-3

68 4 0
                                    

"Jis, gue mau ngomong sesuatu" kata aldi. Yang bikin gue tertegun.
"Jadi, yang mau ngomong siapa? Lu apa dimas? Yang bener dong. Hadoooh..." omel gue.
"Aldi aja dulu" jawab dimas.
"Oke. Gue... Gue udah dapetin beasiswa buat kita bertiga" kata aldi.
"Ha?! Beneran? Sumpah demi apa lo di? Gils... Hebat lo" kata gue dengan bersemangat.
"Iyalah gue" bales aldi dengan tatapan gue hebatnya.
"Oiya dimas, lu mau ngomong apaan?" Tanya gue.
"Um.... gue mau minta pertolongan lo berdua" kata dimas.
"Pertolongan apaan?" Bales aldi.
"Gue... Gue suka ghina temen sebangku lo jis" kata dimas.
Gue sama aldi tertegun. Terdiam beberapa saat. Lalu saling berpandangan tidak percaya.
"Dimas sehat?" Tanya aldi yang memecah keheningan.
"Bangsadh. Gue serius ni. Bantuin dong" kata dimas.
Gue masi mencoba mencerna kata - kata dimas.
"Jis. Jangan diem aja dong. Bantuin gue. Plisss..." pinta dimas.
"Kalo gue sih boleh aja. Asalkan ada bayarannya" jawab aldi.
"Sama deh gue juga" jawab gue lemas. "Bayaran mah gampang yang penting lo pada mau bantuin gue" bales dimas.
"Eh pulang yuk. Gue udah ditelfon nyokap" kata gue.

***
Setelah kejadian tadi, perasaan gue makin ga keruan sama dimas. Entah perasaan apa ini. Nyesek, marah, cemburu, sayang semua bercampur aduk. Tapi gue ga nisa kasi tau ke dimas. Karna pasti dia bakal menjauh dari gue dan gue gamau hal itu terjadi.
Dan persahabatan kita pasti putus.
Gue memandang langit - langit kamar.
Jalan satu - satunya adalah gue bantuin dimas. Gue yakin kalo dia seneng gue juga seneng kok.

--------------------------------------------------

Aku baper semua
Tinggalkan jejak

High schoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang