Bagian 13 - Pinjaman

147 14 0
                                    

-Junsu POV-

"Aku tidak percaya kau sampai rela melakukan ini." Ucap Taeyeon saat aku meceritakan padanya mengenai apa yang baru saja kulakukan. Kami tengah duduk di mobil saat ini. Aku sengaja mengajaknya keluar dari apartment untuk meminta sarannya atas keputusanku.

"Aku sudah tak punya pilihan lain, Taeyeon..." ucapku agak menekan nada bicara.

"Kau bisa minta tolong padaku, oppa. seharusnya kau menceritakan hal ini dari awal."

"Aku tak ingin melibatkanmu dalam masalah ini."

Tak ada jawaban dari bibir Taeyeon. Dia terdiam memandangiku dengan tatapan prihatin. Aku memang pantas dikasihani. Sangat pantas. Meminjam uang dari perusahaan untuk mem-bayar kesalahan yang tak pernah kulakukan. Tapi aku merasa ini sudah menjadi kewajibanku juga. Jadi jika aku tidak membantu, maka aku akan merasa sangat bersalah.

"Kau sudah bicarakan ini dengan yang lain?" tanya Taeyeon memecah keheningan.

Aku menggeleng pelan.

"Jadi kau melakukannya tanpa izin mereka?!"

"Aku tahu mereka takkan mengizinkanku jika aku mengatakan hal ini! Tapi jika aku tidak meminjam uang dari sana, kau pikir aku bisa mendapatkan uang dari mana lagi?!" tanpa sengaja aku membentaknya. Taeyeon tampak kaget akan kemarahanku. Tapi aku harus bagaimana? Aku sedang benar-benar down dan tidak bisa memikirkan apapun tentang keramahan.

"Apa kau tidak berpikir bahwa apa yang kau lakukan ini justru akan membuat mereka semakin tersiksa dan kesulitan?" Taeyeon menatap kedua mataku lekat-lekat. Ada kecemasan yang tergambar jelas di wajahnya.

"Maksudmu...?"

"Kau tahu kalau mereka tak ingin kau menjadi penyanyi solo. Dan kau juga tahu kalau mereka sudah terlalu trauma untuk disatukan lagi menjadi sebuah grup. Lalu sekarang, secara sengaja kau membuat mereka harus terjebak lagi dalam situasi seperti itu. Apa kau tidak berpikir seribu kali sebelum mengambil keputusan mendadak seperti ini?"

Terkadang aku memang merasa, apa yang kupikir berguna, ternyata tidak berguna untuk orang lain. Aku tahu memang bukan ide bagus meminjam uang dari perusahaan itu. Tapi hanya itu satu-satunya cara yang terpikir olehku. Daripada aku hanya diam di rumah dan menunggu rekan yang lain mendapatkan uang itu, lebih baik akupun berusaha mendapatkan uang dengan jalanku sendiri. Terserah. Kalaupun nanti mereka ternyata tidak setuju dengan keputusanku, atau mereka membenciku sekalipun. Aku tidak peduli. Setelah aku membayar-kan uang ini, aku masih mampu membayar sendiri hutang itu pada Lee Junki. Ya. Aku tidak butuh bantuan mereka.

"Jadi kau juga menyalahkanku atas hal ini?" tanyaku sambil menantang tatapan Taeyeon.

"Bukan begitu, oppa..."

"Lalu bagaimana? Sudah jelas-jelas kau tidak suka dengan caraku. Padahal kau sama sekali tidak mengerti posisiku seperti apa dalam masalah ini. Dan seenaknya saja kau menyala-hkanku tanpa pernah tahu apa yang kurasakan." Air mataku mulai menggenang dan nyaris jatuh ke pipi. Tapi aku segera menghapusnya sebelum Taeyeon menyadari hal itu.

"Siapa bilang aku tidak mengerti posisimu?" tanya Taeyeon pelan. Jemarinya terulur dan dalam sekejap menyapu air mata yang membasahi bulu mataku. Aku terdiam dengan per-lakuannya. Aku tidak memiliki ide untuk membalas dengan kata-kata ataupun dengan suatu gerakan. Jadi aku hanya bisa diam dan menatapnya seperti ini. "Aku mendukung apapun yang menjadi pilihanmu. Tapi, oppa, aku hanya... merasa tidak tega jika kau harus kehilangan kesempatan untuk membentuk grup itu lagi."

"Jangan pernah bicarakan tentang grup yang sudah mati itu." Ucapku tegas.

"Kau tidak mungkin membenci DBSK, kan?"

The Return of TVXQ/DBSKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang