Pulang

147 4 1
                                    

Kau tahu? Diluar hujan. Aku mendengar pasukan hujan datang dengan seribu prajurit yang kuat berani.
Malam ini hanya segelintir manusia yang hingar bingar dalam redupnya malam dan ditemani nyanyian sumbang prajurit hujan. Termasuk aku.
Sudah satu jam mengitari kota ini, kota mati tak bertuan. Hanya ribuan cahaya yang mengelilingiku tanpa suara, tanpa rasa, tanpa cinta. Aku terus berjalan diatas bayangan
sendu, menepi dijalan trotoar. Mencari arah kemana akan kembali.
Pukul 11 tengah malam kini jalanan layaknya pemakaman umum. Sepi menyayat hati membuat bulu kudukku
berdiri. Tepatnya disini, di persimpangan jalan yang tengah ku lewati. Masih jelas
terbayang rindu dalam pelupuk
mataku, kilat maut itu terjadi merebut raga dan jiwamu.

*

Ku ambil kunci di kantong jaketku yang tebal, lalu kubuka pintu hingga suara berdecit.

"I'm home" ucapku lirih, ku langsung merebahkan diri diatas sofa dan menikmati dinginnya malam yang menjalar mimpiku.


"Ibu sepulang sekolah nanti aku akan ada jam tambahan les biola" ucapku sambil mengunyah sarapan rotiku.

"Jangan lupa bawa payung, jangan sampai terjadi hal yang tidak di inginkan lagi. Ibu tak suka kau pulang dalam keadaan basah kuyu" kata ibu
mengingatkanku.

"Iya, Bu. I'll be careful. Dah Ibu, aku berangkat"

"See you soon"

"See you mom" aku mencium pipi Ibuku dan berangakat ke sekolah dengan berjalan kaki.

·

Masih pukul 4 sore, tapi sudah sepi kendaraan. Apa mungkin karena faktor cuaca? Akhir-akhir ini kabar cuaca sedang buruk. Dan minggu lalu beredar kabar kecelakaan di persimpangan jalur Veteran akibat kabut yang menutupi pengemudi sehingga tak dapat melihat jalan dan membuat si pengemudi menabrak seorang wanita hingga tewas. Kasian.

Cuaca semakin buruk. Aku harus segera pulang, Ibu pasti sudah menungguku dirumah.
Ku langkahkan kakiku menjauhi gedung tinggi nan megah yang amat ku banggakan itu, aku beruntung bisa masuk dalam sekolah ini. Dulu Ibuku selalu bilang, kau harus belajar yang rajin agar dapat sekolah di tempat bergengsi. Ilmu yang akan membawamu menuju sukses, bukan uang.
Aku hanya mengangguk sambil mengunyah biskuit sarapanku waktu itu.

Sudah hampir setengah jam aku menunggu angkot, tapi jarang ada yang lewat. Kalaupun ada pasti penuh. Ku putuskan untuk jalan kaki saja, paling hanya menempuh waktu sekitar 15
menit.
Ketika melewati jalur Veteran, banyak orang sedang ramai-ramai mengerubungi sesuatu. Aku fikir, pasti hari ini ada kecelakaan lagi. Dan benar
saja, tak lama datanglah mobil
ambulan membawa korban yang kabarnya meninggal karena tertabrak pegendara motor. Aku semakin
mempercepat langkahku untuk segera tiba dirumah.
Setelah lima menit berlalu akhirnya aku sampai dirumah.

"Ibu, aku pulang" teriak ku ke seantero rumah. Tapi tak ada jawaban dari Ibu, mungkin ibu sedang tidur. Aku tengok
ke kamarnya tapi tak ada.
Aku lupa! Hari ini ibu sedang mengunjungi nenek yang sedang sakit-sakitan di rumahnya. Baiknya aku rebahan sambil menunggu Ibu pulang.
Belum sempat aku duduk di sofa, bel rumah berbunyi.
Paling juga Ibu. Tapi ternyata
aku salah, itu polisi.

"Dengan adik Rico?" Kata Bapak Polisi sambil membungkuk mencoba mensejajarkan dengan mukaku.

"Iya, apa Bapak mencari Ibu saya? Dia sedang tidak ada dirumah. Kau mau menunggunya?" Aku berbicara terlalu banyak sehingga membuatnya tersenyum, kegugu.

"Adik kecil, Bapak minta maaf tidak bisa menyelamatkan Ibumu dengan segera" tutur orang itu dengan wajah yang sangat iba.
Aku diam, masih tak mengerti apa yang diucapkannya. Aku berusaha bertanya tapi tidak dengan suara, kerutan di keningku mewakili rasa bingungku. Tapi aku hanya diam.

"Ibumu meninggal satu jam yang lalu akibat kecelakaan dengan pengendara motor di jalur Veteran"

Aku masih diam, hanya terpaku, lalu menangis. Tanpa suara. Aku tak mampu menangis, bahkan hanya untuk mengeluarkan sebulir air mata pun aku tak bisa meski mataku memerah dan terasa perih.

Di tempat ini, di atas kakiku sedang berpijak.
Itu dua tahun yang lalu, saat yang kutahu Ibu sedang menungguku pulang. Ternyata Ibu yang akan pulang
dengan cepat. Aku rindu Ibu, ketika hujan membasahi air mataku di pusara ini.

PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang