Chapter [ 5 ]

27 2 0
                                    

Tabitha baru selesai mengganti seragamnya dengan kaos olah raga saat peluit Pak Romli berbunyi. Pak Romli terkenal tegas dan disiplin, dia tidak segan - segan memberi hukuman saat ada muridnya yang ketahuan melanggar aturannya. Tabitha berlari menuju tengah lapangan dan berbaris di barisan paling belakang.

"Ayo anak - anak, jangan lambat! Lakukan pemanasan berpasangan seperti biasa, setelah itu kita lakukan senam lantai, cepat!", Pak Romli menepukkan tangannya dan semua murid segera mencari pasangan untuk melakukan pemanasan. Tabitha memandang sekelilingnya resah lalu diam - diam dia mengumpat. Biasanya dia melakukan dengan Devang, tapi si kunyuk satu itu masih turnamen. Dia menghela nafas kasar dan berjalan mendekat ke kumpulan teman - teman ceweknya.

Dia berdehem pelan membuat teman - temannya menoleh, "Hey guys, gue boleh gabung? Ehm, gue belom ada pasangan", Tabitha berbicara perlahan merasa canggung. Dia tersenyum tidak nyaman menunggu jawaban teman - temannya, beberapa dari mereka terlihat masih menatapnya tidak percaya heran seorang Tabitha mengobrol dengan merek dan beberapa terlihat saling berbisik.

"Hey Tha, sorry nih kita jumlahnya genap. Ehm, gimana yaa.. atau lo nunggu kita selesai dulu?", cewek yang dikenal Tabitha dengan nama Karra akhirnya menjawab sambil memandang tidak enak ke arah Tabitha.

"Oh okay, gak papa.. Gue bisa nunggu elo selesai, thanks ya Kar", ujar Tabitha tersenyum lega. Sedangkan Karra tampak shock tidak menyangka Tabitha tahu namanya.

Tabitha duduk di lapangan menunggu teman - temannya melakukan pemanasan. Dia memandang sekeliling berharap Pak Romli tidak melihatnya masih duduk santai di sini saat tiba - tiba sebuah tangan menariknya berdiri. Tabitha tersentak dan mendapati Arjuna di dekatnya. Dia terlihat memakan permen karet, dari baunya seperti rasa jeruk.

"Lo ngapain disini?", tanya Tabitha setelah sadar dari keterkejutannya.

"Kenapa sih lo mesti cengo jadi bocah? Bantuin lo lah, lo gak ada pasangan pemanasan kan?"tanya Arjuna santai dengan tangan yang kini berada di dalam saku celananya. "Ngapain blushing? Gue cuman bantuin lo jangan mikir aneh - aneh! Kita temen kan dari kemaren?", sentilan di dahi Tabitha membuatnya mengumpat.

"Ini kepala masih dipake tau Jun! Lagian siapa juga mikir aneh - aneh, kampret banget jadi orang", Tabitha memajukan bibirnya dan mengusap dahinya.

"Muka lo keliatan kali Tha, lo mau dibantuin gak? Gue pergi kalo gak mau"

"Iya - iya, ambekan banget deh!", Tabitha segera duduk dan meluruskan kakinya. Arjuna berdiri dibelakangnya dan membantu menekan punggungnya, setelah itu dia memegang kedua ujung sepatu Tabitha membiarkan Tabitha melakukan sit up sebanyak dua set. Tabitha tidak sadar teman - temannya sedang terkejut melihatnya. Bagaimana tidak seorang Arjuna, berandal Pelita membantu Tabitha cewek paling ansos di sekolah.

"Arjuna! Ngapain kamu disitu?", tiba - tiba saja suara Pak Romli sudah menggelegar. Tabitha yang terkejut buru - buru berdiri, diikuti Arjuna yang malah terlihat santai.

"Saya bantuin Tabitha pemanasan Pak, dia gak ada pasangan. Itung - itung memperlancar pelajaran Bapak"

"Halah alasan saja! Jam pelajaran siapa kamu? Nanti saya laporin baru tau rasa", Pak Romli selalu lepas kontrol kalau udah berhadapan sama Arjuna.

"Wah Pak Romli emang selalu baik sama saya, tapi Bapak ngga perlu repot - repot ngelaporin saya, malah Bu Enti sendiri yang nyuruh saya keluar", Arjuna berbicara dengan muka malu - malu yang membuat Tabitha disebelahnya harus mati - matian menahan tawa. Bangke banget ini bocah mah.

"Melucu kamu? Dikeluarin dari kelas kok bangga! Sudah kamu sana jangan ganggu kelas saya!"

"Wah siap Pak Romli, semoga pelajaran Bapak berjalan lancar", Arjuna berbicara sambil membungkukkan badan membuat Pak Romli semakin geram, "Pulang sekolah gue anter", bisik Arjuna pada Tabitha lalu melangkah pergi ke pinggir lapangan.

TabithaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang