FIRASAT BURUK ITU

74 12 8
                                    

#anggap percakapan yang ada di dalam cerita adalah bahasa Irlandia
_____

  Valen sengaja tidak mengabari siapapun tentang kepulangannya kembali ke Irlandia. Satu bulan lagi acara wisuda akan diadakan.
Tubuhnya terbaring di ranjang, sampai terdengar bunyi ketukan pintu apartementnya. Valen beranjak untuk membukakan pintu. "Duv?" Teman kampusnya itu tersenyum menatapnya. "Ayo.. Masuk dulu."

"Tidak usah, aku hanya sebentar.."

"Ada apa?" tanya Valen sembari melangkahkan kakinya keluar dari ambang pintu.

"Kamu baru kembali dari Indonesia?"

"Iya, baru saja."

"Maaf kalo mengganggu."

"Tidak masalah," balas Valen sembari tersenyum.

"Seminggu yang lalu ada surat untukmu. Tapi, aku tinggalkan di loker kampus.. aku kira lebih baik surat itu ku simpan di lokermu saja." Valen menggerakkan bibirnya, tersenyum.

"Terima kasih.." Mereka berbasa-basi singkat sebelum akhirnya temannya itu pamit untuk kembali ke apartemennya yang terletak tak jauh.

_____

Beberapa makanan khas makanan untuk sarapan Irlandia terhidang di atas meja makannya, Valen tak ingin membuang waktu dan segera menandaskan. Valen beranjak meraih ponselnya ketika benda berbentuk segi empat itu menjerit seru. "Halo?" sapa Valen.

"Valen.. Kenapa balik gak ngomong!" Valen terkekeh mendengar teriakan sahabatnya.

"Ati-ati bumil, jangan teriak teriak nanti anak kamu-"

"Amit-amit.." Valen kembali tertawa.

"Ada apa telepon?" Valen memotong beberapa rotinya.

"Gue sebenarnya mau marahin lo karena balik gak ngomong, tapi ya udahlah.." Valen menggerakkan sendoknya masuk ke dalam mulut mungilnya. "Lagi ngapain lo?"

"Makan.."

"Pulang ke Indonesia lagi kapan?"

"Selesai wisuda, bumil pikun.." Valen menyesap pelan tehnya.

"Berapa bulan lagi?"

"Aku rasa kamu cuma hamil deh Ka.. bukan jadi nenek-nenek."

"Sialan lo.."

"Kalo lagi hamil gak boleh ngumpat.."

"Ya deh.." Valen beranjak membereskan peralatan makan yang sudah dipakainya dan mencucinya,  mengeringkan tangannya dengan kain khusus. "So.. berapa?"

"Satu bulan, Rika.."

"Bawa oleh-oleh ya.."

"Apa?" balas Valen sembari meletakkan peralatan makannya di tempat seharusnya.

"Miniatur big ben.."

"RIKA.. kamu kira aku ini dimana? Masa aku harus ke inggris? Itu jauh kali.."

"Jauh ya he.. ya udah deh pokoknya oleh-oleh, bye tante.."

"Bye baby.." Valen tersenyum dan menatap lurus ke arah jendela, hiruk pikuk itu tak pernah berubah begitu juga dengan hatinya.

_____

  Satu bulan berlalu begitu lambat untuknya, Valen melangkahkan kakinya menelusuri universitasnya. "Hay Len.." Salah seorang temannya menyapanya.

"Hay.." balas Valen sembari tersenyum.

"Gak kumpul?"

"Ada urusan sebentar."

"Oh ya udah aku duluan yah.." Valen tersenyum menatap temannya dan berjalan kembali menuju lokernya. Tangannya bergerak mengambil sebuah surat, dengan perlahan dia merobek amplopnya dan terlihat sebuah kartu berwarna putih gading dan emas. Dia mengeluarkannya, menimang-nimang sebelum akhirnya membaca surat yang lebih pantas di sebut kartu undangan pernikahan.
'Mikelo grelst
      &
      Arlena Karen Jasmine Within'
Waktu terasa berhenti baginya, jantungnya langsung berdetak kencang. Kedua nama insan itu terukir apik dan nyata. Ponselnya tiba-tiba berbunyi, membuatnya langsung merogoh tas dan mengambilnya.

"Ha-halo?" lirihnya dengan serak.

"Len.. lo dimana?"

"Aku lagi di kampus, Ka." Valen beranjak menyandarkan tubuhnya di loker sambil menahan sesuatu yang akan menetes dari kedua kelopak matanya.

"Syukurlah.. lo gak dapet surat atau undangan, kan?" Valen terdiam mendengarnya. Sahabatnya tau semua ini dan menyembunyikannya selama tiga tahun. Bukankah itu keterlaluan? Valen tak tahu harus bersikap seperti apa. "Len.."

"A-pa itu benar-benar dia, Ka?" Pertahanannya runtuh, sebulir air mata menetes dan tergeletak begitu saja di lantai dingin, sahabatnya diam tak menjawab. "Firasat ku benar kan?"

"Len.. gue mohon lo jangan ber-"

"Sejak kapan?"

"Maksud lo?"

"Sejak kapan kamu tahu dia masih ada?!" Rika diam tidak menjawab. "JAWAB, KA!"

"Ti-ga tahun yang lalu Len."

"DAN KAMU TIDAK MEMBERITAHU KU?" Tubuh Valen ambruk bersandar di loker. "Kamu tega, ka? Bahkan sekarang dia akan menikah dengan kak Arlena?!"

"Ma-" Valen langsung melemparkan ponselnya ke lantai dan berlari keluar universitasnya, menghentikan taksi.

"Bandara pak." Valen hanya bisa berdoa selama perjalanan, menatap sendu jalanan yang dilewati. "Terima kasih.." Dia langsung berlari setelah membayarnya tanpa memperdulikan uang kembalianya. Kakinya berlari menuju loket bandara dengan sesekali menabrak orang yang berlalu lalang. "Penerbangan ke Indonesia secepatnya," pinta Valen.

"(Lima menit lagi pesawat akan terbang,)" Valen membayar tiketnya dan langsung berlari masuk menuju pesawatnya. Waktunya hanya sampai pagi hari sebelum ijab kabul pernikahan dilaksanakan.

Kenapa?
Tak cukup kah aku kehilangan?
Kenapa saat aku baru tau kenyataan itu, kau akan pergi meninggalkan ku lagi?
Ku mohon....
Jangan tinggalkan aku lagi,

_____

PENANTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang