Bab (4) - Past
Novel setebal lebih kurang lima ratus halaman itu selalu dibawa-bawa oleh cowok itu. Musik bergenre pop-rock yang mengalun keras dari earphone putih yang selalu bertengger di telinganya pun seakan menambah kesan cuek pada dirinya.
Cowok itu, Bayu Aryaguna. Cowok pendiam, suka menulis, dan tertutup. Tidak heran banyak orang yang menganggap Bayu itu aneh dan menjauhinya. Tapi tidak dengan perempuan berkuncir kuda itu, dia malah menganggap Bayu itu misterius dan berusaha untuk mendekatinya."Hai, Bayu, ya?" perempuan itu menepuk pelan bahu Bayu saat Bayu sedang tertidur di dalam perpustakaan sekolah.
Bayu menyingkirkan sweater abu-abu yang menutupi kepalanya dan melepas earphonenya. Dia mendongak untuk melihat siapa orang yang menepuk bahunya tadi dan mengernyit bingung saat melihat perempuan itu.
Perempuan itu menjulurkan tangannya, "Gue Bunga Ramandha. Panggil aja Bunga. Nama lo Bayu 'kan?"
Bayu hanya menatap tangan Bunga tanpa berniat membalas juluran tangan itu. "Kenapa?" tanya Bayu dingin.
"Gue pengen jadi temen lo. Eh, nama kita juga lucu sama-sama inisialnya B," jawab Bunga sambil nyengir memperlihatkan gigi gingsulnya yang membuat dia terlihat manis.
Bayu tetaplah Bayu. Cowok cuek yang suka menulis dan tidak memperdulikan Bunga yang terus berusaha mendekat padanya.
Bunga tetaplah Bunga. Cewek aktif yang suka bercerita dan terus berusaha mencairkan es yang ada pada diri Bayu.
**
Sudah satu tahun semenjak terakhir kali Bayu ke tempat peristirahatan terakhir ayahnya. Ayahnya seorang penulis, ayahnya lah yang membuat Bayu gemar menulis dan membaca novel-novel tebal. Ayahnya lah yang mewarisi wajah tampan pada diri Bayu.
Bayu memang tipe orang yang introvert dan semenjak kepergian ayahnya dia semakin menutup diri. Tapi, semenjak ada Bunga, cewek ceria yang selalu mendekati Bayu, kehidupan Bayu mulai berwarna.
Bungalah yang mengenalkan Bayu pada Adira dan Reian. Bungalah yang bisa membuat Bayu banyak cerita dan tertawa. Bungalah perempuan pertama yang membuat Bayu jatuh cinta. Dan Bunga jugalah perempuan yang pergi saat kelulusan SMP nya dan membuat luka dalam di hati Bayu.**
Bayu terbangun saat mamanya berteriak membangunkannya."Sial! Jam berapa sih ini emangnya?" Bayu mengambil handphone yang terletak tidak jauh dari tempatnya tertidur.
48 Missed Call from Bunga.
Ya, semalam Bayu memang langsung menyimpan nomor Bunga, maksudnya agar ia tidak perlu mengangkat nomor itu jika Bunga menelponnya. Tapi, di luar dugaan Bayu, Bunga terus berusaha menghubunginya bahkan sampai Bayu tertidur di lantai.
Kacau. Semalaman penuh Bayu tidak bisa berhenti memikirkan keadaan Bunga yang katanya akan kembali lagi ke sini. Semua hal-hal manis ketika Bayu bersama Bunga meluncur dengan lancar di otaknya.
Tidak. Bayu tidak boleh kembali pada Bunga. Bayu tidak boleh kembali pada orang yang meninggalkannya begitu saja.
"Bayu! Kamu udah bangun kan? Udah mandi belom? Cepetan, nanti kamu telat." Teriakan mama berhasil menghentikan imajinasi Bayu tentang Bunga.
"Iya, Ma," jawab Bayu lalu bergegas ke kamar mandi.
**
Seorang perempuan berambut panjang dengan rok abu-abu sudah berkacak pinggang saat melihat kedatangan Bayu.
"Lama banget, sih. Kita hampir telat nih. Besok-besok kalau emang gak niat mending gue berangkat sendiri deh," ucapnya lalu mengambil helm dari tangan Bayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin
Teen FictionAngin yang melengkapi Senja, dan Senja yang Angin tunggu. Dia menyukai angin, dan Dia adalah Angin. Aku menyukai senja, dan Aku adalah Senja. "Tidak apa tidak dianggap, yang paling penting aku dan dia bisa membawa kebahagiaan walaupun hanya sesaat...