Chapter Three : Fridszian

34 3 3
                                    

Kriing... Kriing...

Bel yang berbunyi dua kali itu menandakan dimulainya waktu istirahat pertama hingga 30 menit kedepan. Cukup lama, kan?

"Duh, gila, laper banget gue. Bosen banget pelajaran Kimia tadi. Hampir tidur gue, untung, gue inget kalo pak Tery killer."

Aku hanya terkekeh dan mengangguk setuju akan pernyataan Sahabatku itu.

"Kantin, yuk?" Ajak-ku dan sari hanya mengangguk setuju.

Belum sempat melangkahkan kaki keluar pintu kelas, Laki-laki yang kutahu ketua club Voli yang kuikuti, masuk ke kelas kami.

"Semuanya! Yang ikut eskul Voli ke lapangan ya. Sekarang!" Serunya yang membuat Sari, lagi-lagi, menggerutu,

"Ah, gue kan laper. Gak tau waktu nih kak Dio. Sialan." Aku hanya terkekeh dan berjalan keluar kelas mengikuti kak Dio yang disusul Sari dibelakangku.

Setelah sampai dilapangan kulihat banyak anak baru yang wajahnya belum pernah kulihat sebelumnya, anak kelas X, mungkin?

"Kalian semua! Didepan kalian ada anak-anak kelas X, yang nantinya, bakal lo jelasin peraturan di Eskul Voli ini. Inget, Jelas, dan yang penting mereka semua paham. Jelas?" Kami semua anak kelas XI, dan XII mengangguk menerima perintah Kak Dio.

"Sekarang!"

Kami semua -kecuali Kak Dio segera menghampiri anak kelas X yang kira-kira mempunyai tampang baik. Dan ganteng (bagi kami perempuan).

Mataku mencari sosok Sari, yang ternyata telah menghampiri Laki-Laki tinggi yang kuakui, cukup tampan.

Tak menunggu lama, aku segera menghampirinya.

"Sar! Gila lo gue cariin udah gebet adek kelas aja." Yang kusindir malah terkekeh,

"Sst. Sini ikut gue jelasin ke dia peraturan eskul ini." Aku hanya mengangguk dan menatap laki-laki yang sedikit berwajah arab didepanku.

"Nama lo siapa?" Tanyaku spontan.

"Fridszian, kak." Aku dan sari berpandangan sebentar,

"Hah? Siapa? Yuniar?" Tanya Sari mengulang.

"Fridszian, kak. Panggil aja Zian." Aku dan Sari hanya ber- oh ria karena pendengaran kami memang sedikit terganggu, atau memang namanya yang susah.

"Jadi, peraturan di eskul ini cuman ada dua." Ucap sari yang segera kutambahi,

"Berjuang atau Keluar." Kulihat tatapan Zian memancarkan aura serius ketika kuucapkan kalimat itu.

"Disini kita gak main-main Zi. Lo mau berjuang ya berjuang sampe kita bawa piala kejuaraan, atau, lo bisa keluar dan jadi bad boy yang selalu keluar masuk BK." Ucap Sari yang diikuti anggukan kepala dariku tanda setuju.

"Kalo jadi dua-duanya boleh kak?" Aku dan Sari membelalak mendengar ucapannya barusan,

"Eh, eh, enggak kak, saya bercanda kok." Aku hanya terkekeh mendengar penjelasannya.

"Yaudah sini gue minta id line lo biar gampang kalo ada pemberitahuan." Ucap sari dan kulihat Sari segera mencatat id line Zian.

"Udah kan? Duluan ya kak. See you soon." Aku dan sari hanya tersenyum dan mengangguk.

"Nah! Ra, nih line-nya. Lumayan buat lo deketin biar bisa move on." Aku hanya terkekeh mendegar ucapannya.

"Ah, gue gak segampang itu kali move on. Butuh proses." Dan tanpa kusadari, Sari telah mengambil handphone-ku dan meng-add Zian di Line-ku.

"Eh sar! Sialan lo!" Kulihat yang kumarahi malah tersenyum puas dan mengembalikan handphoneku.

"Udahlah Ra, coba aja dulu. Kali aja nyantol. Lagian, dia udah punya pacar juga. Mau sampe kapan? Zian ganteng loh, gue jamin, banyak yang suka sama tuh anak." Aku hanya terdiam memikirkan perkataan Sari.

"Gue coba deh ya." Dan dengan itu, aku memberanikan diri membuka kontak Zian di aplikasi Line, dan mengetikan sesuatu di sana.

LINE

Amara P: Zian. Ini gue amara yang tadi nge-bina lo di eskul Voli. Addback. Makasih.

Fridszian: Iya kak udah yaa. Salam kenal.

Dan tanpa mereka sadari, percakapan kecil mereka di Line hari itu, akan menghasilkan sebuah cerita panjang.

Between USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang