Satu Teguk #3

184 12 2
                                    


Aku mencintainya, sungguh. Aku merasakan bahwa cintaku padanya bagai buluh yang tiap hari bertumbuh dengan cepat. Semakin hari aku tak dapat membendung rasa ini untuknya. Aku mencintainya, sungguh.
Bukan hanya satu, tapi dua, tiga, empat, bahkan ini tahun kelima aku bersama. Kami telah berbagi banyak cerita dan rasa. Berbagi suka dan duka dunia. Berharap nanti akan terus bersama hingga saatnya menua.
Aku mencintainya, sungguh. Aku mencintainya walaupun kini hampir setiap hari bertukar caci dan terpikir mengingkari janji. Cemburu tak membuat cintaku mati rasa, tapi malah terbakar sampai ke kulit-kulit. Aku terbakar cemburu, tapi aku mencintainya, sungguh.

Aku mencintainya bahkan kini aku tak dapat melihat sosok yang mungkin lebih baik.
Kini hati dan logikaku bertengkar hebat. Mereka tak saling pandang. Mereka tak lagi miliki pandangan yang sama mengenai dia.
Apa yang harus aku lakukan?
Hati berteriak bahwa tak ad yang akan memberikan kenyamanan seperti dia. Logikaku berdalih. Tiap hari kau mau menangis karena merasa tersakiti? Begitu katanya. Aku bimbang. Aku mulai lelah tiap hari harus menahan cemburu lalu ujung-ujungnya berkelahi. Tapi aku juga tak berniat mencari sosok lain. Berhari-hari aku memikirkannya.

Akhirnya malam itu tiba.
Aku beranikan diri untuk menyerahkan segala cintaku agar ia bisa diam dan tak membuat aku tersakiti lagi. Akan aku buktikan bahwa ia akan terhanyut dan tenggelam bersama cintaku malam ini. Kukenakan baju terbaik yang membuat matanya tak lepas dariku. Dia datang. Sengaja kubirkan ruang ini remang dengan alunan nada syahdu yang membuatnya kepayang.
Sebelum jauh kuberikan segala yang aku punya untuknya, dia meminum anggur yang aku berikan. Ia meminum anggur itu. Satu teguk saja. Tegukan terakhir. Itu adalah tegukan terakhir dalam hidupnya.

Kini aku pastikan logika dan hatiku akan berdamai. Mulai kini ia atau aku tak perlu resah perihal cemburu. Mulai kini dia tak akan mencintai yang lain dan cintaku juga akan abadi untuknya.
Ya, aku melakukan ini karena aku mencintainya, sungguh.

Juni, 2015

Sekotak Cerita Tentang KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang