Case 1 : Toon #3

63 7 3
                                    

"Disini kamu rupanya." Katanya mengagetkanku.

Ternyata dia. Gadis menyebalkan itu.

"Ada apa?" Jawabku singkat.

"Sudah jam berapa ini? Mengapa masih berdiri disini? Cepat keluar!" Katanya dengan tatapan sinis.

"Bukan urusanmu 'kan? Dan tahu darimana kamu aku ada disini?"

"Apa IQ-mu dibawah rata-rata? Kamu tidak ingat harus kemana kamu saat jam istirahat tiba?" Matanya mulai melotot.

Oh My God! Mengapa aku bisa lupa begini. Aku kan disuruh ke ruang BP oleh guru itu. Dan jam berapa ini? Aku melihat jam tanganku, ternyata sudah jam 09.45 sudah 15 menit lalu bel berbunyi tanda istirahat tiba. Pasti karena keasyikan di atap aku jadi tidak mendengar bel berbunyi.

"Terimakasih sudah mengingatkan ku." Kataku sambil berlari melewatinya.

"Hey tunggu aku!" Teriakan gadis itu sangat nyaring memekikkan telingaku. Dia berlari mengekori ku.

Aku melilitkan rantai dan gembok di pintu.

"Gembok dan rantainya rusak, kamu bisa dapat masalah kalau sampai ada yang tahu." Katanya sambil menunjuk rantai dan gembok itu.

"Maka dari itu, kamu harus tutup mulut kalau tidak, kamu mau dapat masalah?" Kataku sambil menatapnya lekat-lekat.

"Mengapa aku? Kan kamu yang merusaknya." Dia tampak mengernyitkan dahi.

"Tapi kamu juga ikut ke atap kan? Lihat itu...." aku memegang punggungnya dan mengarahkan jariku ke atas.

"Camera CCTV?" Tanyanya dengan wajah polos.

Aku hanya mengangguk pelan. Dia menatapku serius.

"Memangnya kenapa? Apa hubungannya dengan CCTV itu?" Dia masih tidak mengerti.

"Apa IQ-mu berada dibawah rata-rata? Itu artinya, kegiatan kita terekam oleh CCTV itu. Sekitar 25 menit yang lalu, aku berusaha membuka pintu ini, akhirnya aku berhasil tapi aku melakukan kesalahan hingga merusaknya, tanpa pikir panjang aku langsung masuk. Karena ini susah untuk dibuka, aku membutuhkan waktu sekitar 5 menit, aku masuk dan berada disana sekitar 15 menit, dan kamu masuk sekitar 5 menit yang lalu sebelum kita keluar." Jelasku panjang lebar.

"Lalu?"

"Lalu, CCTV itu merekamnya, orang yang melihatnya pasti berpikiran kalau kita sudah merencanakan untuk pergi ke atap karena kamu terlihat sangat buru-buru, seolah tidak ingin aku menunggumu terlalu lama. Aku keluar dengan berlari, dan kamu mengikutiku sambil berlari juga, bukan? Orang yang melihatnya mungkin akan mengira aku sedang marah dan kamu terlihat mengejarku untuk minta maaf, melihat kita masih berada disini dan membicarakan sesuatu, mungkin mereka mengira kita sedang berargumen."

"Tapi hanya kamu yang merusaknya, dan aku akan memberikan kesaksian kalau aku hanya disuruh oleh Bapak Ikhsan untuk mencarimu dan memanggilmu ke ruang BP." Wajahnya mulai takut.

"Saksi bisa saja jadi tersangka. Dan tidak ada yang bisa mengalahkan bukti. Kesaksian seseorang bisa saja dianggap palsu." Aku mulai menakut-nakutinya.

"Baiklah, aku akan tutup mulut."

"Bagus, jangan ceritakan kepada siapa pun kalau aku dari atap. Oke?" Kataku sambil mengangkat jari kelingking.

Dia melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingking miliku. "Oke. Sekarang cepat pergi dari sini. Suasananya benar-benar horror." Katanya mulai menuruni tangga. Aku memegang tangannya dan dia menghentikan langkahnya.

"Kamu tidak mau ketahuan tentang rusaknya gembok dan rantai pintu ini kan?" Tanyaku pelan.

"Tentu saja."

Secret CasesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang