Case 1 : Toon #4

74 6 1
                                    

......................

"Tolong aku. Aku ingin kamu be........"

Dia menatapku serius.

"Aku ingin kamu belikan aku rantai dan gembok yang sama dengan yang ku rusak." Kataku sambil menjauhkan wajahku darinya.

"Uangnya sudah ada tanganmu." Sambungku.

"Haahhhh, bikin baper aja." Katanya lirih. Tetapi aku masih bisa mendengarnya.

"Apa katamu?" Aku mencoba meyakinkan apa yang ku dengar barusan.

"Bukan apa-apa. Baiklah, aku akan membantu mu." Dia tersenyum. Manis sekali.

"Baguslah. Tunggu aku di depan pintu masuk ke atap. Oke? Ingat, di pintu masuk ke atap. Jangan temui aku di halaman." Kataku menegaskan.

"Iya cerewet. Dasar gigi pagar." Kali ini dia memasang wajah mengejek yang sangat menggemaskan.

"F*ck you! Behel ini mahal, jadi jangan coba-coba mengejek." Aku pura-pura marah. Dia nampak takut.

"Oh god! Kasar sekali omongan bocah ini. Just kidding, boy!" Dia terlihat gugup.

Aku memang memakai behel, tapi ini hanya untuk kepentingan penyamaran. Kurasa, penampilan ku saat ini benar-benar aneh.

"Apa katamu? Bocah? Aku jauh lebih tua darimu, aku sudah lulus sekolah dan sekarang........" Sial, aku hampir keceplosan.

"Sekarang apa?" Dia penasaran.

"Sekarang cepat kamu kesana, teman-temanmu memanggilmu." Aku mengalihkan pembicaraan.

Dia menoleh kearah teman-temannya.

"Kamu mengusirku? Mereka tidak memanggil ku tuh."

"Anak perempuan seharusnya bermain dengan anak perempuan lain, kenapa malah disini bersamaku?"

"Lebih baik aku ke perpustakaan daripada bersama mereka. Tapi sudah jam segini, sebentar lagi guru selesai rapat. Aku disini saja yaa."

"Iya, iya. Tapi jangan ganggu aku." Aku mulai memejamkan mata. Tapi tidak bisa konsentrasi karena suasana kelas kali ini sangat gaduh.

Aku membuka mataku, aku harus menyelesaikan kasus ini dengan cepat.

Tiba-tiba guru datang. Kami pun belajar seperti biasa.

— — —

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, aku bergegas ke halaman sekolah dan melaksanakan hukuman.

Setelah selesai, aku langsung menuju ke atap. "Kenapa gadis itu lama sekali."

"Ini pesananmu" katanya sambil terengah-engah.

"Dasar lamban." Aku mengambil benda itu. Memasangkannya di pintu, dan ini mengunci dengan sempurna.

"Kerja bagus, terlihat sangat mirip." Kataku sambil mengelus rambutnya kasar. Dia hanya tersenyum.

"Buang yang lama ini. Buang sejauh mungkin. Dan kamu sudah boleh pulang."

"Apa? Kamu pikir aku pesuruhmu? Ini tidak gratis ya."

"Baiklah, katakan kamu mau apa? Setelah itu pergilah."

"Aku akan mengatakannya nanti. Jadi, kamu masih punya hutang padaku. Ingat itu baik-baik." Dia menjulurkan lidah lalu pergi.

Drrrttt..... Drrrtt...

Ponselku bergetar, seniorku menelepon? Ada apa ini?

"Halo? Ada apa Kak?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 09, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Secret CasesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang