Hari ini, hari dimana ekskul PMR di adakan. Dan mungkin saja, ekskul hari ini tidak se asyik hari-hari kemaren.
Begitu juga hari-hari yang akan datang akan menyebalkan. Karna sekarang, ada anggota baru di PMR. Roy.
"Hai, perkenalkan. Nama gue Roy Aji Prasetya. Gue dari kelas 12-IPS-5. Gue dari ekskul basket juga. Sekian, terimakasih."
Bintang menatap seseorang laki-laki di depan. Ia kesal. Mengapa ia harus ekskul bersama kakak kelas nggak tau sopan santun itu? Ahrg.
Kak Faza, ketua ekskul PMR maju ke depan, lalu duduk di kursinya.
Sepertinya, hari ini PMR akan membahas tentang sejarah, lambang-lambangnya, dan masih banyak lagi.
***
Hujan.
'Sial, hujan. Gue pulang gimanaaaaa.' Batin Bintang.
Bintang melirik jam tangannya. Pukul 17.05. Sudah sangat sore. Dan Bintang harus menunggu hujannya berhenti.
Ia melirik ke koridor sekolah. Banyak anak-anak PMR yang juga menunggu hujan yang tak kunjung berhenti. Tetapi, juga banyak anak-anak yang nekat pulang.
Bintang merogoh tasnya, berniat mencari novel dan ciki-ciki.
'Sambil nunggu hujan, baca novel dan ngemil aja, ah.' Bintang segera duduk di bangku koridor sekolah. Ia menelonjorkan kedua kakinya, lalu membaca novelnya seraya ngemil.
"Bintang?"
Bintang menengok. Seseorang memanggil namanya.
Roy.
Bintang mengubah raut mukanya menjadi mimik kesal. Biarkan saja, biar Roy tau kalau Bintang memang tidak suka dengannya. Selamanya.
"Kakinya minggiran dong, capek nih gue berdiri mulu." Roy cengengesan.
Bintang mendesah. Ia membenarkan posisi duduknya, dan memberikan sedikit sisa bangku kepada Roy agar dia juga bisa duduk di sana. Terpaksa.
"Belom pulang? Apa belom dijemput?" Tanya Roy.
"Nunggu hujan." Bintang masih fokus dengan novelnya. Ia juga menyembunyikan ciki-cikinya agar tidak diminta oleh Roy. Masalahnya, ia beli pakai uang hasil tabungannya. Sayangkan, dikasih ke orang yang kita benci.
"Lo lagi ngapain, sih?" Roy mengintip Bintang. Sepertinya, ia tau Bintang sedang menyembunyikan sesuatu. Tangannya yang dari tadi terus bergerak, dan suara 'krauk krauk' dari mulut Bintang.
"YAELAH, HAHAHAHA." Roy tertawa. Tertawa lepas. Ia melihat Bintang sedang menutupi cikinya.
'Sial, si kutu kupret tau gue nyembunyiin ciki gue.' Batin Bintang.
"LO TUH YA, BEGO BENER. GUE NGGAK BAKALAN MINTA CIKI LO, KOK. HAHAHA." Roy masih tertawa. Sampai-sampai, anak-anak yang sedang menunggu hujan melihat kelakuan Roy.
"Diem, bego!" Bintang malu setengah mati. "Gue bukannya mau nyembunyiin, tapi emang enak kalo makannya begini! Gue kan lagi baca novel!"
"Halah, ngaku aja deh, Bin!" Roy masih tertawa. "Eh, by the way lo nggak pulang? Udah sore, lho."
"Nggak, hujannya masih deres." Bintang cemberut. Ntah kenapa ia bisa kenal dengan mahkluk pembawa sial seperti Roy.
"Gue bawa mobil. Mau nebeng? Rumah lo dimana?" Tanya Roy. Tawanya mereda sekarang.
"Nggak, gue nunggu angkot aja." Kata Bintang. Ia kembali fokus dengan novelnya. Bersama ngemil, pasti.
Roy melihat jam tangannya. Sudah pukul 17.30.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bintang
Teen FictionRoy akan selalu menjadi orang di urutan pertama yang Bintang benci.