3. Hal mengejutkan

64 10 1
                                    

Sudah sekitar 3 bulan sejak kami berpisah, namun Johnson masih belum saja pernah membalas pesanku maupun telefonku satupun, hingga membuatku tidak kepikiran lagi tentangnya karena selama ini hpku telah berganti menjadi tempatku dengan Patrice berkomunikasi. Hingga suatu saat Patrice menanyakan sesuatu yang mengejutkanku yang saat itu sedang senang membalas pesannya.

"Carl apakah sebelumnya kamu pernah punya teman atau sahabat di Chicago?" Tanyanya melalui pesan kepadaku.

"Punya kok.. emang ada apa?" Jawabku dengan cepat disertai rasa heran.

"Apakah dia bernama Peter Johnson?" Tanyanya tanpa menghiraukan pertanyaan yang kutanyakan tadi.

"Iya benar.. kok kamu tau?" Jawabku dengan perasaan lebih heran lagi.

"Hmm.. sebenarnya Johnson itu adalah kembaranku. Kami sudah terpisah selama 10 tahun. Aku tinggal disini dengan ibuku dan dia tinggal di Chicago bersama ayahku. Setiap bulan, ayahku selalu mengirimkan uang yang akan kami pakai selama satu bulan." Balasnya sehingga membuatku merasa terkejut setengah mati dan hampir tidak bisa mengucapkan sepatah kata apapun bahkan sampai tidak membalas pesannya.

"Dia sering menelfonku disini karena sebagai anak kembar kami selalu merasa kangen satu sama lain, dia juga sering menceritakan bagaimana bersyukurnya dia bisa memeiliki teman sepertimu. Dia sering bercerita bagaimana kaliam selalu bermain bersama, belajar bersama, menghadapi senang bersama, sedih bersama, hal itu sama sekali tidak pernah aku alami disini sehingga setiap kali dia bercerita begitu aku selalu merasa iri dan berharap bisa mempunyai teman sepertimu. Nampaknya Tuhan mendengarkan permohonanku dan mengabulkannya. Sekarang kamu ada disini dan kita berdua bisa menjadi teman meskipun tidak sampai sedekat kau dengan Johnson tentunya." Sambungnya sehingga membuatku semakin terkejut dan tidak bisa membalasnya sambil meneteskan air mata. Untungnya saat itu tidak ada siapapun di dalam rumah, hanya aku sendiri di dalam kamar.

"3 bulan yang lalu sebelum kedatanganmu kesini, dia sudah memberitahuku bahwa sahabatnya akan tinggal disini dan dia berharap agar aku juga bisa menjadi sahabatmu. Dia berpesan agar aku bisa selalu berada di sampingmu layaknya dia yang selalu di sampingmu sebagai sahabat." Sambungnya lagi.

"Test test??" Jawabnya dengan nada yang menurutku pasti heran karena tidak ada jawaban dariku.

"Maaf ya, tadi aku sempat melamun" jawabku dengan respon sangat cepat.

"Ooo iya ngomong ngomong masalah Johnson, semenjak kami berpisah susah sekali untuk menghubunginya baik melalu pesan maupun telefon. Sebagai kembarannya mungkin kamu tahu kenapa?" Sambungku kembali dengan harapan bahwa Patrice mengetahuinya.

"Hmmm soal itu aku tidak tahu, tapi sebelumnya dia sempat berpesan kepadaku bahwa dia akan segera mengganti hpnya dan nomor hpnya. Mungkin di masih belum menemukan hp yang cocok untuk dia gunakan. Jadi bersabarlah.. kan kalian sahabat, dia pasti akan menghubungimu setelah dia memperoleh hpnya kembali." Jawabnya sehingga membuatku mulai berpikir positif mengenai Johnson kembali.

"Terima kasih ya atas infonya. Selamat tidur, jangan lupa besok sekolah hahahaha" Jawabku sambil bergurau sedikit dengannya.

"Baiklah, sampai jumpa besok di sekolah" jawabnya membalas pesan terkhirku.

Keesokan harinya di sekolah terasa seperti biasanya, tidak ada hal menakjubkan ataupun hal istimewa seperti hal-hal yang biasa kulakukan dulu dengan Johnson.

"Hi Carl!! Kemana saja kamu? Dari tadi aku mencarimu ke seluruh bagian sekolah, namun kamu tidak ada dimana mana, malah diam-diam disini. Emang ada apa sih?" Teriak Patrice dengan suara keras dari kejauhan yang kemudian mendekatiku dengan berlari.

"Ohh... hai Pat!! Ada apa? Ngga ada apa apa kok. Ada apa kok tiba tiba mencariku? Sampe lari lari lagi, apa ada sesuatu yang pening yang harus dibicarakan?" Sahutku dengan penuh heran melihat perlakuannya yang mengejutkanku

"Hmmm anu... soal yang kemarin di pesan. Apa sebumnya kamu sudah pernah tau hal itu? Apakah Johnson pernah menceritakan itu sebelumnya kepadamu?" Tanyanya dengan rasa ingin tahu.

"Tidak... aku aja baru tahu kemarin setelah kamu ceritakan dan tentu saja itu merupakan hal yang baru yang sangat membuatku terkejut kemarin. Terlebih lagi apa yang Johnson ucapkan mengenai hubungan persahabatan kami." Jawabku dengan cepat.

"Ooo iya apakah hari ini kamu ada kegiatan?" Sambungku lagi.

"Hmmm tidak kok. Emang ada apa?" Jawab Patrice.

"Hari ini aku akan mengajakmu mengerjakan pr bersama dan belajar bersama di rumahku. Hal itu adalah hal yang biasa kulakukan bersama Johnson. Jadi sebagai pengganti Johnson di kota ini, aku menunjukmu, kembaran Johnson untuk menjadi sahabatku di kota ini. Jadi, bisakah nanti siang di rumahku?" Hal tersebut aku ucapkan dengan nada yang pasti dan mengandung banyak harapan.

"Akan kupikirkan dulu, nanti akan aku jawab melalu pesan saat sepulang sekolah, karena aku masih harus menanyakan ini pada ibuku." Jawabnya dan kemudian langsung pergi meninggalkanku dengan cepat menuju keluar sekolah karena kebetulan saat itu dia yang dijemput terlebih dahulu daripada aku.

Tittt....titttt...suara klakson mobilku dari luar sekolah yang menandakan bahwa aku sudah dijemput oleh orang tuaku. Aku pun segera pergi meninggalkan sekolah untuk pulang. Setibanya di rumah aku langsung kembali ke kamarku lagi dan seperti biasa masih mengecek notifikasi hpku siapa tahu ada balasan dari Johnson, namun tetap saja tidak ada.

F.R.I.E.N.DTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang