Part 4

6.6K 217 15
                                    

Demi memenuhi janjinya kepada kedua kakaknya, Tamara sekarang sudah berada disuatu perusahaan yang selama beberapa bulan kedepan akan ia pimpin. Sebenarnya Tamara benar-benar merasa enggan, tapi karena kakaknya memaksa membuat Tamara tidak bisa mengelak lagi.

"Ibu Tamara selamat pagi saya Qila, saya merupakan sekretaris dan asisten ibu." ucap seorang wanita cantik ketika memasuki ruangan Tamara. Kini Tamara sudah duduk dibangku diruangan kerjanya.

"Ah Qila, aku rasa kamu tidak perlu memanggil aku ibu, kamu bisa panggil nama aku saja, Tamara." ucap Tamara sopan seraya berjalan menghampiri Qila dan menjabat tangannya.

"Ah, tapi ibu kan atasan saya. Bagaimana mungkin saya memanggil ibu dengan hanya menyebut nama saja."

"Aku rasa umur kita tidak jauh berbeda Qila, jadi aku minta mulai sekarang kamu panggil aku dengan Tamara saja, ini perintah." Tamara berucap sambil terkekeh, membuat Qila juga tertawa bersama.

"Baiklah, ib___ eh, Tamara." ucap Qila sambil tersenyum tulus.

"Good, so sekarang kita akan melakukan apa?" tanya Tamara sambil berjalan kembali kekursinya diikuti oleh Qila.

"Em, untuk hari ini kita ada jadwal bertemu dengan pihak perusahaan Rakassa Independent sehabis makan siang nanti, Tamara."

Tamara mengangguk-anggukan kepalanya mendengar penjelasan Qila, "Oke kalau gitu sehabis makan siang nanti kita akan bertemu dengan pihak Rakassa Independent."

*************************

Tamara berjalan beriringan dengan Qila sambil sesekali berceloteh ringan selama berjalan menelusuri lorong diperusahaan Rakassa Independent. Sesuai dengan jadwal yang sudah dibuat Tamara memiliki jadwal untuk bertemu dengan CEO dari perusahaan tersebut. Kemudian, Tamara dan Qila sudah dipersilahkan masuk untuk menunggu CEO perusahaan yang saat ini masih menghadiri meeting dengan staffnya.

Sedang asik Tamara dan Qila berbincang-bincang, tiba-tiba pintu kaca CEO itu terbuka lebar. Mata Tamara membelalak dengan sempurna ketika melihat siapa yang masuk kedalam ruangan. Pria tampan bertubuh atletis mengenakan stelan jas berwana hitam dengan daleman kemeja putih bersih dan dasi berwarna abu-abu.

"Kamu? Ngapain kamu ada disni?" tanya Tamara dengan suara lumayan kencang seraya bangkit dari duduknya. Qila yang melihat sikap Tamara menjadi kaget dan ikut berdiri tiba-tiba.

Pria itu diam ditempat dan mengangkat sebelah alisnya, "Ini ruanganku, apa ada yang salah?"

Tamara langsung menutup mulutnya dengan tangan kanannya, ia merasa tidak percaya dengan omongan pria dihadapannya ini. 'kalau ini ruangan pria ini berarti dia CEO nya?' tanya Tamara dalam hatinya.

Pria itu hanya menahan tawanya ketika melihat wajah Tamara yang mendadak memucat lalu melihat wanita disebelahnya, "Kamu pasti sekretaris Tamara, bukan? Kalau kamu mau tau tentang bagaimana konsep proyek yang akan kita jalin kamu bisa menanyakannya pada sekretaris saya diluar."

Qila sadar betul kalau ucapan pria itu mengisyaratkan agar ia keluar dari ruangan dan meninggalkan pria itu dengan Tamara. Qila menganggukan kepalanya dan bergegas pergi dari ruangan itu. Qila sekilas melirik kearah Tamara, ia bisa menangkap tatapan Tamara yang mengisyaratkan 'JANGAN TINGGALKAN AKU'. Qila yang merasa serbasalah hanya menganggukan kepalanya dan tersenyum kearah Tamara lalu bergegas pergi dan menutup pintu kaca itu.

"Nah kita belum berkenalan kan, nona? Perkenalkan nama saya Deffian Rakassa." ucap Deffian seraya berjalan kearah Tamara dan mengulurkan tangannya.

Tamara hanya masih diam mematung. Tamara menimbang-nimbang ajakan Deffian untuk berkenalan, "Tamara, Tamara Gentala. Bukannya tadi kamu udah menyebutkan namaku? Itu berarti kamu sudah tau namaku, bukan?" tanya Tamara seraya meraih tangan Deffian. Tamara merasa Deffian menggenggam tangannya dengan mantap dan terasa hangat.

Destiny HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang