Ketika hati memiliki rasanya sendiri, maka biarkan dia yang memutuskan dan bicara. Karena hati bukan komponen kasat mata yang kau sebut cinta, maka dia bisa berhenti berdetak. Mungkin kematian bukan akhir, namun kenyataannya cinta itu benar-benar curang.
Benar-benar sialan.
Ini sudah banyak dibahas pada lembaran cerita lain. Sekali lagi, rindu itu curang. Terus mengucur tak pernah berkurang. Hadir sebagai kidung malam, menjelma jadi melodi siang. Mungkin cinta itu adalah sesuatu yang benar-benar menyingkap tabir dan kesakitannya sendiri. Hingga pada akhirnya cinta itu dipandang sebagai sudut pandang tertinggi.
***
#Ark
Moon Ear sudah memutuskan banyak hal sejak aku lahir. Aku tak bisa memutuskan sesuatu sendiri. Semuanya sudah diatur oleh ayahku. Aku tahu itu. Ibuku ikut andil di dalamnya. Meskipun mereka tahu aku enggan mengikuti aturan mereka. Hanya mate yang kupunya sebagai implementasi keinginanku. Hanya dia yang menjadi obsesiku. Lainnya nol. Bahkan aku tak menyadari kalau yang nol ini sangat berharga meski kadang tak ada artinya bila berdiri sendiri.
Aku mendekat ke arah Cash. Lelaki ini masih saja menghindariku sejak kemarin. Apa yang kuucapkan seolah tertelan begitu saja padanya. Aku bukan lelaki yang bisa menahan sabar, meski aku sudah membaca kata itu dalam buku. Aku seorang were dan tentu saja aku bisa lepas kendali. Apalagi Grey sudah mulai gemas setengah mati atas apa yang sudah terjadi padaku dan Cash.
"Bond. Mating. Masih belum paham, nak? Kau belajar menggigit sebelumnya sejak usiamu belum remaja. Kau sudah belajar mencium, sudah belajar menusukkan penis panjangmu ke lubang pantat seseorang..." Grey bersuara, mengejekku. Aku berdehem dan mendengus gusar ke arahnya.
"Itu yang aku baca di buku, bodoh! Aku belum pernah melakukan apapun!"
"Karena itu, lakukan!"
"Apa yang akan dia katakan kalau aku menggigitnya?" Aku benar-benar ragu. Grey menggerutu.
"Hal seperti itu tak perlu teori, nak! Kamu bisa melakukannya. Itu naluri, tanpa kamu praktikkan sendiri."
"Aku tidak punya kepercayaan diri sepertimu!"
"Maka izinkan aku menjadi dirimu."
"Tidak! Kau ingat apa yang sudah kau lakukan, Grey? Dia manusia. Dia tidak tahu identitasku yang sebenarnya...."
"Oh, ayolah...! Lihat itu!" Grey mengaum marah. Lelakiku sedang sendirian. Bibirku tersungging ringan dan kakiku mulai melangkah ke arahnya. Sejak kejadian kemarin dia selalu menghindariku. Dia mengatakan aku mempermainkannya. Padahal jujur saja, aku tidak pernah melakukan itu. Aku punya tugas sendiri, aku punya hal yang harus kukerjakan. Aku calon penerus Ayahku, pemimpin pack terbesar di kawasanku. Moon ear, yang katanya pack paling fenomenal karena anggotanya paling tampan. Kenapa memangnya kalau tampan?
Apakah ketampanan hati dilihat dari rupamu?
Tidak, pada nyatanya aku akan tetap berbulu ketika melakukan shift dengan Grey. Grey tergelak geli saat aku mengatakannya. Kukatakan kalau aku juga bisa menjadi seperti orang lain. Aku bisa menjadi apa yang orang lain inginkan.
Ketika aku mulai menghampirinya, lelaki lain muncul. Kali ini bukan lelaki bernama Jack di bar waktu itu, namun lelaki lain. Aku mulai membencinya. Apalagi ketika dia mulai bicara dengan nada mengancam padaku.
"Tidak perlu dilanjutkan. Aku tahu apa maksudmu. Mulai sekarang, aku akan melindungimu dari dirinya."
Dan.. aku terusik. Kalian tahu, kan? Kemarin Jack, sekarang laki-laki bernama Hans itu. Memangnya apa kelebihan dia dibanding diriku? Aku lebih keren, lebih tampan, lebih kaya. Oh, tidak! Oke, orang tuaku yang kaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Bitchie
WerewolfArk hanya seorang were penyendiri di pack-nya. Dia hanya terlalu melankolis sebagai seorang dominan. Ayahnya adalah Alpha di pack Moon Ear, jadi otomatis dia akan melanjutkan jabatan Ayahnya. Namun pertama-tama Ark harus menemukan mate-nya. Ark kec...