang seorang gadis remaja yang masih mencari jari dirinya, mencari kebenaran menjalankan syari'at Allah. Bercerita tentang putar balik kehidupannya setelah mengenal Islam lebih dalam. Tentang kisah hijrahnya menu...