PADA AKHIRNYA DIA PERGI BERSAMA HATI DAN HIDUPKU

135 16 7
                                    

Valen berlari tergesa-gesa menuju ruang ICU ketika Suster Mia memberi kabar buruk untuknya, di sana dia melihat tubuh tunangannya terbaring lemah. Salah satu dokter terlihat menempelkan sebuah benda di dada seseorang yang dulu selalu ada untuk sebuah air mata dan keluh kesahnya.

Air mata membasahi wajah Valen, sebelum akhirnya tubuh kurus itu luruh, berlutut sembari menempelkan telapak tangannya di kaca. Rasanya ini terlalu menyakitkan untuknya. Apalagi kali ini? Terluka kembali? Atau kali ini penghabisan?

Ku mohon.. Jangan buat aku takut, pintanya menjerit lirih dalam relung hatinya. Waktu terasa berjalan begitu lama, berjam-jam berlalu, Valen tetap setia menunggu. Menunggu tunangannya melewati masa kritis itu, masa yang akan selalu dibencinya. Hati ini selalu bersama mu.. Jangan pernah tinggalkan aku.

Paramedis keluar dari ruangan itu silih berganti, Valen bergegas menghampiri salah satu dokter tanpa menyembunyikan raut kecemasan. "Bagaimana dok?" Suaranya terdengar bergetar. Dia berharap dokter itu mengatakan sesuatu yang bisa membuatnya berhenti ketakutan, tapi dokter itu hanya menggelengkan kepalanya.

"Maaf." Valen menggelengkan kepala dengan wajah pucat pasi, tangannya bergerak membekap mulutnya sendiri, seluruh hatinya masih merasa tidak percaya dengan kenyataan ini. Kakinya berlari menghampiri tubuh itu, tubuh yang kini benar-benar kaku.

Valen menatap wajah pucat itu dengan tatapan nanar, penuh luka. Valen menggenggam tangan dingin itu dan menciumnya berkali-kali, berharap ciuman itu akan berhasil seperti dongeng-dongeng yang pernah dibacanya sejak kecil.

"Bangun, Mike! Buka matamu.. jangan membuatku takut.. Bangun! JANGAN BERCANDA.. BANGUN." Isakan memilukan itu terdengar memenuhi ruangan yang sunyi itu, mengisi setiap kekosongan dengan luka itu. "Buka matamu.. katakan pada Mereka bahwa Kamu masih ada! Kumohon.. katakan pada Mereka bahwa Kamu masih ada!" Valen memeluk tubuh itu dengan erat, tak ingin sedetikpun dalam mimpinya tuk melepaskannya pergi menjauh meninggalkannya. "Mike.. Bangun dan ucapkan kata cinta untukku, kumohon." Ucapkan kata cinta yang dulu selalu kamu ucapkan untuk membuatku percaya bahwa hanya ada namaku di hatimu. Tapi kali ini, ucapkan untuk membuatku percaya bahwa ini hanya mimpi yang menyakitkan. Mimpi yang membuatku tak ingin bermimpi kembali.

"Len.." Seseorang mendekat dan menyentuh bahunya.

"Dia masih ada kan Sus? Dia hanya tidur.. Dia tidak pergi.. katakan Sus!! katakan!" Suster Mia menatap sendu Valen yang sangat terlihat kacau sembari menggenggam tangan Mike. "KATAKAN, SUS.."

"Len.. di-dia sudah pergi." Jeritan yang menyayat hati itu terdengar sangat menyakitkan, menggema memenuhi seisi ruangan.

"DIA BILANG BAHWA KAMI AKAN SELALU BERSAMA.." Valen mencium tangan itu berkali-kali, berharap dan berharap bahwa ada satu dongeng yang akan terwujud. "Katakan, Mike.. Bangun.. katakan pada Mereka bahwa Kita akan selalu bersama.." Tubuh Valen luruh, terjatuh. "Ka-ta-kan.." Kesadaran menghilang darinya berganti pekat. Pekat yang semakin terasa enggan menjauh darinya, menemani setiap harinya tanpa lelah. Pekat yang menariknya menuju sebuah hidup tanpa harapan.

_____

Valen mengerjapkan matanya, menggerakkan tubuhnya untuk duduk. Dia mengedarkan pandangannya, menatap sekelilingnya dengan wajah penuh tanya. Ini mimpi bukan? Jika ya, dia tak ingin memejamkan matanya kembali. "Kamu sudah bangun, Len?" Suster Mia berjalan mendekatinya.

"Kenapa saya tidur di ranjang rumah sakit, Sus?" Valen menatap penuh tanya sebelum akhirnya wajahnya berubah menjadi pucat. "Katakan pada saya sus.. semua itu mimpi kan?" Suster Mia hanya mampu menundukkan kepalanya. "Gak sus! Itu pasti tadi mimpi! Dimana Mike, sus? Saya ingin melihatnya.." Valen melepas paksa selang infus, beranjak pergi, tak menghiraukan nyeri yang terasa karena ada luka yang lebih menyakitkan dari itu.

"Len.. ikhlaskan dia.." Suster Mia berlari menyusulnya, menggenggam kedua bahunya.

"Gak! Dia masih ada, sus! Dia belum pergi! Saya ingin melihatnya, sus.." Valen berusaha menepis cekalan Suster Mia. "Dia janji sama saya, sus! Dia janji akan selalu bersama saya, sus!" Tubuhnya melemah jatuh berlutut dengan air mata yang beruraian membasahi wajahnya. "Kenapa dia pergi, sus! KENAPA? Kenapa takdir saya seperti ini sus?" erangnya penuh derita. Suster Mia ikut berlutut, memeluknya.

"Tuhan lebih sayang dia, len.."

"Kenapa tuhan mengambilnya?! Saya hanya punya dia sus.. belum cukup apa tuhan mengambil orang yang saya sayangi lainnya? Saya hanya meminta satu, sus.. saya hanya meminta, Mike selalu bersama saya."

Apa lagi yang Tuhan inginkan dari hidupku? Mengapa Tuhan lebih menyayanginya? Seharusnya Tuhan menyayangi kami dan menjemput kami bersama, bukan hanya dia. Ini tidak adil!! Katakan pada Tuhan bahwa aku juga menyayanginya, aku juga ingin dia bersamaku!

_____

Pada akhirnya inilah yang terjadi, Valen hanya bisa menatap lurus gundukan tanah yang masih basah itu. Air mata rasanya sudah enggan mengalir kembali, merasakan lelahnya menjalani luka ini. "Len, lo gak pulang? Udah hampir dua jam lo berdiri di sini." Rika mencoba membujuknya agar mau beranjak, meninggalkan belahan jiwanya yang mungkin kedinginan dengan tanah yang menyatu itu.

"Dia hidupku, Ka.. jiwaku terbawa bersamanya.. terkubur untuk selamanya." Tatapan matanya terlihat kosong tanpa secercah cahaya. Cahaya apa lagi yang diharapkannya? Cahaya kematian?

"Gue mohon.. Dia udah pergi len, jalani hidup lo tanpanya." Rika menggenggam pundak Valen penuh simpati. Melihat sahabatnya seperti itu rasanya saja menyakitkan apalagi merasakannya sendiri.

"Gak bisa, Ka.. hidupku pergi bersamanya."

"BERHENTI BILANG HIDUP LO PERGI!" Rika menatap Valen penuh amarah, sebelum akhirnya menghela napasnya pasrah. "Gue pulang, gue harap lo bisa lebih mikirin ini." Rika berlalu pergi dengan segala usaha, meninggalkannya yang bahkan tak mampu lagi membedakan laranya.

"Kamu pergi?" Valen berlutut di depan makam tunangannya, menggenggam erat nisan yang bertuliskan nama tunangannya, nama yang selalu menjadi doa untuknya "Kenapa?"

Kamu ingat kan? Hidupku adalah kamu. Jika kamu pergi, maka hidupku pun pergi bersamamu..

_____

PENANTIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang