"Buruan ketok, Beb." Shania mendorong Beby ke arah pintu berwarna coklat muda terang.
"Kok gue?" Beby menolak dan menjauh dari pintu itu.
"Perasaan gue udah ga enak nih. Lo aja yang ketok."
"Ga." Tolak Beby.
"Auranya udah ga enak, nih. Lo aja yang ketok. Yayaya? Pleaseee." Rengek Shania dengan tatapan sok manjanya didepan Beby.
"Ya." Beby mengalah. Apalagi yang harus Beby lakukan selain mengalah? Dia tidak ingin melanjutkan perdebatan sepele dengan Shania.
"Minggir. Badan lo yang gede ngehalangin." Beby menarik lengan baju Shania yang membuatnya sedikit menjauh dari pintu. Beby mengetuk pintu dengan enggan.
Tok... tok... tok...
"Masuk." Seru seorang perempuan di balik pintu, Miss Viny.
"Masuk sana, Beb." Pinta Shania lagi.
"Loh? Gue lagi?" Beby menunjuk dirinya sendiri, "Gantian." Sambungnya.
"Gamau." Tolak Shania dengan acuh.
"Tadi kan gue udah yang ngetok. Sekarang lo yang masuk duluan."
"Engga. Gamau. Batu banget jadi orang."
"Gue juga gamau."
"Siapa diluar? Kalau ada perlu, silahkan masuk." Seru Miss Viny di balik pintu itu lagi.
"Tuh Beb, udah disuruh masuk. Buruan ih buka pintunya."
"Lo juga punya tangan. Lo yang buka."
"GAMAUUUUU." Shania bersikeras, "Lo yang buka ya? Yayaya?"
"Beby Chaesara dan Shania Junianatha dari kelas 1-A, Saya tau itu kalian." Seru Miss Viny dibalik pintu. Suara Miss Viny membuat kedua remaja ini semakin tak berani memasuki ruangan yang berada didepan mereka.
"Psssstttt." Shania meletakkan jari telunjuk dibibirnya, "Salah lo nih, jadi ketauan kan."
"Gue lagi?" Lirik Beby sinis pada Shania tak percaya.
"Kalian berdua yang mau masuk atau Saya yang keluar?" Miss Viny kembali mengeluarkan suaranya dari balik pintu.
"Buruan Beb. Masuk."
Beby mendengus kesal dan menuruti apa yang dikatakan oleh Shania.
Ceklek.
"Permisi, Miss." Ucap Beby diambang pintu. Shania menyembunyikan tubuhnya dibalik tubuh mungil Beby. Jelas saja, Beby tidak dapat menjadi tempat persembunyian yang ideal untuknya. Tubuh Shania yang tinggi tidak dapat begitu saja menghilang dibalik tubuh Beby yang lebih pendek darinya.
"Berhentilah mematung disana. Kalian bisa menghalangi jalan orang lain." Teguran Miss Viny dapat diartikan sebagai sindiran agar mereka dapat masuk dan duduk dihadapan Miss Viny dengan segera.
Beby dan Shania memasuki ruangan Miss Viny dengan..... wajah yang khawatir? Yah tentu saja, siapa yang tidak khawatir belum sampai satu bulan menyandang sebagai siswi di SMA Harapan 48 sudah dipanggil oleh wali kelas ke ruang bimbingan konseling. Bukankah itu pertanda buruk?
Beby dan Shania duduk di atas sofa berwarna coklat keemasan. Keempukan sofa tersebut dikalahkan oleh rasa tegang yang sedang menyelimuti mereka berdua. Tampak sesekali Shania menunjukan wajah "gimana ini, Beb" kepada Beby, namun Beby seolah-olah tak melihatnya.
"Jadi, jelaskan kepada saya kenapa kalian berdua tidak berada dikelas saya kemarin?" Tanya Miss Viny langsung pada topiknya.
Beby dan Shania tidak memberikan sepatah kata pun. Shania berulang-ulang kali menatap Beby untuk mewakilinya memberikan jawaban, namun keinginan Shania tidak dapat terwujud dengan mudah. Beby tampak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hippocampus
FanfictionShania Junianatha. Beby Chaesara Anadila. Dua remaja yang beranjak dewasa ini memiliki kepribadian yang sangat bertolak belakang. Namun, perbedaan itulah yang menyatukan mereka ke dalam indahnya persahabatan. Persahabatan? Atau mungkin lebih dari i...