Chapter [ 2 ]

70 4 1
                                    

When the evening shadows and the stars appear
and there is no one to dry your tears
I could hold you for a million years
To make you feel my love

Suara Adele terdengar memenuhi kamar Tabitha malam ini. Kamar Tabitha tidak seperti kamar cewek kebanyakan yang full dengan cat berwarna pink. Tabitha malah memilih wallpaper bergambarkan hutan, bikin adem alasannya waktu di tanya Devang saat itu. Lantainya berbahan kayu yang sebagian dilapisi dengan karpet bulu tebal berwarna peach. Di sudut kamarnya terdapat walking closet yang tertata rapi, hasil kerja Bi Minah asisten rumah tangga yang bekerja mulai Tabitha masih kecil. Karena mengharapkan Tabitha bisa merapikan walking closet-nya sendiri sama seperti mengharapkan anjing bisa mengeong. Impossible, she's so messy.
Kamar Tabitha tidak memiliki balkon seperti yang ada di kamar lainnya, karena Tabitha lebih memilih untuk membuat sebuah windowseat di kamarnya. Karna itulah disisi kamarnya yang menghadap taman terdapat windowseat lengkap dengan bookcase yang berisi novel, komik dan koleksi film favoritnya. Dan saat ini disana-lah Tabitha sedang berguling dengan novel di tangannya. Jendela nya terbuka dengan lebar membiarkan petrichor sisa hujan sore ini menyeruak di penciuman Tabitha. Tabitha terlihat sesenggukan sambil terus memfokuskan diri pada novel yang dibacanya. Konsentrasinya terpecah saat merasakan gerakan di kakinya. Terlihat dua mata yang bulat dengan rambut keriting yang tebal sedang berusaha menggelitiki kakinya. Cengiran lebar menghiasi pipinya yang gembul, Cakrawala Senja. Adik Devang yang baru berusia 4 tahun. Selisih umur mereka sangat jauh dan itu sempat membuat Devang tidak menerima Cakra di awal kehadirannya. Tapi Cakra tumbuh menjadi bocah yang pintar dan memggemaskan, bahkan Tabitha termasuk dalam fans berat Cakra. Perlahan Cakra merangkak ke arah Tabitha berusaha naik ke windowseat. Dengan cepat Tabitha meraih dan mengangkat Cakra di pangkuannya.

"Kok Cakra bisa disini sih? Kesini sama siapa?"

"Sama mama sama abang, tapi Cakla kabul kesini", Cakra yang masih cadel menjawab Tabitha dengan alis yang dinaik turunkan.

"Loh kok kabur?", Tabitha mengecup pipi Cakra sekilas.

"Ih Kak Bitha jangan cium - cium dong, ingusnya nempel di pipi Cakla. Joloook", Cakra mengusap - usap pipinya dengan bibir yang sudah maju.

Tabitha tergelak mendengar Cakra lalu segera mengambil tisu untuk membersihkan pipi Cakra juga hidungnya.

"Kak Bitha abis nangis yaa? dinakalin Abang yaa.. Nanti Cakla gigitin yaa biar Abang gak nakal lagi", Cakra menepuk tangan Tabitha seakan dia Kakak Tabitha yang berusaha menjaganya. Tabitha tersenyum menahan tawa dan mengangguk pelan, pasti ini gara - gara Cakra suka ikutin tante Dian - mama Devang - mantengin sinetron.

"Cakra! Dih nih anak malah kabur kesini, dicari mama tuh Cak buruan keluar. Itu makanan keburu dingin Cakra", Devang tiba - tiba masuk membuat Cakra menjulurkan lidahnya.

"Aku aduin Abang ke mama soalnya uda nakalin Kak Bitha", Cakra buru - buru merangkak turun dan berlari keluar kamar meninggalkan Devang yang hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kemudian Devang berjalan mendekati Tabitha dan terkejut melihat mata dan hidungnya yang memerah.

"Lo abis nangis?", Devang mengambil tempat disebelah Tabitha.

"Menurut lo?"

"Lah lo ngapain nangis? perasaan tadi juga gak ada masalan deh", alis Devang bertaut saat mencoba mengingat hal - hal yang terjadi hari ini.
Dia bertambah heran saat Tabitha menyodorkan sebuah buku berukuran tidak terlalu besar.

"Waktu Aku sama Mika?", Devang bergumam membaca tulisan di cover buku dan menatap Tabitha meminta penjelasan.

"Iyaa sedih gue baca itu Dev, kasian si Indy-nya. Eh bukan, lebih kasian lagi si Mika. Dia survivor Aids tapi asli dia sweet banget jadi orang. Mika udah kayak matahari-nya Indy. Gue jatuh cinta sama sosok Mika Dev, sayangnya dia meninggal. Dan lo tau? Ini based on true story", Tabitha  bercerita kepada Devang dengan antusias. Selalu seperti itu, saat membicarakan hal yang dia sukai, Tabitha akan berbicara dengan mata yang berbinar - binar. Sesuatu yang menjadi favorite Devang, kalau sudah begitu Devang akan membiarkan Tabitha bercerita sebanyak yang dia mau tanpa sekalipun menyelanya.

TabithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang