Nenek Midi Thoms?

168 82 10
                                    


"Ibu! Aku pergi ke sekolah dulu!" Steve lalu pergi bersama teman-teman yang telah menunggunya di depan rumahnya.

"Hei, Stevan! Siapa anak perempuan yang ada di rumahmu itu?" Tanya salah seorang teman Steve.

"Hei! Jangan panggil aku Stevan. Aku kurang suka dengan namaku itu. Panggil aku Steve! Bukankah aku sering mengatakan ini?" Steve sedikit sebal pada temannya itu.

"Tapi aku suka memanggilmu Stevan."

"Baiklah. Kalau begitu aku tidak akan menjawab pertanyaanmu." Jawab Steve.

"Umm. Baiklah, Steve! Siapa dia?"

"Dia adikku."

"Aku belum pernah melihat sebelumnya. Dan kau tidak pernah menceritkannya pada kami. Benar kan Glen?" Lalu seseorang yang bernama Glen mengangguk.

"Ah kalian memang tidak perlu tahu." Steve pun melangkah lebih cepat meninggalkan kedua temannya itu.

Alea menanam beberapa bunga yang ia ambil dari taman kemarin di halaman depan rumah. Syukurlah bunganya belum layu. Karena ia simpan dalam pot yang sudah berisi air.

"Kau sedang apa, Alea?" Tanya Ariana.

"Menanam bunga ini." Jawab Alea sambil mengubur seperempat bagian bawah bunga itu.

"Bunga itu tidak akan tumbuh. Karena bukan begitu cara menanamnya. Lain aku ibu akan mengajakmu mencari bibit bunga lalu kita akan menanamnya disitu." Ujar Ariana. Alea menunduk, ia merasa sedikit sedih.

"Kau mau tetap bermain disini?"

"Iya, bu!"

"Baiklah. Ibu akan ke hutan sebentar mencari kayu bakar. Jangan terlalu lama di luar ya? Ibu akan cepat kembali." Ariana pun pergi setelah mencium kening Alea. Membuat Alea semakin merindukan ibunya.

"Hei! Hei!" Bisik seseorang. Alea menengadahkan kepalanya, ia mendapati nenek Midi sedang berdiri di hadapannya. Seketika tubuhnya menjadi tegang.

"Kau tidak perlu takut. Aku ini orang baik-baik. Di rumahku ada bunga lily. Aku tahu kau menyukainya. Apa kau akan mampir ke rumahku sebentar?" Nenek Midi berubah menjadi sangat lembut. Sehingga tidak ada aura menakutkan pada dirinya. Alea pun menjadi lebih tenang. Lalu, ia mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan nenek Midi.

"Baiklah. Ikuti aku!" Nenek Midi melangkah menuju rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter saja. Alea mengekori dari belakang.

Dan sampailah mereka di depan rumah nenek Midi, rumah nenek Midi berukuran cukup besar namun tampak reyot seperti tak terurus. Beberapa tanaman menjalar pada dinding rumahnya. Tampak seram.

"Hei. Tak usah seperti itu melihat rumahku. Kalau kau sudah ke dalam, pasti kau akan nyaman! Kemarilah!" Nenek Midi memimpin berjalan memasuki rumahnya..

Ceeekkkeeettt...

Dan pintu rumah nenek Midi pun terbuka, Alea terbelalak mendapati isi rumah nenek Midi ini. Indah, nyaman, tak seperti yang nampak diluar.

"Bagaimana?" Tanya nenek Midi dengan senyum penuh kebanggaan.

"Rumah nenek bagus sekali. Lebih bagus dari rumahku." Alea memuji dengan sejujurnya. Pasalnya rumah nenek Midi memang bagus. Dindingnya berwarna putih bersih. Di ruang tamu ini terdapat satu sofa panjang dan dua sofa kecil beserta meja yang terbuat dari kaca yang terdapat diantara sofa-sofa tersebut.

"Tahukah kau? Kau orang pertama yang memasuki rumahku setelah suamiku meninggal."

"Suami nenek? Meninggal?" Tanya Alea.

TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang