.✖.
.
.
.
✖
.
.
.
✖
.
.
.
✖
• P e r d o n a m i•|b a g i a n |
• d u a •
.
.
.
✖
.
.
.
✖
.
.
.
.✖."Boleh tidak, hanya ada aku, keluargaku, dan semesta? Kalau boleh, mungkin kamu bisa lenyap sekarang. Kalau tidak, kamu tetap akan lenyap."
!-!-!-!-!-!-!
"Owekkkk...Owekkkk" Salsa terbangun dari tidur nyenyaknya. Akibat suara tangisan adiknya yang menggelegar ke seluruh ruangan di rumahnya. Salsa tidak dapat tidur lagi.
"Ayahh...tolong buatkan susu untuk Dinda yaa, bunda akan mendiamkan Dinda." Pinta ibu Salsa pada suaminya yang masih terjaga dalam tidurnya.
"Enghhh, iya bunda sebentar ya." Jawab sang suami. Dengan lihai dan sigap Ayah Dinda pergi ke dapur dan bergelung dengan bubuk susu dan air panas. Beberapa menit kemudian susu itu pun jadi. Dibawanya susu itu ke kamar dan segera diserahkan ke istrinya.
"Yaampun ayah, ternyata Dinda ngompol. Ibu lupa make'in popok buat Dinda kemarin malam. Kasur dan celananya basah, dia jadi nggak nyaman tidurnya." Curhat sang istri. Dengan dahi yang berkerut ia masih memikirkan solusi.
"Taruh Dinda ke kasurnya Salsa aja. Mereka 'kan bisa berbagi bun. Mereka harus belajar berbagi dari sekarang." Jelas sang ayah. Istrinya menanggapi dengan anggukan dan segera mengganti celana Dinda dan menggendongnya ke kasur Salsa yang terletak di kamar sebelah.
Mungkin ayah Salsa tidak terlalu bergelimang harta. Namun, keluarganya masih sanggup dibiayai dengan cukup. Tidak kurang, tidak pula terlalu berlebih. Apa yang bisa terlalu diharapkan sang istri dari gaji seorang sales di perusahaan makanan ringan yang cukup tersohor di Surabaya?
Ibunya tengah mengatur posisi nyaman untuk buah hati bungsunya. Oleh sebab itu, kasur sedikit bergerak dan bergelenjot kesana-kemari. Salsa yang sudah cukup terganggu demgan tangisan bayi, kini semakin terganggu.
Salsa terganggu. Dengan wajah bersungut-sungut ia bangun. "Aduh diem dong bun! Salsa nggak bisa bobo nih," ujarnya dengan rasa jengkel. Terlihat jelas dari ekspresi wajahnya kini.
"ini juga Dinda, nggak bisa diem dari tadi. 'Kan Salsa mau bobo, besok Salsa sekolah.""Sabar dikit dong sayang, adek kamu 'kan masih kecil." Ibunya mengusap-usap punggung Salsa yang mencoba tidur kembali. Bermaksud menenangkan.
Di akhir kegiatan mengusap ibunya, tepat sebelum Salsa tertidur kembali, masih sempat ia berucap, "Belum bisa apa-apa udah ngerepotin,"
Dan sekali lagi, ibunya hanya tersenyum.
::-::-::-::-::-::-::-::
A/N
Semoga pembaca 101 Days baca An nya ini Amin. ya, sudah lama gue nggak update EHEEHE. maaf sekaliii, gw abis uprak bruh, kir juga udah kelar. Minggu dpn gw Usek lagi bzzzzz. Jadi gue bakal update cerita ini sewaktu luang dan update 101 Days tiap hari Sabtu. Gue kasih deadline biar tepat waktu gaes. Sodara-sodara sekalian, jangan lupa doain gw yaa, gw jg bakal doain kalian jg kokk. Bulan depan gw Unas hadeh. gue nemu quotes ter'epik khusus buat yg lagi dirundung ujian. HAHAHHA.
"Just do it."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perdonami
Short StorySalsa membenci Dinda. Dia tidak pernah membayangkan bagaimana rasanya memiliki seorang adik. Dia tidak ingin membagi apa yang menjadi miliknya pada adiknya kelak. Dia juga tidak suka mengalah. Tapi sesungguhnya, apakah Salsa tahu, bahwa sejak Dinda...