Casacafe adalah salah satu tempat nongkrong remaja kekinian 2016 yang berada di Jakarta Selatan. Konsepnya agak unik karena benar-benar seperti rumah—karena casa sendiri artinya adalah rumah, dari bahasa Spanyol— dan konsepnya juga bukan seperti rumah minimalis ala perumahan kredit. Jika dibayangkan konsep Casacafe sendiri seperti rumah-rumah Eropa yang rada creppy jaman dahulu kala.Cafe ala Eropa ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu parc (taman), étang (kolam), dan chambre (ruangan). Para tamu yang datang tentu bebas memilih tempat tergantung suasananya.
Chambre, indoor yang dapat menampung beberapa 40 orang dan konsepnya sangat Swedia sekali dengan penataan serta rakitan furniture dari negara Skandinavia tersebut. Warna biru muda yang soft serta kayu-kayu yang mendominasi membuat ruangan ini sangat nyaman. Kita bisa duduk di sofa atau meja makan kayu biasa.
Parc, sebuah taman yang dapat dilihat dari chambre. Para tamu juga bisa menikmati sepiring apfelstrudel pesanan mereka dengan suasana seperti taman-taman ala Inggris. Tentunya, Casacafe juga menggelar afternoon tea di area ini dengan beragam teh dan kukis-kukis manis untuk tamu-tamu yang sudah booking sebelumnya.
Étang, sebuah tempat yang dimana para tamu bisa menyantap hidangan pada tempat kecil dan tentunya tempat ini sangat teramat romantis di waktu malam. Namun, sayang tempat ini hanya bisa dipesan berhubung keterbatasan tempat yang tidak bisa menampung banyak orang.
Arin dan kedua teman baiknya yaitu Bong dan Chimut memilih untuk duduk santai di area chambre. Mereka bertiga sudah lama sekali tidak bertemu karena mereka sudah lama berpisah. Agak miris, ya. Untungnya mereka bisa kembali berkumpul karena undangan dari Arin.
Arin sendiri adalah seorang wanita cantik dengan hijab syar'i yang ia kenakan. Sementara Chimut merupakan wanita yang sangat tomboi dan Bong adalah wanita yang berpenampilan sederhana. Sesederhana wajahnya yang tidak terpoles make up seperti Arin yang cantik.
Arin : "Akhirnya kita bisa kembali berkumpul seperti ini. Tahu enggak? Aku kangen kalian, Loh."
Bong : "Ya, mumpung sekarang aku lagi di Indonesia. Gila, majikan gue benar-benar kayak orang gila."
Arin : "Kenapa, Bong?"
Bong : "Lo enggak tahu? Masak makanan gue dijatah sama dia. Emangnya dia enggak tahu apa dalam sehari gue bisa makan lima porsi nasi lemak."
Maklum, Bong merupakan pahlawan devisa di Negeri Jiran sana. Memang Bong tidak pernah merasakan apapun dari majikannya yang kaya raya mampus serta oh-sangat-ganteng dan jangan lupa majikannya Bong adalah seorang atlet panahan. Bukan atlet memanah hati, ya. Namun, bagi Bong sendiri, penjatahan makanan seperti itu adalah hal yang sangat tidak manusiawi.
Chimut sendiri hanya memandang buku menu sambil menggerutu dengan kesal. Ia memandang ke seorang pelayan tampan berwajah mencurigakan ala pedofil dengan name tag tertulis ; Ryan. Untung Chimut bukan anak kecil dan Ryan tidak tertarik dengan perempuan seperti Chimut dan sekawanannya yang berisik bagaikan ibu-ibu arisan pejabat.
Chimut : "Mas, Ice lemon tea-nya satu, ya."
Ryan : "Baik."
Chimut : "Oh, sekalian sama satu porsi kentang gorengnya, deh .... "
Bong : "Chimut, makan kentang goreng aja, nih?"
Chimut : " ... tapi kentang gorengnya yang super duper large, ya."
Bong : "Kamvret, gue kira kentang gorengnya dikit."
Arin : "Gue pesen ice coffee, deh."
Bong : "Gue juga ice coffee, tapi jangan pakai gula dan kukisnya satu porsi."
Ryan : "Baik."
Ryan pun pergi dari hadapan mereka bertiga. Chimut memandang Ryan dengan tatapan ; dia-ganteng-juga-ya.
Arin : "Tumben pesan kukis. Cuma satu porsi pula."
Chimut : "Ya, tumben. Padahal Bong biasanya pesan steak, loh."
Kemudian Arin memilih untuk membicarakan calon suaminya. Memang, maksud Arin mengajak kedua temannya ini agar ia bisa memberitahukan soal pernikahannya dengan seorang spoke model dari brand baju ABC. Arin menceritakan bahwa hubungannya dengan model pria itu sangatlah langgeng walaupun sempat putus karena selingkuh dengan cowok.
Ya, dan untungnya hal itu hanya kesalahpahaman karena itu hanyaalah rumor semata. Bahkan dengan senang dan bahagianya, Arin menceritakan bagaimana pria itu melamarnya setelah Milan Fashion Week beberapa saat yang lalu.
Arin : "Kalian harus tahu, doi ngelamar gue dengan cara yang sangat romantis."
Chimut : "Ya, gue tahu."
Bong : "Sori, gue ke kamar mandi dulu, ya."
Chimut : "Ah, payah lo, Bong, pakai cabut segala."
Bong : "Panggilan alam, nih."
Bong pun beranjak dari tempat duduknya lalu berjalan dengan cepat menuju kamar mandi. Arin dan Chimut pun tertawa melihat cara jalan Bong yang sangat berbeda dari biasanya. Sambil menunggu Bong, Arin dan Chimut malah membicarakan Bong. Mungkin mereka kehabisan topik.
Arin : "Itu Si Bong sampai saat ini masih setia dengan status jomblonya."
Chimut : "Itu pilihan hidup dia. Dia ini yang jomblo, bukan gue."
Arin : "Tapi lo tahu enggak, sih? Bong pernah nikung gue sewaktu gue pacaran sama mantan gue."
Chimut : "Mantan lo yang mana, Rin? Mantan lo banyak, anjir."
Arin : "Mantan gue yang Ryan itu, Chim."
Chimut : "Ryan yang pernah jadi CEO perusahaan pakaian bayi, ya?"
Arin : "Tapi bangkrut parah hingga dia menjual perusahaannya ke orang lain. Untung gue udah putus sama dia."
Chimut : "Memangnya gimana?"
Sebelum Arin membuka bibirnya untuk berbicara, tiba-tiba Bong muncul bersama Ryan. Ryan datang bersama pesanan mereka dan terlihat wajah Arin yang mulai lapar karena melihat makanan-makanan tersebut. Ryan pun meletakan segelas ice coffee di hadapan arin.
Ryan : "Ini ice coffee punya mbak."
Arin : "Terima kasih."
Tanpa ba-bi-bu, Arin langsung menegak ice coffee tersebut hingga habis karena haus dan meletakan gelas kosong di hadapannya. Bong terkejut apalagi Chimut yang sendirinya sedang mengunyah kentang goreng ekstra besar yang ia pesan. Sementara Bong sendiri sibuk dengan telepon genggamnya.
Tiba-tiba, Arin menatap langit-langit cafe tersebut sambil tersenyum, namun mulutnya mulai bereaksi dengan mengeluarkan buih. Arin tidak bisa mengatakan apapun apalagi meminta pertolongan pada kedua temannya.
Chimut dan Bong saling memandang apa yang terjadi dengan temannya hingga Arin benar-benar tidak sadarkan diri untuk selama-lamanya. Ryan pun datang dan hanya memandang Arin yang terlihat lemah. Dia tidak bertindak apapun untuk menolong Arin.
Dan Chimut merasakan getaran kejanggalan di cafe megah ini.
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABC's Drama
RandomBosan dengan Song Fiction? Bosan dengan cerita pendek? Nusantara Pen Circle kali ini menghadirkan sesuatu yang beda. Nikmati kumpulan naskah drama yang bertema ABC dibuat oleh para anggota NPC. Selamat datang di Teater Nusantara Pen Circle!