02

1.5K 148 20
                                    

Untuk kesekian kalinya ia sangat ingin memutar-balikkan waktu, atau bahkan jika bisa ingin dilahirkan kembali menjadi orang lain. Ia pikir, mungkin jika ia tidak dilahirkan sebagai Melody, tidak akan ada takdir seperti ini.

Sesampainya dirumah, Melody mengambil Handphone lalu dia mulai mengetik E-mail.

"Kenapa kamu ga jadi nemuin aku? Aku berjam-jam nungguin kamu, kamu malah ga ada kabar, maksudnya apa sih? Tadi juga aku ketemu kamu di stasiun. Tapi sepertinya kamu ga tau"

Selesai mengetik langsung saja dia kirim E-mail nya. Sambil menunggu balasan dia menyiapkan makanannya sendiri. Melody memang tinggal sendirian di rumah sebesar ini. Kedua orang tuanya kini tinggal di luar negeri, sehingga dia harus mandiri mengurus segalanya sendiri di rumah ini. Terkadang memang ada teman-temannya yang ikut menginap untuk beberapa hari, termasuk Lidya tentu saja. Meskipun sedari siang ia belum makan apapun, namun menu makan malam kali ini hanya dua potong sosis panggang dan sepiring salad buatan sendiri. Nafsu makannya hari ini sedikit menurun akibat dari persoalan yang dihadapinya seharian ini.

Handphone berbunyi. Cepat-cepat dia menyambarnya dari atas meja. Dibukanya E-mail dari Lidya, hanya ada beberapa baris kata, "Aku sibuk ya, maaf,"

Hanya kalimat itu. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan kalimatnya, namun mengapa itu berarti lain bagi Melody. Dia merasa ada makna lain yang tersembunyi di balik kalimat itu. Melody membalas kalimat tersebut dengan kata-kata,

"Oh, maaf mengganggu. Night :)"

Dia meletakkan Handphone-nya lalu merebahkan diri ke ranjangnya yang hangat dan nyaman. Coba menenangkan hati dan pikiran meskipun banyak pertanyaan di pikirannya yang belum terjawab.

Pagi harinya semua pertanyaan itu terjawab, sederhana sekali. Pukul 8 pagi Melody terbangun, karena kelelahan dia bangun sedikit kesiangan, itu pun dia terbangun karena bel rumah berbunyi berkali-kali. Dia turun dari tempat tidurnya, mengambil jaket yang tergantung di dinding lalu segera beranjak keluar kamar. Tiba di pintu depan rumah dia langsung membukanya dan terlihat sosok Lidya berdiri di depan pintu. Sesaat tadi Melody ingin kembali menutup pintu, namun hal itu batal dilakukannya. Meskipun hatinya memendam rasa kecewa namun dia tidak ingin balas mengecewakan Lidya.

"Oh Lidya, yuk masuk."

"Thanks." Lidya tersenyum lalu masuk ke dalam rumah.

"Pagi amat, ada apa lids?"

"Enggak kok, kamunya aja yang bangun kesiangan, baru bangun kan? Tuh rambut aja masih berantakan."

"Hehe," Melody tertawa. "Aku buatin teh dulu." lanjut Melody sambil beranjak.

"Eh. Gausah, aku cuma mau ngomong sebentar kok,"

"Ngomong apa, Lids?"

"Soal kemarin, aku minta maaf banget. Jujur aku lupa kalo ada janji sama kamu. Kemarin aku malah bikin janji sama temen aku,"

Perasaan sedih kembali menyelimuti hati Melody. Seberapa pentingkah dirinya dimata Lidya? Seberapa istimewanya kah? Entahlah. Namun dia berusaha untuk tetap tenang.

"Oh, gitu... Okelah, gapapa kok. Aku cuma khawatir kenapa kamu kemarin ga ada kabar," jawab Melody.

"Yah, begitulah. Aku bener-bener lupa, Mels. Sebenernya kemarin aku cuma pengen traktir kamu aja, soalnya lamaran aku di perusahaan yang dulu itu di terima." kata Lidya dengan ekspresi kegirangan.

Entah bagi Melody itu kabar menyenangkan atau justru kabar yang tidak menyenangkan. Karena sejujurnya dia berharap kemarin adalah pertemuan yang penting, yang mungkin menyangkut tentang perasaan. Atau mungkin Melody terlalu egois, terlalu berharap sesuatu yang sepertinya tidak akan mungkin dia dapatkan.

ShinkirouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang