1. WELCOME INDONESIA

87 21 4
                                    

Hana Point Of View (POV)

Disinilah sekarang aku berdiri. Di depan sebuah gerbang rumahku sendiri. Yaa, seperti yang sudah Ayahku katakan aku pulang ke Indonesia, negeri kelahiranku.

Ku tatap bangunan bergaya eropa modern di depanku. Cat berwarna putih dan abu-abu nya masih sama dengan apa yang berhasil ku rekam 5 tahun yang lalu. Taman kecil yang berisi penuh puluhan bunga bougenville berwarna-warni masih sama terawatnya seperti dulu. Tak ada yang berubah.

Ku hembuskan nafas perlahan. Tangan mungilku mengeratkan pegangan pada tas ransel unguku. Ku buka gerbang yang ada di depanku. Tak terkunci. Aku mulai berjalan menuju teras rumahku dengan membawa koper dengan tangan kananku.

Berkali-kali bell rumah sudah ku bunyikan. Tetap tak ada sahutan dari dalam.

"Kemana Ryan dan Kak Niko ?" gumamku sendiri. Dengan ragu ku pegang kenop pintu dan mencoba membuka pintu rumah ini. Tak terkunci juga.

"Sungguh cerobooh sekali mereka" gerutuku.

Gelap. Pertama kali hal yang aku tau saat membuka pintu rumah adalah kegelapan. Tak ada penerangan sama sekali. Dengan bergidik ngeri, ku tinggalkan koper besarku di depan pintu dan berjalan pelan meraba dinding untuk mencari saklar lampu.

"Ahh aku ingat ada di sekitar sini. Ayolah, tempat ini sangat mengerikan jika gelap seperti ini" pantang menyerah aku terus meraba dinding untuk mencari saklar lampu.

Cleck..
Tiba-tiba ruangan itu menyala terang. Aku pun bergidik ngeri membayangkan bagaimana lampu itu bisa nyala dengan sendirinya.

"Kak" suara seseorang dibelakangku mengejutkan diriku. Aku segera berbalik menatap orang itu dengan tajam.

"Ryan" ucapku geram.

"Apa ? Kenapa ?" Tanya pria yang ada di hadapanku sekarang ini. Dia adikku. Adik laki-laki ku. Namanya Ryan Pradipta.

"Haahh.. sudahlah lupakan" ucapku sambil menghembuskan nafas.

"Kenapa lo bisa ada di sini kak ?" Tanya Ryan bingung.

"Gue yang harusnya nanya. Apa yang lo lakuin sampe bisa-bisanya lo pulang ke Indo sendirian ?"

"Gak sendirian kak. Ada Kak Niko yang nemenin"

"Iyaa tapi tetap ajaa.. itu kan ahhh.." teriak ku frustasi. Ryan hanya menatapku dengan pandangan aneh.

"Aneh lo kak" ucapnya yang langsung pergi meninggalkanku sendirian. Dengan sigap aku kembali mengambil koper yang sempat ku tinggalkan tadi dan pergi mengikuti Ryan yang ternyata menuju dapur.

"Kenapa sih lo mau-mau nya di suruh Ayah buat balik ke sini kak ?" Tanya Ryan yang tengah membuka kulkas dan mengambil sebotol orange juice dari sana.

"Gue ini kakak lo. Setidaknya yaa gue care sama lo. Gue khawatir sama lo" jelasku.

"Ohh" sahutnya cuek.

"Angkatin barang gue ke dalam kamar dong. Capek tau" ucapku memelas.

"Ogaahh. Bawa aja sendiri" ujar Ryan tenang sambil menegak minumannya.

"Sama kakak lo sendiri gitu ?" Tanyaku yang hanya diberi respon bahu nya yang naik menandakan Ia tak tau. "Kak Niko mana ?" Lanjutku lagi setelah aku yakin seberapa keras pun aku meminta Ryan tak akan mau menolongku.

"Gak tau, tadi dia pergi gak bilang-bilang"

"Arrgghhhm... kalian ini"

♡♡♡♡

Pagi ini aku kembali terdiam di tepian tempat tidurku. Aku kembali menggenggam kalung permata shappire ini. Aku sungguh tak ingin, tapi entah mengapa ini seperti sudah menjadi candu bagiku.

"Gue udah balik ke Indo. Lo masih ke London atau udah balik ke Indo yaa ? Putra kabarin gue dong" ujarku seolah-olah lawan bicara sekarang berada tepat di hadapanku.

Tanpa ku sadari, air mataku luruh lagi membasahi pipiku.

"Hana bodoh!! Jangan nangis. Gue harus kuat" ucapku sambil menghapus air mataku dengan kasar. Senyuman kecut menghiasi sudut bibirku. Sungguh ini sangat menyakitkan bagiku. Merindukan sosok seseorang yang bahkan kehadirannya pun aku tak pernah tau. Yaa itulah aku. Aku bodoh.

Tookkk.. tokkk.. tokk..
Suara ketukan pintu segera menyadarkanku. Dengan segera kalung permata shappirw itu ku simpan asal di bawah bantalku.

"Siapa ?" Tanyaku.

"Gue, Ryan kak"

"Ohh, lo mau apa ?"

"Cepetan turun sarapan bareng. Kak Niko udah nungguin" jelas Ryan yang masih berada di balik pintu.

"Okee duluan aja. Bentar lagi gue turun"

Aku segera masuk ke dalam kamar mandiku. Membasahi wajahku dengan air, berharap semoga jejak-jejak air mata ku dapat tersamarkan.

♡♡♡♡

"Pagii.." sapaku ceria saat mendekati meja makan.

"Pagi, Hana" sapa seorang pria bertubuh jangkung dengan body atletisnya. Beberapa detik aku terdiam di tempat memandang pria itu. Detik selanjutnya setelah aku sadar, aku segera memeluk pria itu.

"Kak Niko, gue kangen lo kak" ucapku histeris.

"E-ehh iya Han. Kakak juga"

"Gila, lo makin cakep aja kak" ucapku setelah melepas pelukan padanya dan mengambil tempat duduk tepat di hadapannya.

"Haha masa iya sih ?" Tanya Niko dengan tawa hambar.

"Iya, bener gue gak bohong kak"

"Lebay" celetuk Ryan. Seketika pandanganku teralihkan padanya.

"Yeee.. bilang aja lo iri" sahutku.

"Iri ? Kurang kerjaan banget gue"

"Adek durhaka lo Yan" sahutku ketus.

"Udah udah.. cepetan gih sarapan" ucap Niko menengahi pertengkaran kecil kami.

"Hana, kemarin Om Ferdi ada telfon kakak" ucap Niko setelah kami menyelesaikan sarapan bersama.

"Ayah ngomongin apa sama kakak ?" Tanyaku bingung di iringi dengan anggukan dari Ryan.

"Lo bakal satu sekolahan sama gue" jawab Niko.

"What ?"

"Kenapa ? Ada yang salah ?" Tanya balik Niko.

"Gue satu sekolahan sama lo kak ?" Tanyaku lagi.

"Iya. Ini juga kakak lagi ngurus kepindahan sekolah lo. Mungkin minggu depan lo udah bisa masuk" jelas Niko.

"Hahh.. padahal gue berharap bisa libur sekolah dulu" ucapku murung.

"Dasar pemalas lo kak" ucap Ryan ketus.

♡♡♡♡

Part 1 selesai ^^ semoga gak mengecewakan.
Jangan lupa vote and comment nya yaa biar imajinasi tetep jalan :D

When I See You AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang