Chapter [ 4 ]

31 3 0
                                    

Kurang dua puluh menit lagi untuk peluit berbunyi menandakan pertandingan ini berakhir. Di dalam lapangan terlihat Devang dan teamnya berusaha mati - matian untuk mencetak skor akhir dan menjadikan mereka pemenang hari ini. Pertandingan hari ini memang cukup sengit, dari dulu SMA Garuda dikenal menjadi musuh berat SMA Pelita. Skor hanya berselisih tipis, membuat supporter masing - masing lawan saling berteriak memberi dukungan dengan segala macam perlengkapan. Suara terompet dan galon aqua kosong yang dijadikan alat musik memenuhi gendang telinga mereka yang berada disana. Di deretan bangku tempat para anggota SMA Pelita berkumpul terlihat cewek cantik berambut hitam legam dengan kostum cheers tengah duduk sambil menggigiti jarinya. Dia terlihat cemas dan sesekali melihat jam yang menempel di tangannya.

"Gak usah tegang gitu sih Le, percaya aja kita bakal menang", celetuk Rama yang baru saja digantikan Jovi. Dia meneguk air mineral di tangannya lalu duduk di sebelah Alea.
Alea hanya menjulurkan lidahnya, tidak menanggapi Rama. Matanya masih fokus mengikuti setiap gerakan Devang. Baginya melihat Devang yang berkeringat dan fokus men-dribble bola di tangannya merupakan salah satu keindahan duniawi. Bibirnya bergerak tanpa suara, sibuk merapal doa agar team sekolahnya bisa memenangkan pertandingan hari ini.

"Elaaah, yang fokus liatin Devang. Selow napa Le, sampe ngeces gitu", ledek Rama yang membuat Alea refleks mengusap bibirnya. Rama tergelak melihat reaksi Alea, sedangkan Alea langsung mengumpat menyadari kebodohannya.

"Mau sampe kapan Le?", pertanyaan Rama membuat fokus Alea terpecah.

"Apanya?", Alea memiringkan kepalanya, alisnya terangkat sebelah meminta penjelasan pertanyaan Rama yang ambigu.

"Sampe kapan jadi secret admirer nya Devang Abimayu?", pertanyaan Rama tepat pada sasaran, membuat Alea sempat tergagap meskipun akhirnya bisa menguasai dirinya.

"Lo tau?"

"Yaelah Le, semua juga uda paham kali lo suka sama tuh cunguk satu. Muka lo tuh keliatan banget, semacem gue lagi liat Kendal Jenner", muka Rama langsung senyum - senyum cengengesan.

"Anjay, itu mah lo aja yang otaknya mesum", sahut Alea sewot, "Udah ah gue mau fokus mantengin nih pertandingan", Alea memutar tubuhnya kembali melihat Devang yang kini sedang memberikan isyarat kepada Jovi.

"Dih percuma cuman berani fokus mantengin, pacarin dong", ledek Rama dengan nada memancing Alea.

Alea menghela nafas, tangannya menopang dagunya; bertumpu pada kaki. Dia melirik sebentar ke arah Rama yang kini tengah melipat tangan di dada dan menatapnya, lalu kembali berusaha mengikuti setiap gerak - gerik Devang, "Ram.. Rama, boro - boro pacaran sama dia peka juga engga", Alea terlihat pasrah membuat Rama bersimpati.

"Kenapa lo ga nyoba bikin dia peka? pesona lo kurang kuat?"

"Pesona sekuat tarikan magnet pun lewat kalo masih ada Tabitha di sebelahnya. Kadang gue pengen ngedepak Tabitha, princess abal - abal yang ga punya temen itu", Alea terlihat tidak menyukai Tabitha.

Rama tidak bisa menyalahkan Alea sepenuhnya, bagi Rama dan cowok - cowok lainnya tidak ada masalah dengan kehadiran Tabitha. Mereka malah beradu berusaha saling merebut perhatian Tabitha yang memang memiliki paras cantik, di luar sifat anti sosialnya yang agak ganggu. Tapi bagi Alea dan kaum hawa lainnya, kehadiran Tabitha seperti parasit yang harus dimusnahkan. Dia selalu ada di sekitar Devang, sehingga membuat Devang mengabaikan para cewek yang berebut perhatiannya.

"Kenapa lo ga nyoba bertemen aja sama si Bitha?", Rama nyoba buat kasih saran yang langsung disambut dengan pelototan Alea yang gak santai.

"Gue temenan sama Tabitha? Dih, kurang kerjaan banget", Alea bergidik seakan baru aja nemuin hal yang menjijikan.

TabithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang