Hari esok pun dimulai dan aku harus segera bergegas ke sekolah baruku dengan tanpa adanya sambutan hangat dari sahabatku, Johnson yang sampai dengan saat ini belum membalas pesanku ataupun menelfonku kembali untuk sekedar menanyakan kabarku. Aku terus kepikiran tentangnya, apakah dia sudah menemukan penggantiku atau sesuatu sedang terjadi padanya. Hal ini terus saja menghantui pikiranku hingga perjalananku berakhir dan tiba di sekolah baruku.
"Haii murid baru" sapa salah seorang siswa kepadaku yang baru saja melewati gerbang sekolah sendirian. Aku hanya diam dan terus berjalan memasuki area kelas dimana aku akan belajar.
Suasana kelas begitu berbeda menurutku tanpa adanya kehadiran seorang Johnson yang sangat aku sayangi.
"Perkenalkan namaku Carl Alexandro murid pindahan dari Chicago, kalian bisa memanggilku Carl. Senang bertemu kalian" Ucapku saat disuruh guruku untuk memperkenalkan diri di depan kelas.
Kemudian aku dipersilahkan duduk di salah satu bangku yang masih kosong. Saat berjalan menuju bangku tersebut, perasaanku dalam hati langsung terasa sangat tidak enak karena selalu dilihat oleh siswa siswa lain yang ada di kelas itu. Namun hal itu tidak kuanggap sebagai sesuatu yang penting karena bagiku hal itu adalah hal yang biasa dan sering terjadi di sekolah lamaku.
"Hai Carl, senang bertemu denganmu" sapa seorang gadis yang tidak kukenali saat pulang sekolah.
"Hai juga... kamu yang satu kelas denganku kan yang ada di kelas 9b ?" Balasku padanya.
Gadis itu terlihat sangat manis sekali dan nampaknya memberikan tatapan hangat kepadaku sehingga membuatku mengehentikan pemikiranku terhadap Johnson.
"Oh iya, kita belum berkenalan... Perkenalkan namaku Carl Alexandro, murid baru dari Chicago, kamu bisa memanggilku dengan sebutan Carl saja. Hmmm, namamu?" Sambungku setelah kami sempat terdiam sejenak.
"Namaku Patrice Alexander, kamu bisa memanggilku Patrice, mulai sekarang kita berteman yaa.." Sahutnya dengan sedikit malu malu untuk menatapku.
"Aku pulang duluan ya, sampai jumpa besok!!" Ucapku sambil melambaikan tangan pada Patrice dan masuk ke dalam mobil karena saat itu kebetulan aku lebih dahulu dijemput pulang oleh orang tuaku.
Dalam perjalanan pulang, perasaan senangku bertambah karena pada hari pertamapun aku langsung bisa memperoleh teman yang menurutku bisa menggantikan kedudukan Johnson selama ia tidak bisa berhubungan denganku.
Saat tiba di rumah, aku langsung keluar dari mobil dan bergegas masuk ke dalam kamarku tanpa memperdulikan ganti baju ataupun makan siangku terlebih dahulu hanya demi untuk mengecek notifikasi di hpku apakah ada balasan dari Johnson atau tidak. Namun, setelah kulihat, ternyata tidak ada satupun pesan atau telefon yang ia kirimkan kepadaku, hingga aku mulai merasa dilupakan olehnya.
"Carl ayo segera ganti baju dan makan siang. Ada hal yang mau ibu tunjukkan padamu!!" Perintah ibuku yang menyuruhku untuk segera keluar dari kamar dan makan siang.
"Baiklah bu" sahutku dengan keras dan segera keluar dari kamar dan makan siang.
Saat aku usai menghabiskan makan siangku, ibu langsung menyuruhku untuk bersiap-siap pergi.
Setelah siap, kami pun pergi ke suatu daerah yang cukup jauh dari rumah yang aku sendiri pun tidak tahu ke daerah mana ibu akan membawaku pergi dan hal apa yang akan ditunjukkan ibu kepadaku karena sebelumnya aku tidak menanyakannya pada ibu.
"Bu, sebenarnya kita mau kemana sih? Kok rasanya dari tadi kita tidak sampai- sampai dan hal apa yang mau ibu tunjukkan padaku?" Ucapku pada ibu dengan nada sedikit agak kesal karena sudah sekitar setengah jam kami berada di dalam mobil dan sepertinya hanya aku di dalam mobil yang mengetahui tujuan kami. Ibu hanya terdiam dan fokus mengendarai mobil kami.
Karena ibu tidak menjawab pertanyaanku, aku mulai terdiam sambil melihat hp yang ada di tanganku. Hp yang sunyi tanpa ada satupun pesan pesan ceria yang biasa aku lakukan bersama Johnson saat kami terpisah jarak biasanya.
Sejenak aku berpikir tentang Johnson kembali, namun ibu memberitahuku bahwa kami sudah sampai di suatu tempat. Tidak salah lagi, tempat itu adalah sebuah rumah di daerah peternakan yang jaraknya cukup jauh dari kota dan bisa ditempuh dari rumahku sekitar 1 jam perjalanan.
Kami pun mulai melangkahkan kaki ke rumah asing itu. "Permisi...permisi..., apakah ada orang?" Ucap ibuku sambil mengetuk pintu. Namun masil belum ada jawaban. Aku pun mulai merasa semakin penasaran dan mulai membantu ibu untuk mengucapkan permisi dan mengetuk pintu.
"Ya tunggu sebentar" ucap suara seorang wanita asinh dari dalam rumah yang kira kira umurnya sama dengan umur ibuku.
Tak lama kemudian, pintu dibukakan dan kami dipersilahkan masuk oleh wanita yang tidak kukenal itu. "Sebentar ya, ada yang mau kupanggil dulu. Silahkan dinikmati suguhannya, anggap seperti rumah sendiri." Ucapnya yang kemudian meninggalkan kami ke dalam.
Sekitar 5 menit kami menunggu, tiba tiba wanita itu bersama seorang gadis menuju ruang tamu. "Wajah gadis itu sepertinya aku kenal." Ucapku dalam hati saat melihat wajah gadis itu.
"Kamu kan??" Ucap kami berdua dengan saling melihat dan menunjuk satu sama lain.
"Ooo.. jadi kalian sudah saling tahu ya?" Ucap ibuku kepada kami.
"Iya bu, dia adalah Patrice, teman satu kelasku juga teman baruku disini." Sahutku dengan cepat menjawab pertanyaan ibu.
"Kalau begitu, ibu perkenalkan dulu ya. Ini bibi Emily, ibunya Patrice. Dia adalah teman sekelas ibu saat kami masih sd dulu, namun kami sempat terpisah akibat orang tua bibi Emily mendapat pekerjaan di Los Angeles dan harus meninggalkan ibu di Chicago. Mungkin ini yang disebut kekuatan sahabat yang mampu mempersatukan dua sahabat yang terpisah jauh selama beberapa tahun." Ucap ibuku dengan nada sedikit tertawa.
"Sepertinya memang benar adanya kekuatan sahabat itu." Ucap bibi Emily sambil sedikit tertawa mengikuti ibuku.
"Mulai sekarang kalian akan menjadi teman. Ibu harap kalian berdua bisa saling melengkapi satu sama lain dan bisa akur satu sama lain." Ucap ibuku menasehatiku.
Pertemuan kami di rumah bibi Emily sangat menyenangkan sehingga tudak terasa sudah 3 jam kami berada disana.
"Sampai jumpa bi !!Sampai jumpa Pat !!" Ucapku saat kami mulai meninggalkan rumah bibi Emily dan kembali menuju rumah kami.
Dalam perjalanan, aku mulai berpikir lagi tentang Johnson yang sampai saat ini masih belum memberikan kabar sedikitpun kepadaku.
Dalam lamunanku, tiba-tiba ibu mengagetkanku dengan berkata "Hayoo lagi mikir apa? Lagi mikirin Patrice ya?" Ucap ibuku dengan nada sedikit mengejek.
"Ngga kok, sapa juga yang lagi mikirin si Patrice itu, kenal aja baru kenal tadi di sekolah." Ucapku dengan nada sedikit kesal karena aku menganggap ibuku menuduhku sembarangan.
Sepertinya akibat balasanku yang seperti itu membuat ibuku terdiam selama di perjalanan hingga sampai di rumah.
Sesampainya di rumah aku kembali ke dalam kamarku dan mulai mengerjakan tugas tugas yang diberikan sekolah untuk aku kerjakan di rumah dengan sambil berharap aku akan mendapat balasan dari Johnson.
Namun sepertinya harapanku tidak tercapai hingga aku selesai mengerjakan tugasku dan pergi tidur. Sebelum tidur, aku sempat mulai meragukan persahabatan kami berdua, namun hal itu langsung hilang karena aku langsung tertidur pulas di kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
F.R.I.E.N.D
Teen FictionTeman, teman dan teman.... hufft sepertinya tidak ada orang lain yang paling mengerti aku selain sahabatku yang satu ini. Dimulai dari perpisahan kami yang terasa begitu berat hingga kami harus terpisah oleh jarak dan waktu. Namun sahabatku adalah o...