Dua

88 31 3
                                    

Hari ini sangat cerah, matahari menyambut pagi dengan sangat gembira. Awan tak sedikitpun menampakan tanda-tanda bahwa hari ini akan turun hujan. Mungkin ini hari yang bagus untuk memulai hari baru untuk Karin setelah putusnya hubungan Karin dan Faris yang kini sudah mendapatkan pengganti Karin, Karin sangat tidak bersemangat karna hari ini ia harus kuliah dan belum siap untuk merasakan sakit didalam dadanya jika harus melihat Faris bersama dengan wanita lain. Tetapi siap ataupun tidak ia harus tetap melewati semuanya ini sendiri.

Ia melangkahkan kakinya dengan tidak bersemangat tidak seperti biasanya ia selalu siap untuk melangkahkan kakinya dengan penuh semangat dan kegembiraan dalam dirinya. Mungkin segalanya telah berubah menjadi tidak berarti, bagaikan sebuah harapan yang telah dibungkus dengan amat sangat rapih tetapi dengan sengaja ada orang yang membukanya dengan paksa yang membuat harapan itu seketika hancur tak tersisa. Baru saja ia ingin melangkahkan kakinya ke gedung C ia sudah melihat sosok Faris dari kejauhan, ia sangat mengenali ciri khas berjalan Faris atau pun ciri khas postur tubuh Faris yang terbilang tegap, ia juga melihat Faris menggandeng seorang wanita dan sesekali tertawa dengannya. Dilihatnya Faris dan wanita itu berjalan ke arahnya, tanpa fikir panjang Karin langsung berlari ke dalam gedung dan masuk ke kelas.

"Lu kenapa si?" Tanya Rena yang terlihat kebingungan dengan tingkah Karin
"Hah? Engga."
Rena adalah sahabat Karin yang dibilang cukup setia karna ia sangat sabar menghadapi sikap Karin yang bergantung kepada moodnya, mungkin bagi Rena hal itu sudah biasa ia hadapi.

"Oon,oon!" Seru Karin yang membuat Rena bingung dengan perkataannya
Karin baru ingat bahwa ia sekelas dengan Faris otomatis percuma ia berlari untuk menghindari Faris, toh ia bakal tetap ketemu dengan Faris, tetapi seenggaknya iya tidak melihat kemesraan Faris dengan wanita itu yang hanya membuat sesak di dada.

"Hai Rin, apa kabar?" Tanya Faris dengan muka tidak merasa bersalah
Sementara Karin hanya terdiam karna ia bingung ingin menjawab apa. Kalau jawab kenapa-kenapa dikira cari muka nanti tapi kalo bilang gapapa Karin sendiri saja tidak yakin kalo dia itu gakenapa-napa.

"Hmm, baik" Jawab Karin datar
"Have a nice day ya" Balas Faris sambil memperlihatkan senyum yang selalu bisa menenangkan hati Karin

"Rin, sepanjang hari ini lu kok murung mulu?" Tanya Rena yang merasa ada yang tidak beres dengan sikap Karin
"Gapapa" Ucap Karin singkat
"Rin gua itu sahabat lu gua kenal banget sama sifat lu" Jelas Rena "Kalo lu ada masalah cerita aja sama gua, ya walaupun misalnya gua gabisa bantu tapi seengaknya gua bisa bikin lu lega karna uneg-uneg lu udah lu ceritain ke gua" Ujar Rena yang masih menatap sahabatnya "Tapi gua bakal berusaha buat bantu lu nyari solusi bareng-bareng, ya kan?" Lanjut Rena
Karin menganggukan kepalanya dan langsung memeluk Rena "Makasi ya Ren, lu selalu ada dan selalu ngertiin gua"

Tidak lama kemudian terdengar suara yang tidak asing lagi ditelinga Karin, Tidak salah lagi ini pasti suara Faris dengan perempuan itu. Sedang apa mereka? Apa mereka sengaja ingin memanaskan hati Karin? Karin meneliti ke arah suara itu berasal diikut Rena yang juga ikut meneliti.

"Sayang makasi ya undah ngasih aku bunga ini" Ujar perempuan itu sambil melihat kearah sebungket bunga ditangannya "Aku sayang banget sama kamu" Lanjutnya dengan nada suara yang sengaja di imut-imutkan
"Iya aku juga sayang banget,banget,banget ama kamu" Jawab Faris
Karin dan Rena yang melihat kejadian itu merasa sangat ilfeel dengan mereka berdua.

"Sayang, kayaknya mantan kamu ngeliatin kita mulu tuh" Wanita itu langsung melirik ke arah Karin dengan bibir yang di manyun unyu kan
"Agnes, udah dong jangan cari keributan" Kata Faris yang langsung mengejar Agnes yang sudah beranjak dari tempat duduk dan berjalan ke arah Karin dan Rena
"Ngapain lu liat-liat? Ngiri ya lu? Masih belum move on? Hah!" Agnes meninggikan nada suaranya
"Gua gaada waktu buat ngeladinin lu" Karin menghela nafasnya "Ayo Ren" Karin lalu meraih tangan Rena dan berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.

"Masih belom move on?" Kata-kata itu terus terngiang dipikiran Karin, kalo bisa dibilang memang ia belom berniat untuk move on dari Faris karna gamungkin secepat itu ia bisa melupakan seseorang yang pernah singgah lama dalam hidupnya. Tetapi mau tidak mau dia harus segera melupakan Faris. Sudah tidak ada gunanya lagi jika ia masih menyinpan beribu-ribu perasaan bahkan walaupun hanya sedikit ia tidak ingin terus menyimpannya karna mungkin sekarang Faris tidak akan peduli lagi dengan perasaanya.

※※※

Maaf ya updatenya masih dikit2 hehe, tapi janji bakal aku perpanjang di update selanjutnya. Happy reading guys

The ValuableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang