"Salah, Dam! Sebelum dimasukin nilai x-nya, lo harus turunin ini dulu," Kei mencak-mencak sambil nyoret jawaban gue di kertas. Dia bener-bener frustasi kayaknya.
"Ya nyante," gue bergumam, kemudian nyoba ngerjain lagi. Tapi baru juga nulis tiga detik, Kei berdiri dari bangkunya dan nyambar kertas di meja.
"Lo nulis rumus aja udah salah!" teriaknya kesal. "Punya otak nggak sih?!"
"Kagak," jawab gue pendek, kemudian natap anak itu. "Kalo udah nggak tahan ya udah, pulang aja. Pak Han juga nggak bakal tau."
Kei terdiam. Dia mengeraskan rahang, kemudian duduk lagi di bangku depan yang sudah diputar menghadap ke belakang.
"Waktu kita sebulan," dia berbicara pelan-pelan, seolah gue anak TK yang baru belajar encerna kalimat. "Dan kalo lo gagal, otomatis gue gagal juga, ngerti? Jadi, mau nggak mau lo harus masukin nih rumus mat sialan ke otak―kalo lo masih punya sih."
Nih anak minta ditonjok, beneran.
"Ya lu kira keinginan gua apa, jadi bego?"
"Ya siapa lagi?!"
"Ciprik," gue mendengus.
Kei cuma diam, entah mikir apa. Habis itu dia kayak dapet pencerahan, pake njentikin jari segala.
"Gue tau!" seru dia seneng.
Gue mengerjap sekilas. "Lu tau otak gua dimana?"
"Bukan itu, sableng," Kei natap gue gemes. "Cara biar lo bisa lulus, s'course. Ayo. Kita nggak bakal belajar di sekolah."
"Lha, terus?"
"Study camp," dia menyeringai, dan gue tau itu bukan hal yang bagus.
"Hah?" gue ngangkat alis. "Ada gituan emang? Nggak pernah denger gua... "
"Iyalah, bodo. Barusan juga gue adain. Gini deh, kita bilang ke Pak Han biar lo diijinin ke bokap lo buat nginep di tempat gue selama sebulan, sampe UKK kelar, kalo dia pengen lo lulus. Hm? Oke kan, rencana gue?" Kei tersenyum puas, seolah yang baru dia paparin barusan adalah rencana invasi ke Matahari.
"Boleh juga," gue ngangkat bahu, "meski gua nggak yakin ayah bakal ngijinin."
"Pasti, elah," dia membereskan buku-bukunya, dan memberi isyarat. "Lo juga cepetan. Gue mau telpon Pak Han dulu."
Gue diem, masih natap Kei yang sudah sibuk sama ransel dan hp di tangan kanan. Dia bicara lagi, raut wajahnya serius. Gue cuma menghela nafas, ikutan berdiri dan ngeberesin meja. Baru aja gue make tas, Kei udah nutup telponnya dan mencet-mencet nomor baru.
Kali ini dia nyerahin tuh hape ke gue.
"Bokap lo."
Gue nelen ludah. "Ciprik, lu ngapain nelpon sekarang?!"
"Ya kan habis ini kita langsung cus ke rumah lo buat packing, sarap," Kei nempelin hapenya ke telinga gue, tepat ketika gue denger suara bariton yang bikin gue lemes.
"Ya, halo."
"Ayah," ujar gue agak pelan. "Ini Adam."
"Kenapa Dam? Bikin masalah lagi kamu? Nomor siapa ini?" nada ayah langsung dingin gitu. Gue ngelirik Kei yang entah kenapa merhatiin gue terus.
"Enggak, Yah. Hape temen. Uh, Ayah pulang malem ini?"
"Mungkin. Kenapa? Kamu ngeledakin dapur lagi? Nabrak pager tetangga? Atau malah diciduk satpol PP sekarang?"
Gue menghela nafas, natap Kei.
"Lu aja deh yang ngomong," gue nyerahin hape Kei ke telinganya. "Capek gua."
Dan tuh anak monyet nggak banyak bacot. Dia cuma muter bola matanya, terus jalan ke luar kelas. Dari nada yang dia pake, kedengerannya dia udah expert gitu sama orang-orang dewasa alot macam ayah. Gue cuma ngikutin dia jalan sampe kita di parkiran sepeda. Gue naikin sepeda motor gue dan nyalain mesinnya. Kei nutup hape, natap gue puas.
"Bokap lo setuju," dia nyengir penuh kemenangan. "Sekarang kita ke rumah lo, dan packing buat sebulan."
"Eh gila," gue hampir melotot. "Lu kira gua nggak bakal pulang ke rumah sekalipun selama sebulan?"
"Ya tadi gue ngomong gitu ke bokap lo, dianya fine aja."
Gue terdiam. Sekalipun gue mati juga kayaknya ayah bakal fine terus. Bahagia malah.
"Oke," gumam gue, dan kaget pas Kei loncat ke boncengan di belakang. "Lha, siapa bilang lu boleh nebeng gua, kunyuk?"
"Lo mau selamet nggak pas UKK?" dia nusuk punggung gue pakai jari, tapi tetep aja sakit. "Udah, cus ke rumah lo cepet."
Gue hanya ngedumal. Sebulan bakal sama ciprik satu ini... gah. Bayanginnya aja udah bikin gue mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
Chemistry [in ed.]
Romansa[A] Gua kira Kei itu setan lepas dari neraka. Tapi ternyata enggak―dia yang ngelepas mereka dan sama-sama bikin rusuh hidup gua di dunia. [B] Adam itu cowok yang kelewat gak peka, otak udang pula!―oh, atau mungkin enggak. Gue yakin udang sendiri bis...