Alza sangat membenci keramaian, karena di keramaian ia sadar bahwa ia kesepian, ia dan hati-nya kesepian.
Selain membenci keramaian, ia juga membenci melihat seseorang menangis.
Tetapi yang saat ini ingin Alza lakukan adalah menangis, Alza sangat ingin menangis setelah itu melupakan semua masalahnya, Alza juga ingin pergi ke keramaian agar Alza tau dia tidak sendirian.
Sedari tadi Alza berusaha meyakinkan dirinya bahwa ia bukan Alza yang dulu.
Dulu Alza terlalu sering menangis, sehingga sekarang ia terlalu lelah untuk menumpahkan kesedihannya melalui air mata.
Alza sedari tadi hanya menunduk diam, tak melakukan apa-apa. Dia berusaha sebaik mungkin melakukan kebiasaannya, yaitu menyimpan kesedihannya rapat-rapat. Ia terus menunduk tanpa memperdulikan Bi Anggit yang sudah memberi tatapan iba kepadanya, sungguh ia sangat membenci tatapan iba seperti itu.
Saat ia mencoba mengalihkan tatapannya dari lantai rumah sakit yang dingin dan pelan-pelan mengangkat kepalanya untuk menatap ke arah depan, ia bisa memastikan satu hal bahwa apa yang sedang terjadi saat ini benar-benar nyata. Satu lagi realita pahit yang harus bisa ia terima, bahwa ia benar-benar akan sendirian di dunia ini.
Ibunya adalah satu dari segelintir orang yang ia sayangi, atau bisa dipastikan ibunya-lah orang yang paling ia sayang di dunia ini, tetapi orang yang paling ia sayangi meninggalkannya pergi menuju ke kebahagiaan yang abadi, yaitu surga.
Di dalam hatinya ia bersyukur dan berterima kasih kepada takdir, bahwa ibunya tak perlu lagi merasakan kesedihan, ibunya juga tak perlu lagi merasakan penderitaan, ibunya akan selalu berbahagia disana, ibunya akan selalu mengawasi dan mendoakannya dari atas sana.
Alza tersadar dari lamunannya karena getar dari HP-nya, getar pesan yang ternyata berasal dari sepupu kesayangannya.
Ampas Tahu : Aaaaal jangan lupa pulang ke rumah ya, gue cuman ngingetin aja nih, takutnya lo lupa jalan pulang gara-gara keseringan main ehe
Ampas Tahu : Kasian Tante Nina kalo lo tiap hari pulangnya malem mulu. Pulangnya cepetan dikit ya hari ini Tante Nina titip pesen katanya mau ngajakin makan malem (kalo lo gapulang katanya dia gabakal mau lagi nungguin elo di rumah) (ini serius)
Alza : Mama ga ada.
Ampas tahu : Mampuss, durhaka sih lo jadi anak
Alza : Mama ga ada mav.
Setelah alza menulis kata sialan itu dia memasukkan HP ke saku roknya lagi. Dan belum ada satu menit alza merasa HP nya berdering lagi.
'Hih, ni anak' gerutu alza dalam hati setelah membaca nama 'Ampas tahu' dilayar HP nya."Al??"
"Hm?" Jawab Alza singkat
"Lo kenapa dah? Nyasar ya?" Tanya Mavi setengah mengejek
"Mama ga ada" Kata Alza dengan nada dinginnya.
"Salah masuk rumah orang kali loo makanya tante Nina nya ga ada" Ejek Mavi lagi sambil tertawa terbahak di ujung kalimat.
"Gue serius"
"Yee gue juga serius karat kipas" kata Mavi mengelak
"Serah lo" Ucap Alza lalu dia memutuskan sambungan telfonnya daripada ia harus terus menyebutkan kata kata yang sampai saat ini masih sulit untuk ia percayai.
Beberapa saat setelah Alza mematikan sambungan telepon-nya secara sepihak, terdengar dering HPnya yang terpampang sangat jelas caller ID si penelepon 'Ampas Tahu'
"Aal--"
"Assalamualaikum mav" kata Alza sambil tersenyum kecil. Mavida terdengar sedikit kikuk di ujung telepon.
"Aal ma--"
"Iya gue ngerti, sans aja sama gue lagian gue juga gapapa" kata Alza mencoba menenangkan hati sepupunya itu.
"Aal lo bi--"
"Gue gapapa serius deh mav" kata Alza memotong apa yang ingin dikatakan oleh Mavida.
"AH ELAH JERAWAT BATU DENGERIN DULU GUE MAU NGOMONG" ucap Mavida kesal karena perkataannya selalu dipotong oleh Alza yang hanya dibalas kekehan kecil oleh Alza, sungguh Mavida tak habis pikir kenapa Alza bisa sesantai ini menghadapi sebuah masalah?
"Buat sekarang gue cuman pingin sendiri aja mav, gue gapapa kok beneran. Gue pikir juga lebih baik kayak gini, mama bakalan lebih tenang disana, mama juga bakalan lebih bahagia disana, toh mama juga tetep bisa ngejagain gue dan merhatiin gue dari sana, gue percaya itu" kata Alza meyakinkan dirinya sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Aal apa gue ke Bali aja ya sekarang? Kasian lo ga ada temennya, lagian bunda ngijinin gue buat pergi ke Bali kok, eh iya Bunda sama Ayah minta maaf banget Aal gabisa kesana soalnya mereka juga baru berangkat pergi tadi pagi. Mereka bakalan langsung kesana kalo udah pulang, jadi gimana kalo anaknya yang imut ini dulu yang kesana duluan Aal?" tanya Mavi meminta persetujuan Alza.
"Gausah sih gapapa serius, lebay bgt jadi manusia. Sampein makasih gue buat om, tante gue maklum kok mav gapapa deh" kata Alza memaklumi Ayah dan Bunda Mavi yang tidak bisa datang.
"Tapi aal--"
"Udah deh lo gausah sok sok berani bolos sekolah, gue gapapa woy serius dah lebay amat" kata Alza lagi-lagi memotong pembicaraan Mavi.
"Aal lo mah--"
"Udah deh sono belajar lagi aja sana bai." Ucap Alza tanpa memperdulikan ucapan Mavi yang lagi-lagi terpotong.
Bukannya Alza tidak suka ditemani, Alza suka bahkan sangat suka ditemani.
Tetapi saat ini Alza hanya ingin sendirian, mencoba meyakinkan fakta menyakitkan baru, yang lagi-lagi harus bisa ia terima. Kehilangan salah satu semangat hidupnya, lagi.
---------------------------------------------------------------------------------------
Kamis, 17 Maret 2016.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka
Teen FictionIni cerita tentang Al yang bodoh terhadap perasaannya dan ketidak peduliannya akan sekitar. Tentang Al pula yang terlalu mencintai sehingga tak sadar bahwa hatinya sudah dimiliki oleh orang lain. Semua hal itu berujung kepada satu hal yang sama, ya...