Cinta kadang tak pernah butuh alasan kenapa dia harus datang. Tapi kita semua tahu, ada alasan kenapa kita harus menamakannya cinta. Mengenalnya, menjalaninya, lalu mempertahankannya. Sekali lagi, cinta memang tidak akan pernah butuh alasan untuk datang. Karena cinta yang butuh alasan adalah cinta yang pamrih.
Ini hanya sebuah catatan tentang hidup seorang werewolf, yang pada akhirnya menemukan mate dan kisah cintanya sendiri. Kisah cinta klise, yang mungkin akan dibahas pada roman-roman picisan di luar sana. Namun perlu diketahui, sejatinya cinta itu datang dengan caranya sendiri. Tidak pernah butuh alasan. Tidak...
***
#Ark
Ada banyak alasan kenapa aku mencintainya. Meski pada akhirnya kalian mengatakan cinta tidak pernah butuh alasan, namun aku akan menjelaskannya. Mungkin bukan sekedar alasan. Tapi sebuah pencapaian dan juga tujuan hidupku kenapa aku bertahan dengannya. Dengan seorang manusia bernama Cash, yang dulu sempat kupandang sebagai manusia binal dan sedikit liar.
Meski aku mencintainya. Lalu mengikatnya.
Ini akan penuh dengan catatanku, tentang betapa bersyukurnya aku memilikinya. Baik, kalau kalian tanya alasan pertama aku mencintainya adalah....
Pertama....
Karena dia hidupku.
Oke, mungkin akan kita sederhanakan lagi menjadi kata mate. Kami sudah menikah. Sudah diresmikan sebagai sepasang kekasih antara hidup dan mati. Aku tahu, itu sudah biasa bagi makhluk fiksi seperti kami. Setidaknya, kami sudah mulai belajar tentang menjalani takdir dan juga nasib. Meski, terkadang mate-ku agak...
"Sudah kubilang! Bangun, pemalas!" Dia berteriak kencang, membahana di seluruh kamarku. Aku masih menggelung badan, menutup mata.
"Nanti saja, sayang!" Aku beralasan. Atau mungkin sedikit menggodanya.
"Bangun, Alpha!"
"Sebentar lagi, Lunaku..."
Aku masih sibuk bergelung di balik selimut. Meskipun aku tidak butuh selimut untuk tidur. Kami adalah makhluk yang punya suhu lebih tinggi dibanding manusia.
"Alpha pemalas sepertimu akan membuat yang lain menderita!" Dia masih berteriak dengan suara melengking. Aku tersenyum.
"Cium aku, lalu aku akan bangun!" bisikku jahil. Aku tahu Cash sedang memutar bola matanya. Dia kesal, namun pada akhirnya dia melangkah dan mencium pipiku. Aku tersenyum geli, namun masih sibuk memejamkan mata.
"Sudah. Bangunlah!"
"Apa aku anakmu?" Aku masih sibuk berfantasi kotor. Cash mendelik lagi, menampakkan rasa kesal yang sudah memuncak. Di tangan kirinya sudah ada spatula, sedangkan di tubuhnya ada apron bergambar bebek kuning.
"Oke, apa maumu Ark? Suamiku?" Cash menekankan kata suami saat bicara. Aku tersenyum, terkikik kemudian.
"Cium aku! Di bibir."
Cash mendekat lagi, mengecup sekilas bibirku. Namun aku tidak akan pernah mundur. Aku membuka mata spontan, lalu menarik tengkuknya. Melumatnya. Melesakkan lidahku dalam mulutnya. Aku tahu Cash pasti akan merinding jijik karena aku belum menggosok gigiku. Ah, persetan dengan itu semua! Aku tidak peduli!
Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya, Cash selalu berakhir di atas bed lagi. Dia akan mengomel karena harus mandi lagi. Kurasa manusia memang suka mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha's Bitchie
Loup-garouArk hanya seorang were penyendiri di pack-nya. Dia hanya terlalu melankolis sebagai seorang dominan. Ayahnya adalah Alpha di pack Moon Ear, jadi otomatis dia akan melanjutkan jabatan Ayahnya. Namun pertama-tama Ark harus menemukan mate-nya. Ark kec...