Hyunji melangkah cepat melewati koridor lantai satu. Masih ada waktu sepuluh menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai tapi hari ini adalah hari piketnya. Sejak kemarin, ia belum menyentuh alat bersih-bersih di kelasnya. Bayangan omelan Yooeun dan denda menari-nari di otak Hyunji.
Ia menapaki satu persatu anak tangga dengan terburu-buru. Brukk. Buku di tangannya berjatuhan saat tubuhnya menabrak seorang siswa. Ia juga hampir terjatuh jika si penabrak tidak menarik Hyunji dengan cepat ke pelukannya.
"Maaf" Suara berat dari siswa itu mengalun di telinga Hyunji yang dengan cepat membuat Hyunji mendongakkan kepalanya, mencari tahu si pemilik suara. Matanya membulat sempurna. Refleks badannya melepaskan diri dari siswa itu, tapi siswa itu juga refleks kembali mendekap Hyunji karena Hyunji hampir terjatuh untuk kedua kalinya.
Lagi Hyunji melepaskan dekapan si penabrak tapi lebih hati-hati. Ia tidak ada niatan mengulangi dekapan tadi. Tanpa melirik si penabrak, Hyunji buru-buru memungut bukunya yang berjatuhan sampai ke anak tangga pertama dari bawah. Hanya desahan frustasi yang keluar dari bibir kecilnya.
Si penabrak yang merasa bersalah ikut membantu Hyunji memungut bukunya "Han Hyunji, ini" Si penabrak memberikan buku Hyunji. Hyunji mengambil buku itu cepat tanpa melirik si penabrak sedikit pun.
Hyunji melanjutkan langkahnya. Sementara si penabrak hanya bisa menatap punggung Hyunji yang makin menjauh dengan ekspresi kehilangan "Kau sebegitunya tidak ingin melihat wajahku yah?"
Hyunji yang tengah berjalan ke kelasnya tak bisa melupakan kejadian di tangga tadi "Kenapa aku bisa bertemu Hong Jisoo disaat seperti tadi. Pakai adegan dekap-dekapan segala lagi. Sungguh menyebalkan" Sekali lagi Hyunji menghela nafas berat.
Ia sampai di kelasnya, wakil ketua kelas sekaligus teman piketnya hari ini, Jeon Wonwoo, menyambut kedatangannya dengan tatapan datar "Kau didenda" Hyunji ingin mengeluarkan keluhan dari mulutnya. Sejauh ini, ia bisa saja tidak didenda jika Wonwoo yang menagihnya, bukan bendahara. Tapi ia jauh lebih takut pada Yooeun yang akan mengamuk jika tidak melihatnya piket.
"Aku belum bisa dikategorikan termasuk yang didenda" Hanya itu yang Hyunji ucapkan lalu melewati Wonwoo begitu saja. Wonwoo berdecak, Hyunji tak pernah sekalipun mendengar ucapannya. Akan selalu ada bantahan yang diterimanya. Dan ia tak pernah bisa memenangkan perdebatan mereka.
~-~
Wonwoo tak masuk jam pelajaran terakhir. Dia harus mengurus persiapan kompetisi basket yang diadakan oleh sekolahnya dan dia terpilih sebagai salah satu panitia. Ia hanya kembali ke kelas setelah bel berbunyi, itu pun hanya untuk mengambil tas.
Senyumnya tersungging saat mendapati Hyunji bersandar di bingkai pintu. Entah kenapa ia selalu tersenyum saat melihat teman kelasnya itu. Tapi ekspresi Hyunji tampak tidak baik-baik saja.
Hanya ada beberapa orang di kelas yang berniat mengurus organisasi mereka. Tapi kenapa Hyunji masih tinggal dan tidak pulang? Itu pertanyaan yang terlintas di benaknya. Ia ingin bertanya tapi diurungkannya. Selalu seperti itu.
Wonwoo baru saja berniat melewati Hyunji tapi Hyunji tiba-tiba melompat-lompat kecil di depan pintu "Kau kenapa?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Wonwoo, refleks, tidak ia pikir terlebih dahulu. Berbeda dengan kejadian sebelum-sebelumnya, dimana dia akan memikirkan matang-matang apa yang ia ingin katakan pada Hyunji.
Hyunji berbalik dengan wajah yang menekuk "Aku juga terpilih sebagai salah satu panitia kan?" tanyanya. Wonwoo mengangguk "Iya, seksi konsumsi. Jadi kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Seventeen FF] She'll Be Loved
FanfictionHyunji terjebak diantara dua pria yang menyukainya. Jeon Wonwoo, teman sekelas yang sangat perhatian. Hong Jisoo, mantan kekasih yang kembali gencar mendekat. Kisah remaja mengenai pilihan Hyunji dan seberapa besar perasaan Wonwoo serta Jisoo kepada...