[ JANGAN LUPA VOTE YA ]
Alfi menatap pemandangan yang bisa memberikan ketenangan ataukah perih di dalam hatinya, ya, dia melihat Louis sedang mengantar Cam pulang, sangat jelas bagi Alfi untuk melihatnya dari jendela kamarnya yang terletak di lantai dua, dan rumah itu bersebelahan dengan rumah Cam.
Tatapan mata Louis mengartikan rasa sayang yang dalam terhadap Cam, walaupun Cam tidak pernah melihat arti tatapan Louis, tetapi Louis akan tetap selalu ada di samping Cam, karena ia tidak bisa melihat gadis lainnya, selain gadis yang sedang ditatapnya sekarang.
Walaupun Alfi dan Louis tidak akan pernah bisa berteman, tetapi Alfi sangat berharap kalau Louis akan tetap membuat Cam tersenyum seperti sekarang. Alfi tau, sangat sulit bagi Louis untuk membuat Cam sedih, dan Alfi juga tau kalau Louis tidak akan membuat gadis yang disayanginya itu sedih. Tanpa sadar, pikiran itu pun membuat Alfi tersenyum kikuk saat melihat mereka yang sedang bergurau.
Alfi mengambil spidol permanent di dalam lacinya dan menulis pada kaca jendelanya 'if you lost your smile, I lost mine, Cam'.
Alfi berbaring di tempat tidurnya, memejamkan mata, dan berfikir banyak hal sehingga membuatnya mengambil nafas yang dalam lalu terdengar lenguhan yang dalam saat ia mengeluarkannya. Alfi tidak mengerti dengan perasaannya sekarang, rumit, sulit untuk dikatakan, tetapi sulit juga bagi Alfi untuk menyimpannya sendiri. Dia tidak tau ingin bercerita dengan siapa karena ia tidak mempunyai adik ataupun kakak, orang tuanya? Mereka sibuk dan meninggalkan Alfi dengan pengurus rumah yang datang saat pagi lalu pamit saat petang, teman? Dia tidak pernah dekat dengan seorang pun di sekolahnya, ia hanya mengetahui nama dan wajah mereka, lalu say hi dan tersenyum ramah, walaupun ia dikenal ramah dan sangat berbaur di sekolahnya dulu, tapi fakta berkata lain kalau ia adalah seorang lelaki yang berhati dingin.
Batin Alfi terus menjerit, sakit, Alfi tidak paham dengan nyeri yang ia rasakan sekarang. Dia meringis seakan ada belati yang tertusuk tepat di dadanya.
'Aku akan sangat membencimu kalau kita tidak akan bisa bermain seperti ini lagi!'
'Mereka selalu bilang kalau aku memasang muka palsu saat bersama mereka, tetapi bukankah itu adalah usahaku untuk menjadi teman mereka? Kalau berteman sesulit ini, aku tidak akan berteman dengan siapapun.'
'Mungkin kita bisa menjadi teman?'
'Alfi mau kan berteman dengan Cam?'
'Cam sayang sama Alfi, karena Alfi adalah sahabat pertama Cam'
Suara Cam yang terus bergema di telinganya, seperti memberikan strum tersendiri untuk diri lelaki itu, sehingga air itu mengalir tanpa izin dari ujung matanya, tanpa mengerti alasan yang jelas untuk memberikan jawaban kepada air yang membasahi pipinya itu.
--------
Cam meletakkan kembali sepeda di tempat sebelumnya, ia melepas sepatu dan meletakkannya di rak sepatu, saat ingin mengambil minuman di lemari pendingin, Cam melihat memo yang ditempelkan di depan lemari pendingin itu 'Mama, Papa, dan Calum pergi belanja ya kak, jangan lupa pintu samping dikunci'.
Pergi tanpa mengunci pintu belakang? Yang benar saja, untung Cam pulang sebelum orang asing menguasai rumah ini terlebih dulu. Cam mengunci pintu samping, tempat dia bisa masuk ke dalam rumah itu. Selesai berurusan dengan pintu, Cam masuk ke kamarnya dan menghidupkan AC yang mungkin dimatikan oleh salah satu penghuni rumah itu. Dia istirahat sejenak, lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk menghilangkan bau keringat yang melekat di badannya.
Setelah keluar dari kamar mandi, tubuhnya kembali segar, dia terbaring di atas tempat tidurnya dan mengambil ponsel yang sengaja ia tinggalkan di dekat bantal. No call and no message? Batinnya berkata. Mungkin sahabatnya itu masih ada di alam mimpi. Cam mengirimkan one message 'morning! wake up boo', send.
Cam meletakkan ponselnya kembali di atas tempat tidur. Dia keluar dari tempat pribadinya itu, lalu menginjakkan kakinya di taman mommy nya. Cam melihat tanaman disana gersang seperti belum disiram, hmm, dengan senang hati Cam mengambil selang panjang untuk menyirami bunga-bunga indah disana.
Senyumnya merekah saat melihat bunga-bunga indah itu kembali segar, seperti hidup kembali, mungkin mama lupa memberi mereka asupan gizi pagi ini, pikirnya.
Cam mengistirahatkan dirinya dan berbaring di gazebo untuk menikmati harumnya alam, seperti sedang menghiburnya. Selain kamarnya, Cam sangat suka tempat ini, disini, Cam bisa menjadi dirinya sendiri. Cam memejamkan matanya dan ia meresap udara sejuk serta harum yang membuatnya kembali teringat saat-saat ia bertemu dengan Alfian, itu saat usianya 13 tahun dan duduk dibangku junior school. Cam tanpa sadar menyanyikan lagu yang sangat disukainya dan teringat saat sahabatnya menyanyikan lagu itu untuknya tepat dimana ia berbaring sekarang..
We were both young when I first saw you.
I close my eyes and the flashback starts:
I'm standing there on a balcony in summer air.
See the lights, see the party, the ball gowns.
See you make your way through the crowd
And say, "Hello, "
Little did I know...
That you were Romeo, you were throwing pebbles,
And my daddy said, "Stay away from Juliet"
And I was crying on the staircase
Begging you, "Please don't go"
And I said...
...
Romeo, take you somewhere we can be alone.
You'll be waiting; all that's left to do is run.
I'll be the prince and you'll be the princess,
It's a love story, baby, just say, "Yes".
Cam tertegun saat mendengar suara orang yang sedang memenuhi kepalanya itu. Seseorang itu melanjutkan nyanyian Cam dengan mengubah kata-kata seperti yang selalu ia dengar saat orang tersebut menyanyikannya, ya, itu Alfi.
"Alfi..." sontak Cam duduk dan melihat Alfi sedang berdiri di dekatnya.
"hai boo" sapa Alfi, menyunggingkan senyum manisnya.
"kok lo bisa disini siiiih" rengek Cam, berdiri lalu memeluk Alfi.
"lupa sama pintu penghubung disana hm?" tanya Alfi lalu membalas pelukan Cam.
Cam melihat pintu penghubung yang lumayan jauh di belakang Alfi. Pintu itu sengaja dibuat oleh Papa Cam, karena dulu Cam merengek agar bisa bertemu Alfi tanpa harus melalui pagar. Cam menggelengkan kepalanya sendiri karena ia tahu betapa bodohnya ia lupa tentang pintu itu. But now, i'm waiting for my Romeo who take me somewhere we can be alone. I'm waiting for you, Alfi.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE!
Teen FictionCOMPLETED [43/43] Persahabatan bukanlah sesuatu yang harus dicari dengan menghalalkan segala cara. Tetapi persahabatan adalah sesuatu yang akan datang dengan kasih sayang yang tulus dan sulit untuk kau jauhi walaupun dipenuhi kebencian di dalam hati...