Satu

101 32 6
                                    

"Aduh Rin lama banget si angkat teleponnya, ini tuh penting banget" Suara itu terdengar sangat keras dari telepon Karin, suara itu sudah tidak asing lagi ditelinga Karin walau nomor tersebut tidak tercantum namanya dalam handponenya tapi dia sangat kenal dengan suara itu..

"Bawel" Gerutu Karin
"Rin, gua ngeliat Agnes sama Faris jalan berdu..."
"Rena, kalo lu cuma mau ngomongin hal gak penting gua gaada waktu. Lagian gua udah putus sama Faris" Karin memotong kata-kata Rena dan langsung mempertegas suaranya dan mematikan ponselnya lalu melemparnya ke kasur.

Air matanya mengalir tanpa ia duga sakit hatinya saat mendengar nama Faris seseorang yang sangat ia cintai sudah cepat melupakan segala kenangan bersamanya, Air mata ini mengalir dengan deras mengalahkan derasnya hujan diluar sana.

Tok..tok..tok
"Masuk" Gubris Karin yang langsung menghapus air matanya yang sempat mengalir deras.
"Besok kan libur, kamu temani papah ya ke kantor?"
"Tapi.."
"Sayang, papah ingin sekali ditemani kamu" Katanya sambil mengusap kepala Karin dengan lembut.

Lelaki itu sudah berumur 47 tahun tetapi raut wajahnya masih terbalut dengan ketampanan yang membuatnya masih terlihat muda dan gagah. Lelaki itu memang sering mengajak Karin kekantornya, tetapi Karin jarang mengiyakan ajakannya itu.

Gedung kantor itu lumayan besar dan mempunyai tingkat sampai 51 lantai, gedung kantor yang lumayan cukup terkenal di daerah jakarta karna gedung ini memiliki ketinggian 262 M dan pernah menjadi gedung tertinggi di Indonesia. Karin senang melihat gedung itu dari luar karna memiliki warna biru yang eksotis jika terkena sinar warnanya akan sangat bersinar, apalagi jika sudah berada didalamnya kenyamanan mudah didapat didalamnya.

Gedung itu milik papahnya sendiri perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan. Pegawai disana juga sangat ramah-ramah, kesuksesan dalam membina gedung itu menjadi terkenal seperti sekarang berkat dukungan dari seseorang yang sangat papahnya cintai yaitu sosok mamahnya yang selalu memberi suport disaat keadaan baik maupun buruk sekalipun.

"Karin, papah ada meeting kamu tunggu ruangan papah aja dulu ya?"
"Hmm, oke deh"
Ruangan itu sangat rapih dan bersih, cat berwarna putih elegan membuat ruangan itu terkesan nyaman, didalam ruangan itu terdapat foto Karin dan mamahnya yang dibalut bingkai yang sangat rapih, ruangan iti tidak terlalu besar tetapi tidak terkesan sempit.

"Permis.."
"Bisa gak kalo masuk tuh ketuk pintu dulu! Gapernah diajarin sopan santun apa lu?" Bentak karin memotong perkataan seseorang yang kini terlihat kebingungan
"Maaf, tapi saya disuruh pak Anwar untuk masuk saja keruangannya dan menemui anda"
"Oh"
"Saya disuruh untuk menemani anda makan siang, karna sekarang sudah waktunya makan siang" Jelas laki-laki itu
"Galaper!" Seru Karin
"Baiklah kalo gitu permis.."
"Eh tunggu"
Lelaki itu berhenti dan membalikan badannya "apa?"
"Gua laper" Kata Karin yang langsung beranjak keluar dari ruangan itu melewati lelaki itu yang sedang berdiri diambang pintu.

Lelaki itu memiliki suara lembut yang bisa mencairkan hati yang beku, dengan kulit hitam tetapi manis ya senyumnya sangat manis, tingginya diatas Karin badannya tegap dan juga berisi. Lelaki yang sungguh menawan di usianya yang mungkin diatas Karin.

"Kerja di bagian apa?" Kata Karin memecah kesunyian yang sudah lama terjadi diantaranya
"Informatika, tapi Part Time"
"Oh"
"Anda mahasiswa jurusan apa?"
"Desain" Jawab Karin singkat yang langsung disambut dengan angkat tangannya ke arah pelayan "Mba kecapnya abis ni" tidak lama seorang pelayan datang membawakan sebotol kecap yang masih penuh.

"Nama kamu siapa?"
"Karin, lu?"
"Julian" Jawab lelaki itu yang langsung melanjutkan makannya kembali.

Tidak lama kemudian Julian terlihat sangat gelisah sesekali ia melihat handponenya dan jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya "Kar aku harus pergi ni ada urusan mendadak, makanannya biar saya yang bayar" Kata Julian yang langsung pergi meninggalkan Karin yang masih asik menyantap bakso dengan lumpur kecapnya itu.

※※※

Mohon dukungannya semoga saya bisa menyelesaikan cerita ini dengan baik hehe.. happy reading guys

The ValuableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang