1. Dia Pulang?

14 0 0
                                    

AYU

Panas. Seperti yang aku rasakan hari ini. Bukan panas karena melihat pacar selingkuh, tapi karena memang cuacanya sedang panas. Serius. Coba bayangkan di saat jam terakhir pelajaran ada ulangan matematika dengan bab yang sama sekali tidak kamu pahami plus AC dan kipas mati disaat musim kemarau.

Kalian pasti tahu bagaimana rasanya ketika bulir-bulir keringat  mengalir deras membasahi jidat serta pakaian yang semakin membuat tidak bisa fokus pada soal.

Dan sekarang aku sudah tidak sanggup mengerjakan 5 soal yang tersisa. Tinggal 5 dari 6 soal yang belum aku kerjakan. Ya Allah, tabahkanlah guru matematikaku. Semoga beliau kuat mengajar. Maafkanlah muridmu yang selalu tidur saat pelajaranmu pak.

"Parasayu. Kerjakan soalnya. Jangan diajak tidur itu soal" tiba-tiba terdengar suara merdu Pak Bianca dari belakangku. Serius deh, suaranya Pak Bianca itu enak banget didengar.

Duhh pak. Daripada jadi guru matematika. Mending jadi penyiar radio atau pembawa berita aja deh pak. Padahal suara sama wajahnya bapak udah cakep lho. Masih muda pula. Ckckck.

"Ehh bapak. Ndak saya ajak tidur kok. Saya kasihan sama soalnya, dia nggak bisa nyelesaiin masalahnya sendiri. Akhirnya saya berbaik hati buat nyelesaiin masalahnya deh"

"Lalu sekarang masalahnya sudah selesai?"

"Hehe. Belum pak. Soalnya ini rumit banget. Ada cinta segitiga antara x,y, dan z. Jadi ya saya lagi berpikir sambil merem ini pak" kataku sambil merem sesuai ucapanku

Takk

"Aduhh pakk. Jidat saya ini. Jangan disentil" erangku memegang jidatku

"Ya tahu kalau itu jidat kamu. Masak jidat saya? Sudah. Kamu itu ya Ayuu. Tetap saja tidak peduli pelajaran atau ulangan saya, pasti ada saja tingkah kamu itu" omelnya padaku. Dan hanya aku balas dengan cengiran. Seisi kelas pun juga ikut menertawakan aku.

Maklumlah, sudah pemandangan biasa dikelas ini jika Pak Bianca dan aku selalu berdebat karena memang aku salah satu murid yang benar-benar sulit mudeng dengan pelajaran matematika. Jadi ya pelajarannya sering aku tinggal tidur. Karena hal itulah Pak Bianca paling ingat denganku.

"Sudah anak-anak. Sisa waktu kalian tinggal 10 menit lagi. Yang sudah selesai, silahkan soal dan jawaban kalian taruh depan lalu kalian bisa langsung pulang"

Ketika Pak Bianca bilang begitu, hampir seisi kelas langsung berdiri dan mengumpulkan ulangan mereka. Ehh buset dahh. Aku gimana ini? Gak bisa nyontek pula. Haduhh itu si tengil ama kadal udah mau ngumpulin pula.

Sepertinya tidak ada jalan lain. aku harus menggunakan ilmu kepepet. Okeh, tinggal nomor 1-5 saja. Mudah.

Jawaban ulangan mat:
1. Untuk pak Bianca tercinta, maafkanlah muridmu ini pak. Saya lupa rumusnya *peace*

2. Nomor 1 saja ndak bisa pak. Apalagi nomor 2, jadi ya mending bapak saya kasih cerita aja deh.

3. Jadi begini pak awalnya itu x sama y itu pacaran. Mereka hidup bahagia.

4. Lalu (-) dan (÷) menyerang sehingga x dan y putus pak. Kemudian z datang menghibur x dibantu oleh (+) dan (×) sehingga x pun tersenyum kembali.

5. Akhirnya z pun menikahi x dan mereka hidup bahagiaa.

Terharu kan pak ceritanya XD

Setelah itu, aku mengumpulkan ulanganku dan menyelipkannya di tengah ulangan yang lainnya supaya Pak Bianca tidak menarikku ke ruang guru dan mengomel lagi. Hehehe, walaupun Pak guruku itu masih muda, lajang plus tampan, kalau sudah mengomel masyaAllah bikin kuping panas.

Sebelum meninggalkan kelas, aku menyapa pak Bianca dulu dan memberinya cengiran yang lebar sehingga membuat alis pak ganteng itu naik sebelah.

*****

"Hmm. Sepertinya nilai matku besok tidak akan selamat. Hahaha" ceritaku pada Rina, teman sekelas yang paling dekat denganku.

Berbeda denganku, Rina terbilang siswa yang cukup cerdas dikelas. Dia jarang tidak mengumpulkan tugas, dan biasanya juga rajin menyimak pelajaran guru.

Tidak sepertiku yang sering tidur saat pelajaran terutama untuk pelajaran yang tidak begitu aku sukai. Tapi walaupun begitu aku tidak masuk dalam jajaran siswa terbawah kok. Masih dalam kategori tengah-tengah.

"Salahmu sendiri Ay. Kamu kan punya kakak yang kuliah matematika. Kenapa tidak minta diajari kakakmu saja. Aku sudah sering mengingatkanmu hal itu. Dan aku juga sudah tahu alasannya kenapa. kamu tidak perlu menjelaskannya lagi" cerocos Rina sebelum aku akan menjelaskan seperti biasanya.

Hahaha. Memang aku punya seorang kakak perempuan yang terbilang cerdas karena sejak jaman uapek TK dulu sampai kuliah sekarang selalu berada di kelas unggulan dengan nilai selalu tinggi di atas rata-rata.

Dan sekarang dia sudah semester 8 di jurusan matematika. Mungkin keren ya bisa tahan di bidang matematika. Kalau aku sih memang nggak tahan di pelajaran yang penuh banyak angka.

"Ay?". Ah rupanya aku melamun.

"Apa Rin? Iya. Aku nggak pulang dulu kok masih ada kegiatan. Taulahh. Reporter itu sibukk. Bentar lagi majalah sekolah naik cetak. Huehehe" jawabku ngasal. Tapi jujur sih. Walaupun kadang sableng-sableng gini aku seorang reporter sekolah man.

"Emang aku nanya?" Jawab Rina dengan wajah flatnya

"Oh nggak nanya ya. Lah emang aku tadi cuma ngasih info kok. Yeee GR iih" jawabku agak lebay. Malu ding. Ternyata dianya nggak nanya.

"Hmm. Yaudah. Aku pulang dulu ya. Jangan lupa pe er buat besok dikerjain" pamit Rina

Yakalii kayak aku bakal ngerjainnya. Ada PR apa aja aku nggak tahu.

Drttt

Aku membuka hapeku karena sepertinya ada chat masuk. Ah dari kakakku rupanya.

Mbak Ocha: Ay, mas Aldi pulang

Siapa coba mas Aldi ini?

*****

Until the Flower BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang