Chapter [ 1 ]

133 5 0
                                    

Samar suara Demi Lovato terdengar dari ponsel yang sekarang sudah terkubur di bawah bantal. Neonlight yang tadi terdengar dengan volume maksimal sekarang hanya terdengar sepatah - patah. Sudah tiga kali lagu itu berulang, menandakan alarm si empunya ponsel berbunyi. Tapi bukannya segera bangun yang ada dia malah semakin masuk bergelung dalam selimut tebalnya. Bukan salahnya juga, mendung pagi ini bener - bener bikin hawa jadi sleep able banget. Ditambah kemarin dia baru bisa tidur waktu udah sepertiga malem gara - gara tugas bikin resume-an dua bab sejarah yang kalian sendiri tau seberapa panjangnya. Saat alarmnya hampir berbunyi untuk ke-empat kalinya tiba - tiba pintu kamar terbuka, seorang cowok berkulit putih dan rambut tertata rapi dengan gel terlihat memutar bola matanya kemudian segera menarik paksa selimut tebal yang sudah membentuk gulungan.

"Tabitha lo pengen telat?", dengan masih berusaha mengambil paksa selimut itu sang-cowok mulai berteriak memanggil cewek bernama Tabitha yang masih anteng melanjutkan mimpinya.

"Bitha! Jangan ngeselin deh ya, gue tinggal mampus lo", cowok itu mulai terlihat kesal dan beralih pada jendela besar di sisi windowsill. Dengan cepat dia menarik pengait kunci dan membukanya lebar - lebar.
Sesaat terdengar erangan panjang dari dalam selimut disusul dengan satu kepala menyembul dengan rambut berantakan.

"Devang lo pagi - pagi uda resek deh, ngeselin!", Tabitha memajukan bibirnya dan membuka selimutnya dengan malas. Rambut brunette-nya terlihat berantakan menutupi wajahnya.

"Pagi nenek moyang lo, lima belas menit lagi lo belum siap gue berangkat sendiri. Ini hari Senin Bitha, gue gak mau ngisi pembukaan hari Senin sama ceramahnya Bu Evi!", Devang terlihat mendekat dan menyentil dahi Tabitha gemas.

Tabitha melemparkan tatapan tajam ke arah Devang dan mengusap kasar dahinya yang terasa panas, "Cerewet deh, lagian baru jam berapa sih? Lo gak tau apa gue mesti lembur gara - gara tugas sejarah"

Devang melempar jam meja berbentuk kepala kelinci ke arah Tabitha dan berjalan keluar dari kamar. Tidak butuh waktu lama buat Devang mendengar jeritan Tabitha dengan suara cemprengnya saat dia melihat jam di tangannya menunjukkan angka 06.30, benar kata Devang dia tidak punya waktu banyak kalau ingin selamat dari omelan Bu Evi, guru tatib paling killer di sekolahnya.

-***-

Berikan applause untuk Devang yang dengan kemampuannya mengebut di saat - saat mematikan ini berhasil menyelamatkan mereka dari terkaman maut Bu Evi. Mereka datang tepat saat bel berbunyi, Tabitha segera menyusup di barisan belakang upacara diikuti dengan Devang. Upacara benar - benar hal yang membosankan untuk Tabitha, dia hanya menikmati saat pengibaran bendera sedangkan acara lainnya hanya membuat dia menguap ingin melanjutkan tidurnya. Seperti biasa dia akan menyenderkan badannya ke Devang tanpa sungkan - sungkan saat kakinya sudah mulai terasa pegal. Sedangkan Devang dia hanya bisa mendengus dan membiarkan Tabitha Mentari sahabat sekaligus tetangga sebelah rumahnya sejak dia masih berkeliaran dengan celana bergambar spiderman dan kaos dalam. Bagi Devang berbicara tentang Tabitha tidak akan ada habisnya. Dia cewek berambut panjang yang sekarang berwarna brunette setelah rambut ombre silvernya terancam digunduli Bu Evi. Ombak di ujung rambutnya hasil dari semedi di salon langganannya selama berjam - jam yang bikin Devang tersiksa karena dipaksa nungguin dia yang senyum - senyum hore sedangkan Devang uda pengen gulung - gulung ala anak anjing. Kalau dulu dia selalu berbau seperti melon sekarang harumnya sudah berganti menjadi Victoria Secret favoritnya. Yang menurut Devang daripada beli itu parfum mending beli bakso mang Ujang yang bisa dapet bermangkok - mangkok bonus gerobak sekalian. Bisa dibilang Tabitha yang dulu terlihat lucu seperti bayi panda sekarang sudah berubah menjadi cewek modis dengan muka cantik yang menjadi incaran cowok- cowok di sekolah ini. Kalau ditanya Devang suka atau enggak dengan metamorfosa Tabitha dengan jujur dia akan jawab iya. Dia gak akan jadi cowok munafik yang bilang biasa aja tapi di mimpinya dia sibuk berfantasi liar kayak anak baru gede. Tapi Tabitha tetap Tabitha, bagi Devang gak ada yang berubah. Tabitha tetap jadi anak manja dan nyebelin yang bisa bikin Devang khilaf dan menendang Tabitha sampai ke planet Mars. Meskipun itu cuma akan menjadi cita - cita karna ujungnya Devang akan meng-iyakan sikap dan permintaan Tabitha hanya dengan modal muka melas yang jadi kelemahan Devang. Satu hal yang disuka Devang, Tabitha baik anaknya. Dia bukan tipe pemilih teman meskipun orang - orang disekitarnya selalu menganggap dia pemilih. Hanya saja mereka sendiri yang terlalu takut mendekati sang tuan putri. Dia tidak sombong, dia akan selalu membantu sekitarnya tanpa perlu mengingatnya lagi. Tapi banyak teman ceweknya yang menganggap itu cuma sebagai pencitraan untuk menarik perhatian.
Tarikan di seragamnya membuat Devang sadar dari lamunannya tentang Tabitha. Devang mendapati Tabitha tengah menggigiti lengan seragam miliknya yang otomatis membuat Devang reflek mengibaskan lengannya.

"Dih Tha lo apaan sih? Jorok!", Devang yang sadar gak bisa berteriak hanya bisa mendesis tajam ke arah Tabitha. Sedangkan sang pelaku cuma bisa mengelus bibirnya yang gak sengaja kedorong tangan Devang.

"Ih Devang kasar deh", balas Tabitha berbisik.

"Bodo amat, siapa suruh jorok", Devang menggeser kakinya menjauh dari Tabitha. Dia kesel kalau Tabitha mulai resek.

"Gue bosen kali Dev", Tabitha mencebikkan bibirnya dan berusaha fokus dengan upacara di depannya.
45 menit yang menyiksa itu pun akhirnya berakhir dengan baik. Tabitha berterima kasih pada mendung yang sangat membantu upacara hari ini. Saat pemimpin upacara memerintahkan pembubaran upacara tanpa menunggu lagi Tabitha langsung menyeret Devang keluar dari lapangan.

"Devang masih ngambek?", Tabitha melihat ke arah Devang sambil menyerahkan botol air mineral yang isinya tinggal separuh.

Devang menggeleng perlahan membuat Tabitha menarik botolnya lagi, "Gue ngambek? Dih emang lo ambekan", Devang menyentil dahi Tabitha yang sepertinya uda jadi hobi Devang.

"Devang tangan lo gak usah resek deh! Masuk kelas yuk Dev tar Bu Enti keburu masuk. Bisa dihukum kita"

"Lo duluan aja deh, gue masih mager"

"Iih Devang gue males di kelas sendirian, kan lo tau gue gak deket sama siapa - siapa di kelas"

"Makanya sosialisasi dong Bitha, jangan ngintilin gue mulu", beberapa menit terlewati tapi tidak ada sahutan dari Tabitha. Devang yang merasa heran otomatis menoleh dan menemukan Tabitha dengan muka pias dan matanya sudah berkaca - kaca.

"Tha lo kenapa?", Devang memposisikan dirinya agar sejajar dengan Tabitha yang duduk di sebelah kanannya.
Tabitha tidak menjawab, wajahnya terlihat tegang kemudian menggeleng perlahan.

"Tabitha", panggil Devang lagi, dia mulai takut karna Tabitha terlihat seperti mayat hidup.

"Gue nyusahin lo ya Dev? Maafin gue yaa, gue selalu ngerecokin lo kemana - mana. Gue uda berusaha buat temenan sama mereka tapi gak ngerti kenapa mereka kayak anti deket sama gue. Apa temenan sama gue sesusah itu ya Dev?", suara Tabitha terdengar hampir seperti bisikan saat menjawab panggilan Devang.

"Ahelah apaan sih Tha, lo lagi PMS kali ya? Udah ah kaku banget diajakin becanda juga", Devang berusaha menghentikan Tabitha yang menurutnya uda mulai ngelantur.

"Tapi bener kan Dev? Gue bahkan gabisa punya satu aja sahabat cewek. Mereka deketin gue kalau ada perlunya aja. Makanya gue cuman bisa ngintilin lo"

"Dih lebay, lagian gue juga rela kali Tha jagain lo sampe tua! Toh enak juga diikutin sama lo jadi berasa punya fans fanatik gue mah. Udah ah gak usah diterusin, katanya mau balik?", Devang mengacak rambut Tabitha dan menjulurkan tangannya. Sedangkan Tabitha cuma bisa memamerkan giginya dan menyambut uluran tangan Devang. Dalam hatinya dia membenarkan ucapan Devang, selama masih ada Devang Abimayu maka Tabitha Mentari akan baik - baik saja.
-***-

TabithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang