Prolog : My Guardian Angel

508 34 2
                                    

Aku melihat seorang pria berwajah tampan yang berpakaian serba putih sedang duduk dibawah salah satu pohon di tengah lapangan luas ini, menuliskan sesuatu di dalam sebuah buku kecil dengan asyiknya, rambut pirangnya yang keemasan terpantul terkena cahaya matahari dan membuatnya semakin terlihat menyilaukan, sayap putihnya yang lebar terkembang lebar menutupi kepalanya, seolah sengaja melindunginya dari terik sinar matahari.

Aku terkesiap. "Sayap? Apa dia seorang Malaikat? Yang benar saja? Ini pasti hanya mimpi, kan?" batinku seraya perlahan mendekatinya.

"Tempat apa ini? Apa ini Surga?" tanyaku tak percaya sambil mengamati keadaan sekelilingku.

Sunyi sekali. Dan sangat menyilaukan. Ada banyak sekali pohon di sana tapi aku tak melihat ada orang lain di sana selain pria itu. Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini?

Di tengah kebingunganku, sebuah kilatan kenangan mendadak melintas dalam otakku.

Aku sedang mengendarai mobil sedan mewahku yang berwarna merah menyala dengan kecepatan tinggi menuju ke suatu tempat yang aku tak ingat lagi.

Kenapa aku menyetir secepat itu? Dengan kecepatan seperti itu, jika aku tidak hati-hati, sedikit kesalahan, aku bisa saja mati dalam kecelakaan. Walau tidak mati, setidaknya koma.

Aku tersentak. Mati? Kenyataan itu seakan menghentak jiwaku, menarikku ke jurang yang sangat dalam.

"Hi, apa yang kau lakukan di sini? Kau belum waktunya mati, Nona!" sebuah suara yang lembut menyapaku ramah.

Aku tersadar dan kulihat pria tampan berbaju putih itu sedang menatapku penuh tanya. Matanya yang berwarna biru langit, memancarkan sebuah kehangatan.

"Aku? Aku tidak tahu kenapa aku ada di sini. Tempat apa ini? Dan siapa kau?" tanyaku bingung. Aku benar-benar tak mengerti sama sekali.

"My Name is Michael. And you?" jawabnya ramah sambil menunjukkan senyum manisnya.

"Namaku Lily Sanders. Senang berkenalan denganmu. Tapi kalau boleh tahu, tempat apa ini?" tanyaku penasaran.

Tapi pria di hadapanku hanya memandangku dengan malu-malu dan tampak canggung.

Aku terkikik dalam hati, "Mungkin pria ini belum pernah berhadapan dengan seorang wanita cantik sepertiku sebelumnya, itu sebabnya dia terlihat salah tingkah." Batinku geli dengan pikirannya sendiri dan geli melihat sikap pria muda itu.

"Dia bilang namanya Michael? Apa aku tak salah dengar? Bukankah itu nama seorang Malaikat yang dulu pernah melempar Lucifer dari Surga ke bumi." Batinku lagi sambil mengamati pemuda tampan yang berdiri di hadapanku.

"Michael nama yang indah. Bukankah Michael berarti "Dia yang seperti Tuhan"? Namamu sangat mirip dengan nama salah satu Malaikat Utama Tuhan, The Prince Of Seraphim, The Leader of Army of God, Archangel Michael. Kurasa sekarang aku sedang bermimpi indah, benarkan?" sahutku sambil tertawa canggung.

Dia pun tertawa lagi, suara tawa yang mungkin hanya bisa kudengar dalam mimpi.

"Well, its actually me. Welcome to Heaven!" jawabnya seraya tersenyum manis, membuat hatiku berdebar kencang, saat itulah aku sadar, aku sudah jatuh cinta padanya.

Pada seorang pria tampan bermata piru dan memiliki sepasang sayap di punggungnya.

Michael, sebuah mimpi yang takkan pernah menjadi kenyataan.

Sejak itulah tanpa kusadari, Michael yang perlahan membuatku mengerti apa arti kehidupan, mengajariku bahwa ada banyak hal di dunia ini yang lebih baik dijalani daripada kepahitan dan dusta, seseorang yang mengajariku tentang arti kebersamaan dan indahnya berbagi kepada sesama. Michael, My Personal Angel.

To Be Continued...

My Personal AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang