"Arash!" Seorang gadis terengah-engah memanggil pria yang berdiri cukup jauh darinya. Sang gadis tak peduli jika dirinya menjadi pusat perhatian di bandara yang cukup ramai tersebut.
Di dalam pikiran sang gadis hanya satu. Dirinya terlambat menjemput kekasihnya. Mungkin hal tersebut bisa menjadi hal biasa. Tapi yang perlu diingat adalah tidak ada hal biasa jika menyangkut Arash Dewanta Mahendra.
Sang gadis mempercepat langkahnya-nyaris berlari- menghampiri Arash yang menatap dirinya di balik sunglass yang menyempurnakan penampilannya. Sangat tampan.
Sang gadis berusaha mengenyahkan pikiran mengenai betapa tampan kekasihnya dan mencoba fokus pada ekspresi yang ditunjukkan Arash. Menebak sesuram apa wajah yang akan dilihatnya. Demi tuhan, dia membuat Arash menunggunya nyaris dua jam!
"Maaf.." bisikan lirih dan wajah penuh dengan permohonan maaf ditunjukkan oleh sang gadis.
Namun, ekspresi yang ditunjukkan oleh sang kekasih diluar ekspektasinya. Arash tersenyum lebar. Tidak, menyeringai lebih tepat menggambarkan apa yang pria ini lakukan.
"1 jam 58 menit 32 detik" bukan kalimat yang diucapkan Arash yang membuatnya bingung, namun seringai dan mata berbinar penuh kemenangan yang membuatnya mengerutkan kening. Arash sepertinya menyadari kebingungan wanita pujaannya. Dipeluknya wanita yang sangat dirindukannya itu dan berbisik memberi penjelasan.
"Alya sayang, selalu ada hukuman untuk setiap detik keterlambatan. Dont you remember, sweetpie?"
Cukup satu detik Alya menyadari apa yang ada dipikiran Arash. Dirinya mematung, hanya bisa pasrah dalam pelukan hangat Arash yang kini menuntunnya meninggalkan bandara.
Sekali lagi, tidak ada hal biasa jika menyangkut Arash Dewanta Mahendra.
●●●●●●●●
Arash menciumnya habis-habisan. Alya tidak bisa membayangkan semerah apa bibirnya nanti, atau mungkin membengkak karena ciuman Arash yang terlalu intens.
Ini lah hukuman yang Arash maksud. Arash benar-benar tidak menyia-nyiakan kesempatan. Begitu mereka masuk kedalam apartemen Alya, Arash langsung menyerangnya dengan penuh gairah.
Nyaris satu bulan mereka tidak bertemu, karena hubungan jarak jauh keduanya. Alya baru saja memulai pendidikan perguruan tingginya di Singapore dan Arash sedang sibuk dengan perusahaan yang kini dipimpinnya.
Ini adalah tahun ketiga keduanya menjalin hubungan. Awalnya Alya berpikir hubungan mereka semakin lama akan merenggang karena ribuan kilometer mereka terpisah. Namun, yang dirasakannya berbanding terbalik dengan ekspektasinya selama ini.
Perasaan yang mereka tanam tumbuh begitu cepat dan semakin menggebu. Begitupula dengan intensitas pertemuan mereka. Mulai dari setiap masa liburan, tiga bulan sekali, dan satu bulan sekali. Bahkan, satu tahun belakangan Arash mengunjunginya nyaris dua minggu sekali! Sangat tidak masuk akal memang, namun mengingat keluarga Arash pemilik maskapai penerbangan internasional ternama, hal tersebut mungkin tidak berarti bagi Arash.
"Aku nyaris gila karena rindu kamu" ucapan Arash membawa pikiranku kembali. Ku coba menatapnya yang kini sedang mencium serta menggigit gemas leher dan bahu ku. Kulingkarkan lengan ku di leher Arash. Membuat Arash lebih mudah membenamkan wajahnya di leherku, minghirup puas aroma ku.
"Me too" ku ungkapkan perasaanku dengan jujur. Kuusap rambut Arash, menyatakan dengan tindakan bahwa aku juga merindukannya. Senyumku pun merekah tanpa bisa ku tahan. Tuhan, aku bahagia.. Sangat..
《Continued to His and Her- BAB 1》
Edited August 16th, 2016
Minor edited 25th Nov, 2017
KAMU SEDANG MEMBACA
His And Her
RomanceAku memang menyakiti hatinya dengan kepergian ku, tapi haruskah takdir membalas dengan begitu kejamnya? Memilikinya saat dia di miliki orang lain.. Alya Sarasvati Wicaksono Aku mencintainya, tanpa syarat. Dia milik ku. Selamanya akan seperti itu. Ar...