Alza menjatuhkan puntung rokok keduanya sambil memandang datar kearah dua sejoli mabuk kepayang di depan sana yang sedari tadi hanya saling memandang penuh cinta, ia sudah berada disini sedari tadi dan berharap bahwa apa yang ia saksikan sedari tadi hanyalah ilusi semata dan ketika ia membuka mata semuanya akan hilang dan kembali menjadi normal.
'Sialan ini semua terlihat begitu nyata' katanya dalam hati.
Ia berharap rokok dapat memperbaiki keadaan hatinya, tapi buktinya? Benda sialan ini malah memperburuk semuanya! Semuanya terlihat benar dan hanya dialah yang salah, dia dan perasaan bodohnya.
'Cih roman picisan, gue bisa tebak kali apa yang bakal kalian lakuin abis ini'
Batinnya menggemuruh tak suka melihat mereka berdua bersama, batin kecilnya menggemuruh protes karena ia merasa bahwa dirinyalah yang seharusnya berdiri disana, hanya dirinyalah yang seharusnya merengkuh badan tegap itu, hanya dia, dan harus dia, tapi satu fakta menampar keras-keras batin kecilnya yang sedari tadi berteriak protes.
'Alza bukan siapa-siapa dan tak akan pernah bisa menjadi siapa-siapa'
Sambil tersenyum kecut dia mengiyakan fakta menyakitkan itu di dalam hatinya
'Gue seharusnya sadar dari dulu gue emang cuman sampah, dan sampah kayak gue gak akan bisa bersanding sama berlian kayak lo'
Dengan senyum masam dia berbalik dari sana dan memutuskan untuk menghapus adegan roman picisan sialan itu dari otaknya dan sekarang hanya satu hal yang bisa dia pastikan, bahwa ia terluka dan hati kecil sialannya juga ikut terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka
Teen FictionIni cerita tentang Al yang bodoh terhadap perasaannya dan ketidak peduliannya akan sekitar. Tentang Al pula yang terlalu mencintai sehingga tak sadar bahwa hatinya sudah dimiliki oleh orang lain. Semua hal itu berujung kepada satu hal yang sama, ya...