Chapter Two : School

32 4 0
                                    

"Whoa! Mata lo kenapa kak?" Adalah sapaan pertama di meja makan dari adik kecilku yang baru menduduki kelas 1 smp.

Akupun hanya terkekeh pelan lalu menjulurkan lidahku padanya, "Bukan urusan lo, anak kecil."  Ucapku.

Akupun segera beralih kearah bunda, "Buun, nanti aku pulang agak telat ya, mau ekskul voli. Boleh?" Tanyaku was-was, takut bunda tidak memgizinkanku.

"Boleh, tapi jangan sampe malem-malem ya kak." Ungkap bunda dan aku hanya mengancungkan dua jempol tanda setuju.

Setelah berkutat dengan sereal-ku, akupun pamit kepada bunda untuk berangkat sekolah, iya hanya bunda, karena ayah sedang ditugaskan ke Makassar.

"Berangkat ya bun!" Ucapku seraya mencium pipi bundaku yang diikuti seruan adikku, "Kak! Kalo ada ojek gue didepan teriak ya, bilang gue!" Aku hanya menganggukan kepala, ya memang, selama ayah ditugaskan aku dan adikku satu-satunya itu selalu berangkat bersama tukang ojek langganan.

"Dek! Ojek lo udah ada! Buruan!" Teriakku lalu kemudian naik ke ojek langganan-ku ini.

Diperjalan, aku hanya sibuk memikirkan sikap apa yang harus kulakukan bila- atau mungkin saja bertemu Firman disekolah nanti.

"Neng, udah sampe." Aku hanya bisa menghela nafas pasrah saat motor yang kutumpangi ini berhenti didepan gerbang sekolah.

"Makasih ya mang! Sampai ketemu besok pagi!" Ucapku yang dibalas dengan ancungan dua jempol oleh Mang Ujang, tukang Ojek langgananku.

Aku melangkahkan kakiku menyusuri koridor sekolah yang masih tak terlalu ramai karna waktu masih menunjukan pukul 06.10.

Kurasakan tangan seseorang menepuk pundak belakangku, sontak akupun menoleh dan kudapati, Sari, sahabatku langsung meceramahiku, bahkan sebelum aku sempat bicara.

"Raaa! Gila lo ya, gue telfonin, line-in, sms-in, whatsapp-in, nggak ada yang lo bales!" Aku terkekeh mendengar perkataanya,

"Heh! Gue sibuk kemarin. Gue tau lo kangen sama gue, tapi, gue masih normal kok." Kulihat sahabatku yang kukenal dari masa MOS itu hanya mendengus kesal.

"Iyalah, yang gak normal itu masih aja lo sayang sama dia yang jelas-jelas udah buang lo dari kehidupan dia! Bego, tau?" Aku tertohok mendengar perkataannya yang sukses membuatku diam seribu bahasa.

"Ra, denger ya, mau lo nangis sampe 2020 juga kalo dia udah gak sayang lo, ya gak sayang." Aku hanya tersenyum pasrah mendengar ocehannya- yang walaupun ada benarnya.

"Udalah sar. Cape ngomongin asshole kayak dia. Yuk kelas mau nyalin peer lo nih gue." Kulihat sahabatku itu hanya mengangguk pasrah dan mengikutiku berjalan ke kelas XI-MIPA 1.

Diperjalan aku sesekali melirik ke sudut barat dimana kelas Firman, XI-IPS 2 berada. Mataku-pun menangkap sosok yang dulu pernah mengisi hari-hariku disekolah CENDEKIA ini.

Dan yang kutahu,

Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan.

Between USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang