[JANGAN LUPA VOTE YA!]
Pagi kembali tiba, seperti biasa Cam bangun terlebih dahulu dan saat ia beranjak keluar, terlihat sahabatnya juga keluar dari tenda, ya Alfi juga baru bangun dari tidurnya.
"Morning, sister." Sapa Alfi dengan wajah kantuknya.
"Hoamm, morning, brother." Balas Cam lalu mencari sumber air dan segera ia mencuci wajahnya.
"Nyenyak hmm?" Tanya Alfi yang merapikan rambut Cam dengan mencepolnya.
"Seberantakan itukah rambut gue? Ya ya, nyenyak, lumayan." Jawab Cam.
Pagi yang indah, itulah yang ada di pikiran Cam. Bergurau dengan seseorang yang disayanginya pada pagi hari sungguh membuatnya ingin tersenyum setiap saat.
"Enak ya kalo kita bisa gini terus sampe nanti." Ucap Alfi tiba-tiba dan membuat Cam tertegun.
"Makanya jangan pergi." Ketus Cam menatap Alfi.
"Haha, kalo bisa gue juga ngga mau pergi, Cam. Tapi takdir berkata lain."
"Ke mana?"
"Gue ngga tau."
"Jangan bercanda deh. Lo mau pergi tapi gak tau tempat? Lo mau balik ke indo? Iya?"
"Gue serius, Cam. Gue mau pergi tapi ngga tau ke mana." Jawab Alfi selembut mungkin.
"Yaudah, makanya cepetan pergi! Biar gue cepet lupain lo. Sh*t, muak gue." Bentak Cam dengan kasar lalu kembali ke tenda membereskan barang-barangnya.
-
"Ke mana?" Tanya Louis keluar dari tendanya menghampiri Alfi.
"Apa?" Balas Alfi bertanya.
"Lo mau pergi ke mana? Sorry, bukannya nguping, tapi kedenger."
Untuk sesaat, Alfi tidak menjawab pertanyaan Louis. Dia hanya tersenyum lalu ada kesedihan yang keluar dari tatapannya.
"Gue bakalan selalu jagain, Cam." Ucap Louis tanpa melihat Alfi lalu mencuci wajahnya.
"Gue percaya sama lo, karena ngga mungkin buat lo nyakitin, Cam." Jawab Alfi.
"Mungkin lah, gue bukan cowok lembut kaya lo. Gue emosional, tapi semoga aja gue ngga akan pernah kelepasan lagi. Yodah, beres-beres lo." Ujar Louis kembali ke tenda untuk memberesi barang-barangnya.
--
.
.
Cam dan teman-temannya kembali ke rumah mereka masing-masing. Sungguh hal yang melelahkan karena ketika sampai di rumah, sangat terasa capeknya.
"Mama, Cam pulaaaang."
Tidak berapa lama, sosok wanita paruh baya terlihat dengan celemek masaknya."Hallo sayaaang, sini tasnya Mama yang bawain, pasti kamu capek banget kan?" Ucap wanita itu mengusap sayang rambut Cam.
"Ngga usah, Ma, berat. Mama masak apa? Baunya enak banget ummm."
"Masak makanan kesukaan kamu dong."
"Oh ya?! Okay, Cam ke kamar terus mandi, terus beres-beres bentar, ntar balik ke sini hehe." Ucap Cam berlari masuk ke kamarnya dengan semangat.
****
"Akhirnya kembali lagi ke kamar ini, haha senangnya." Ucap gue ketika memasuki kamar lalu tertidur di tempat tidur dengan badan di kasur dan kaki di bawah.
Hah, ntahlah apa yang gue rasain. Rasanya hal-hal yang gue alamin kemaren kaya mimpi dan soal Alfi yang bakalan pergi? Semoga itu beneran mimpi.
Gue beranjak dari kasur lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badan, pasti rasanya segar kembali sehabis mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE!
Teen FictionCOMPLETED [43/43] Persahabatan bukanlah sesuatu yang harus dicari dengan menghalalkan segala cara. Tetapi persahabatan adalah sesuatu yang akan datang dengan kasih sayang yang tulus dan sulit untuk kau jauhi walaupun dipenuhi kebencian di dalam hati...