Alea

106 18 17
                                    

Meskipun hari masih gelap, Alea sudah terbangun untuk membantu ibu Ariana membuat kue. Ariana kini menjual kue di pasar sebagai sampingan karena ia merasa jenuh terus tinggal di rumah.

"Ibu! Kapan ayah pulang dari desa?" tanya Alea pada Ariana, saat mereka berdua sedang membuat adonan kue.

"Mungkin hari ini. Semoga ayah membawa kabar bahagia sayang."

Mata Ariana berkaca-kaca, ia tak kuasa menahan airmatanya, melihat Alea yang pasti merindukan kedua orangtuanya itu.

"Ibu! Jangan bersedih! Maafkan aku-"

"Tidak sayang. Ibu yang harusnya meminta maaf padamu karena telah memisahkanmu dengan-" Ariana tak dapat melanjutkan ucapannya, tangisannya langsung pecah, Aleapun memeluk Ariana. Ariana membalas pelukan gadis yang kini tengah beranjak dewasa ini.

Kini Alea sudah menginjak usia 19 tahun, dan sampai sekarang kabar mengenai kedua orangtuanya belum juga terdengar. Alea pernah berpikir bahwa Edward membohonginya, namun, setelah beranjak remaja, Aleapun bisa mengetahui bahwa tidak ada kebohongan pada sorot mata Edward ketika ia mengatakan bahwa kedua orangtuanya belum mencari Alea sampai saat itu.

"Ada apa ini? Kalian kenapa? Ibu? Alea?" suara Steve mengagetkan mereka berdua. Merekapun saling melepaskan pelukan mereka.

"Tidak ada apa-apa, Steve! Alea cepatlah kau mandi. Kasihan Steve bila terlalu lama menunggumu."

"Baik, bu." Alea lalu bergegas untuk mandi.

Setelah selesai mandi, Alea bergabung dengan Ariana dan Steve untuk sarapan. Selesai sarapan, Steve dan Aleapun berangkat untuk kuliah. Walaupun berbeda universitas, namun Steve selalu mengantar jemput Alea menggunakan motornya karena ia tidak mau jika Alea harus berangkat atau pulang dengan Adam. Dendam sedari kecil masih berlanjut hingga kini.

Semenjak lulus sekolah dasar, Steve berbeda sekolah dengan Adam dan Alea. Steve bekerja paruh waktu agar bisa membiayai sekolahnya sendiri, meskipun Edward sempat melarang, tapi sifat keras kepalanya membuatnya teguh untuk bekerja di usia dini.

Karena biaya sekolah Steve selalu ditanggung tuan Larry, akhirnya gaji hasil ia bekerja ia tabungkan untuk membeli motor sendiri. Dan akhirnya, 3 tahun terakhir Steve bisa membeli motor untuk keperluannya berangkat sekolah, mengantar jemput Alea dan berangkat kerja.

Sedangkan Alea, ia mendapatkan beasiswa karena kecerdasannya. Ia mendapatkan beasiswa hingga bangku kuliah. Tentu saja Alea bisa bersekolah di sekolah dan universitas terbaik berkat beasiswanya, sedangkan Adam, berkat uang daddynya Adam bisa terus satu sekolah dengan Alea. Begitupun dengan Eva, sahabat Alea. Ia selalu merengek pada orangtuanya agar bisa satu sekolah dengan Alea.

"Terimakasih, Steve!" Alea mencium pipi kiri Steve, lalu Stevepun tersenyum.

"Sama-sama! Awas jangan sampai kau digoda pria hidung belang itu!" Steve menunjuk dengan dagunya ke arah Adam yang sedang dikerumuni tiga gadis centil di gerbang kampus.

Alea terkekeh. "Kau! Masih saja seperti itu. Aku masuk Steve!" Alea melambaikan tangannya pada Steve lalu ia memasuki kampusnya. Melewati Adam dan tiga gadisnya.

Steve terus memandang Alea yang semakin menjauh. Hatinya selalu merasa hangat ketika bisa bersama Alea. Steve mengusap pipi bekas kecupan Alea, lalu ia menjalankan motornya untuk pergi ke kampusnya.

*

"Alea! Tunggu aku!" teriak Adam di belakang Alea. Alea lalu menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Ada apa tuan Adam?"

"Oh ya ampun, bisakah kau cukup memanggilku Adam?" Alea hanya mengedikkan bahunya.

"Ada apa?"

"Emm, tidak. Tidak jadi." Adam seketika kehilangan kata-kata untuk diucapkan pada Alea.

"Alea!" teriak Eva dari kejauhan.

"Hai!"

Eva lalu menghampiri Alea dan Adam. "Hai kak Adam!"

"Hai Eva! Kau makin cantik!" ujar Adam yang dibalas dengan senyuman manis oleh Eva.

"Maaf tuan Adam. Kami akan ke kelas. Permisi!" Alea menarik Eva untuk pergi menjauhi Adam.

"Alea! Entah kenapa aku merasa gugup bila akan berbicara padamu. Berbeda dengan saat pertama kita bertemu ya?" ujar Adam sambil menatap Alea dan Eva yang menjauh dengan senyuman nanar yang terukir pada bibirnya.

"Kau menjadi sangat cantik!" tambahnya.

*

"Kenapa kau terlihat membenci Adam? Padahal dia sangat tampan." tanya Eva pada Alea ketika mereka telah sampai di kelas.

"Entahlah! Aku benci karena dia terkenal suka mempermainkan perempuan. Padahal, dulu waktu aku kecil, aku menyukainya."

"Aku tahu! Kau cemburu Alea. Kau masih menyukainya sampai saat ini." Eva terkekeh.

Alea memutar bola matanya. "Te-tentu tidak Eva! Kau salah!"

"Lihat! Bahkan kau sampai gagap seperti itu. Hahaha." Eva terus tertawa sedangkan Alea merasakan pipinya memerah.

"Aku rindu kue buatan ibumu. Hari ini kau akan ku antar pulang Alea."

"Rindu ibu? Atau Steve, eh?" goda Alea.

"Mm.. Mungkin keduanya. Ah, awas jangan bocorkan rahasia itu Alea."

"Tak usah khawatir." seringai kecil muncul pada wajah Alea.

*

Holaaa... vote n comment please :)

Ada yang ketipu gak? Ternyata tiba-tiba Alea udah gede aja? Hihihi...

Tunggu cahpter selanjutnya ya karena aku bakalan ngasih kejutan. Hehe

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang