Chapter Four : First Ride

24 3 3
                                    

Aku menguap menunggu jam terakhir yang diisi pelajaran Fisika ini berakhir.

Bosan.

"Sar, bosen banget gue." Keluhku seraya mencolek Sari yang duduk disebelahku, berharap dia bisa menghilangkan kebosananku ini.

"Sabar. Dua menit lagi." Aku hanya menghela nafas pasrah.

"Btw, lo pulang sama siapa?" Aku menggeleng tanda tidak tahu.

"Paling angkot. Kan dia udah nganter cewe barunya sekarang. Hehe."

Kriing... Kriing... Kriing...

Bel berbunyi tiga kali yang artinya, pulang!

"Baiklah anak-anak, sampai ketemu dihari Kamis." Tutup guru Fisika-ku yang disusul keriuhan karena jam belajar untuk hari Senin ini telah berakhir.

Aku dan Sari segera bergegas keluar kelas.

Tak kusangka, mataku langsung menuju pada dua pasangan.

Persetan.

Ya, Firman dan kekasih barunya, Anisa.

Hebat. Secepat itu dia menemukan penggantiku.

"Aduh, udah Ra, lupain. Cowok brengsek kayak dia gak pantes lo tangisin lagi." Aku hanya tersenyum mendengar ucapan sari.

Aku-pun melanjutkan perjalanan menuju gerbang. Belum sempat mencapai gerbang, kurasakan seseorang menepuk pundakku.

"Kak Amara! Kak Sari!" Sontak, aku dan Sari menoleh ke sumber suara.

"Zian?" Ucapku yang diikuti kekehan dari Zian,

"Iyalah kak, siapa lagi?" Aku hanya tersenyum membas perkataannya.

"Pulang sama siapa kak?"

"Sama ang-" belum sempat kujawab, Sari buru-buru memotong ucapanku,

"Gue sih dijemput bokap, Amara sendiri tuh. Minta nebeng sama lo." Aku melotot mendengar kalimat yang diucapkan sahabatku barusan. Gila.

"Oh kak Amara mau bareng? Yuk kak!" Aku makin melotot mendengar jawaban dari Zian yang seakan-akan meng-iyakan Sari untuk pulang bareng denganku.

Apa-apaan ini?!

"Yaudah, gue duluan ya Ra, Zi! Bokap udah didepan! Seeee yooouuu." Aku hanya terpaku ditempat memandang pundak sari yang berlari menjauh meninggalkanku berdua dengan laki-laki beralis tebal ini.

"Yuk, kak." Aku tersenyum membalas perkataan zian,

"Amara aja. Gak usah sok formal pake kak." Zian terkekeh mendengar jawabanku. Ganteng.

Kamipun berjalan menelusuri koridor sekolah yang sesekali kihat beberapa siswi memandang sinis kearahku.

"Lo tunggu sini ya ra. Gue ambil motor." Aku mengacungkan jempol tanda mengiyakan permintaannya.

Tak lama, Zian sudah berada didepanku menaiki motor berwarna putih ini,

"Naik Ra."  Akupun segera menaikan motornya.

"Rumah lo dimana?" Ah iya, bodohnya aku nebeng orang tapi belum bilang rumahku dimana.

"Ampera. Jalan aja, nanti gue tunjukin." Zian pun hanya mengangguk dan melanjutkan perjalanan.

Hening.

"Lo punya pacar ra?" Aku terdiam mendengar pertanyaannya.

"Enggak. Udah putus."

Entahlah, rasanya hatiku bergejolak saat mengatakan bahwa aku sudah tidak memiliki pacar.

Selang 15 menit, kamipun sampai didepan pagar rumahku yang bercat coklat ini.

"Makasih ya zi, mau mampir?"

"Nggak usah ra, gue pulang aja ya. See you." Balas zian tersenyum.

Sialan. Sialan. Sialan. Ganteng banget.

"Oh, eh iya, Sampai besok." Dan dengan itu, motor Zian melaju meninggalkan depan rumahku.

"Loh kak? Katanya voli? Kok udah pulang?" Tanya bunda begitu aku menginjakan kaki kedalam rumah.

"Iya bun, jadinya tadi pas istirahat. Cuman ngarahin anak-anak kelas 10 kok." Kulihat bunda hanya mengangguk mengerti.

"Yaudah sana mandi, ganti baju." Aku hanya tersenyum dan segera menuju ke  kamarku, dan segera membersihkan diriku.

Usai selesai membersihkan diriku, aku segera tiduran dikasur dan membuka aplikasi LINE di handphoneku.

LINE

Sari : Gimana ra diboncengin sama cowo cakep?

Amara P : Ah, gila lo.

Sari : Seneng kan lo. Gak usah muna.

Amara P : Serah.

Akupun meng-close aplikasi LINE dan kembali memikirkan tentang Firman, lagi.

Ting!

Aku kembali tersadar dari lamunanku begitu mendegar hpku berbunyi tanda pesan masuk.

Dengan segera, kubuka kembali aplikasi LINE di handphoneku.

Mataku melotot melihat satu pesan yang tak kusangka.

LINE

Fridszian: Ra, besok gue jemput ya. Gak ada tapi-tapian. Jam 6 gue depan rumah lo.

Amara P: Eh, apa apaan? Gak gak. Gue berangkat bareng mang ujang, ojek gue.

Fridszian: Lo sama gue besok. Titik. Lagian ojek lo sama gue juga kalah ganteng.

Amara P: Iya iya. Kali ini aja. Bawel.

Aku segera meng-close aplikasi LINE dan menelfon mang Ujang.

"Halo? Kenapa neng?"

"Mang, besok saya berangkat sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Between USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang